Jika Balita Takut Kotor

 

Dengan niat ‘mulia’ untuk menyenangkan anak, Anda pun mengajaknya bermain di pantai dengan pemikiran bahwa ia akan menikmati bermain di hamparan pasir. Namun, apa yang terjadi? Ia justeru enggan dengan alasan jijik.

Tak perlu pusing bunda, karena menurut Nisfie M.H. Salanto, S.Psi, sikap jijik yang ditunjukkan merupakan upaya dia untuk menghindari suatu obyek atau kondisi yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Pada porsi yang tepat, perilaku anak yang senang terhadap segala sesuatu yang bersih merupakan hal yang positif. Tapi, bila ditunjukkan secara berlebihan tentu saja dapat mengganggu orang-orang di sekitarnya. Coba beberapa kiat berikut ini agar anak belajar ‘berteman’ dengan kotor.

- Jelaskan bahwa kotor itu wajar. Misalnya, ketika anak merasa jijik karena ada lumpur yang mengotori sepatunya, jelaskan bahwa itu adalah hal normal. Anda dapat mengatakan, “Tidak apa sepatu kamu kena lumpur, yang penting kaki kamu tetap bersih, kan?” Tunjukkan bahwa sepatu orang lain juga bisa kotor dan sepatu yang kotor itu nantinya dapat dibersihkan.

- Ajak melakukan aktivitas bermain kotor. Ini akan mengenalkan sekaligus membiasakan anak terhadap keadaan atau kondisi yang tidak selalu harus tertata rapih dan teratur. Keadaan kotor atau berantakan tidak selalu menyebabkan rasa tidak nyaman, tapi sebaliknya justeru bisa menciptakan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya, Anda dapat meminta bantuannya saat membuat kue. Dalam proses memasak biarkan tepung dan telur berceceran. Pilihan lain mengajaknya membuat lukisan dengan menjadikan jari jemarinya sebagai kuas lukis.

- Libatkan anak untuk membersihkan diri. Tunjukkan kepadanya bahwa kondisi kotor dapat dibersihkan kembali. Anda dapat menjelaskan sekaligus membuktikan hal ini dengan cara melibatkan anak secara langsung untuk melakukan kegiatan “bersih-bersih.” Misalnya, dengan menyuruh dia mencuci sepedanya dengan sabun dan air, mencuci sepatu boots miliknya yang terkena lumpur, melalui kegiatan mandi. Atau membiasakan anak mencuci tangan, kaki atau anggota tubuhnya sehabis memegang sesuatu yang membuatnya kotor.


- Berkunjung ke tempat-tempat “kotor.” Bisa karena terbiasa dapat Anda terapkan untuk hal ini. Agar anak tidak mudah merasa jijik, biasakan ia berada pada situasi atau kondisi yang menurutnya kotor dan menjijikkan sampai dia merasa bahwa hal itu adalah wajar. Caranya bisa dengan mengajak anak sesekali ikut Anda berbelanja ke pasar tradisional. Atau, mengajak dirinya ke persawahan dan berjalan menyusuri pematang sawah. Bisa juga mengajak anak ke tempat agro wisata yang memberi kesempatan pengunjung mencoba langsung bercocok tanam, dan memandikan binatang.

- Beri anak waktu. Jangan memaksa balita Anda untuk dapat langsung berteman dengan sesuatu yang menurut anggapannya kotor. Beri anak waktu untuk beradaptasi sehingga dia menjadi terbiasa. Anda dapat mengenalkannya secara bertahap. Lumpur yang ada di mana-mana saat hujan, dapat menjadi bagian yang “biasa” dari kegiatan bermain hujan-hujanan yang menyenangkan bersama teman-temannya.



Agar ia belajar membiasakan diri dengan keadaan atau kondisi kotor, Anda dapat menyediakan sebuah zona bermain kotor di dalam rumah maupun di lingkungan sekitar rumah. Seperti:

-  Kotak pasir. Sediakan pasir yang sudah dicuci dan direbus di dalam sebuah kotak yang cukup besar. Letakkan beberapa peralatan bermain agar ia dapat melakukan eksplorasi dengan pasir, misalnya ember kecil, sekop atau cetakan kue.

-  Sudut berkebun. Sediakan sebuah sudut di halaman rumah tempat anak dapat belajar berkebun, menanam bibit tanaman dan mencangkul tanah. Biarkan anak membuat lubang di tanah, menemukan cacing serta memegang tanah.

Pastikan setelah ia bermain kotor Anda mencuci tangan dan kakinya hingga bersih sampai ke sela jari serta kuku. Sehingga, acara bermain kotor pun tetap aman.

 



Artikel Rekomendasi