Balita Belajar Memaafkan

 

Meski egosentrisnya masih tinggi, balita bisa diajak untuk memahami emosinya dan emosi orang lain. Kemampuan penalaran terhadap sebab akibat juga sudah bisa Anda asah. Tak salah bila Anda mengenalkan ‘memaafkan’ pada anak.
  1. Kenalkan cara memaafkan. Pada dasarnya, bagaimana anak bisa memaafkan orang lain, bila ia tidak tahu caranya. Berikan contoh langsung cara memaafkan. Biarkan anak melihat proses Anda menghadapi dengan tenang, mengatakan “Ya, saya maafkan”, dan berorientasi pada penyelesaian masalah. Yang anak perlu tahu adalah memaafkan bukan hal yang sulit dilakukan. Kenalkan juga memaafkan dengan cara lain, yaitu bahasa tubuh, seperti salaman tangan, rangkulan, mengelus, atau berpelukan. Biarkan anak memilih cara mana yang ia pakai untuk memaafkan orang lain.
  2. Berikan alasan harus memaafkan. Alasan kenapa ia harus memaafkan temannya perlu Anda kemukakan pada anak. Anak hanya paham bahwa ada orang lain yang baru saja menyakitinya dan membuat ia marah. Berikan penjelasan yang sederhana, seperti “Kamu mau memaafkan Rio, nak? Mungkin saja Rio tidak sengaja menendang bola ke arah kamu. Yuk, kita tanya kenapa dia melakukannya.” Jelaskan juga bahwa usai ia memaafkan, ia tidak akan merasa marah lagi.
  3. Minta anak memaafkan tepat usai orang lain yang menyakitinya. Anak sudah lupa bila Anda baru membahas ‘memaafkan’ beberapa jam atau bahkan beberapa hari kemudian setelah kejadian. Tidak salah bila Anda juga biarkan anak melakukan syarat pada orang yang sudah menyakitnya, seperti “Kamu sudah aku maafkan, tapi lain kali jangan diulang lagi ya?” Sebab cara ini dapat membuat anak merasa aman, tidak akan merasakan hal itu lagi dari orang tersebut.
  4. Ajarkan ungkapkan perasaan pada orang lain. Proaktif, ini kuncinya! Ajari anak untuk berterus terang pada orang yang membuatnya sakit hati. Anda bisa jelaskan bahwa cara ini dipakai agar orang itu tahu apa yang dirasakan oleh anak saat ini. “Kalau kamu tidak katakan sakit di dorong olehnya. Bagaimana ia tahu? Datangi dan katakan padanya bahwa kamu marah karena sakit didorong.” Anak sekaligus belajar bagaimana melatih keberanian mengemukakan pendapatnya pada orang lain.
  5. Tumbuhkan empati anak. Cara terbaik untuk membuat anak mau memaafkan adalah menumbuhkan empatinya. Lakukan dengan teknik psikologi terbalik, yaitu memaparkan bila kejadian itu terjadi pada dirinya. Misalnya ketika dia pukul Rio, sahabatnya, karena kesal tidak mau meminjamkan mainannya. Saat dia meminta maaf pada Rio, Rio menolaknya. Tanyakan padanya “Bagaimana perasaanmu?” Jika anak menjawab sedih. Maka katakan bahwa itulah yang kini dirasakan oleh Rio, karena ia tidak mau memaafkannya. Setidaknya anak tahu perbuatannya telah membuat orang lain menderita atau tersakiti. Anak harus bisa memahami, perbuatannya itu tidak baik.
  6. Berikan toleransi waktu, jangan memaksa. Benar bila saat itu juga anak diingatkan untuk memaafkan agar ia tidak lupa, namun berikan ia toleransi waktu. Ia butuh waktu untuk melakukannya dengan tulus tanpa terpaksa. Daripada memaksa, lebih baik menggali anak,  apa yang membuatnya tidak mau atau menolak untuk memaafkan. Usahakan untuk selalu bersikap netral. Selanjutnya jika anak sudah siap, orangtua bisa menjadi perantara, membantu anak untuk meminta maaf dan mendamaikan kedua anak yang berseteru.
  7. Beri pujian bila anak berhasil memaafkan. Memberi anak pujian merupakan tanda atau ungkapan Anda atas keberhasilannya melakukan sesuatu sesuai dengan harapan orang tuanya. Pujian merupakan motivasi yang besar untuk anak mengulangi tindakan memaafkan orang lain. Bila anak tidak juga berhasil melakukannya, Anda tetap bisa melakukan pujian, yang sifatnya mendorong anak untuk melakukannya dikemudian hari. Misalnya “Tidak apa, nak. Kamu tetap kebanggaan bunda. Tapi lebih membanggakan lagi kalau besok kamu sudah mau memaafkan temanmu ya.” (me)

Baca juga:


 



Artikel Rekomendasi