Sehatnya Fitokimia Dalam Sayuran

 

Senyawa fitokimia bukan tergolong karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, atau pun air! Meski begitu, fitokimia yang banyak terdapat pada sayuran begitu sarat manfaat, khususnya bagi balita.

Senyawa Non-gizi. Fitokimia memang bukan salah satu dari 45-50 jenis senyawa gizi dalam pangan yang selama ini kita kenal. Fitokomia merupakan senyawa lain di bahan makanan yang dikategorikan sebagai senyawa non-gizi. Kebanyakan senyawa non-gizi ini terdapat di dalam sayuran, sehingga para ahli memberinya sebuah nama yang cukup keren, yaitu fitokimia. Memang, kadar fitokimia di dalam sayuran sangat rendah. Walau begitu, senyawa ini tetap saja dibutuhkan. Antara lain, sebagai pemberi warna (misalnya daun, buah dan bunga), pemberi aroma, serta juga pencegah kerusakan akibat bakteri atau virus.

Jenis Fitokimia itu sendiri amat beragam jenisnya, dan beberapa senyawa berikut sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Misalnya saja, likopen , katecin, isoflavon, flavonoid, karotenoid, asam elagat , dan kuersetin. Namun, siapa yang tidak kenal dengan beta-karoten? Senyawa non-gizi ini sudah sering sekali disebut-sebut! Apalagi, senyawa ini banyak terdapat dalam aneka jenis sayuran dan buah-buahan yang berwarna oranye, seperti wortel dan tomat. Sebagai catatan, jenis sayuran maupun buah-buahan yang memiliki kandungan fitokimia tinggi biasanya berwarna. Contohnya, oranye, kuning, hijau, serta merah.

Sayuran dulu baru buah. Peran senyawa non-gizi dalam membantu kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh manusia ternyata cukup dahsyat. Itu sebabnya, konsumsi senyawa non-gizi ini dapat dibiasakan sejak dini. Kita bisa mengenalkan aneka jenis sayur dan buah-buahan kepada balita, begitu masa pemberian ASI eksklusif berakhir. Dianjurkan untuk memberikan sayuran terlebih dahulu, baru kemudian buah. Karena, rasa manis buah dapat menyebabkan timbulnya penolakan pada saat balita diberi sayuran. Bukankah sayuran relatif tawar rasanya.

Seberapa banyak senyawa non-gizi yang dibutuhkan balita? Pada kenyataannya, belum ada ketetapan baku jumlah asupan yang dianjurkan untuk masing-masing senyawa non-gizi. Di negara-negara maju pun, belum ditetapkan angka untuk standar Recommended Dietary Intakes (RDI), karena ada begitu banyak jenis senyawa non-gizi ini. Selain itu, belum dapat diketahui secara pasti perbedaan peran di antara masing-masing senyawa dan akibat dari kekurangan asupan senyawa tersebut.

Namun, berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang Departemen Kesehatan RI tahun 2002 disebutkan, panduan konsumsi senyawa non-gizi untuk bayi dan balita dalam sehari adalah:
  • Bayi usia 6-12 bulan :
    - Sayuran 1/2-1 gelas
    - Buah 1-2 potong ukuran sedang
  • Usia 1-3 tahun :
    - Sayuran 1 1/2 gelas
    - Buah 3 potong ukuran sedang
  • Usia 4-5 tahun :
    - Sayuran 2 gelas
    - Buah 3 potong ukuran sedang
Dari panduan tersebut, sebenarnya kebutuhan tubuh anak akan senyawa non-gizi tidaklah banyak. Namun, mengingat anak terkadang sulit makan sayur, maka kita perlu menyiasatinya. Salah satunya, dengan kreatif mengolah makanan berbahan dasar sayur dan buah, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan.

Baca juga:
Biasakan Balita Makan Sayur Sejak Dini
Tips Balita Mau Makan Sayur
Balita Tidak Suka Sayuran
6 Sayuran Baik Untuk Bayi

 



Artikel Rekomendasi

post4

Mitos dan Fakta Merawat Kulit Bayi

Banyak mitos yang berkembang dan dijadikan acuan dalam perawatan kulit bayi. Misalnya, memandikan bayi dengan air dicampur antiseptik saat terkena biang keringat, membubuhkan tepung kanji ke kulit ba... read more