Kembalikan Keceriaan Balita Paska Bencana

 

Trauma adalah dampak bencana yang banyak membekas pada anak usia balita. Untuk meminimalkan dampak ini, dampingi anak saat terjadi bencana untuk menenangkan dan memberinya rasa aman.

Kiat beradaptasi di pengungsian:
  • Dampingi dan temani balita. Bila hendak meninggalkan, misalnya memasak, katakan dengan jelas keberadaan Anda dan di mana dia bisa menemukan Anda. Usahakan anak tidak merasa ditinggal saat dia terbangun dari tidurnya, karena akan menjerit ketakutan teringat saat bencana, apalagi sedang berada di tempat asing.
  • Jangan biarkan balita berpikir negatif. Jauhkan dia dari berita bencana di media massa. Alihkan ketakutan balita yang memunculkan pikiran negatif dengan mengajak bermain yang menyenangkan dan membuatnya tertawa. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda kesayangannya, misalnya boneka atau bantal yang dibawa dari rumah. Berceritalah kisah-kisah yang lucu dan menunjukkan selalu ada harapan di balik setiap masalah. Misalnya, cerita “Wooly Tersesat” karangan Arleen A., yang bertutur tentang seekor cacing yang tersesat dan mengungsi ke berbagai tempat serta menemukan teman-teman baru yang kemudian menolongnya menemukan jalan pulang kembali ke rumahnya.
  • Beri penjelasan tentang realitas kehidupan. Dengan bahasa sederhana, Anda dapat menjelaskan bahwa hidup tidak selamanya ‘manis’ dan mengajarkannya untuk menerima kenyataan. Katakan kalau hal itu hanya berlangsung sementara. Misalnya, saat harus berbagi tempat tidur dengan sepupunya saat mengungsi, atau antri dan bergiliran menggunakan kamar mandi. Hal ini mengajarkan anak bertoleransi.
  • Libatkan dalam kegiatan sosial. Selama di pengungsian, Anda dapat melibatkan si kecil dalam kegiatan rutin yang dilakukan anggota keluarga tersebut, sesuai usia dan kemampuannya. Misalnya, membantu membawakan pakaian kotor untuk dicuci, mengambilkan makanan untuk sepupunya, atau membantu merapikan barang-barang setelah bermain.
  • Ajarkan rutinitas baru. Secara bertahap, bila si kecil sudah tidak lagi ketakutan, Anda dapat mengenalkan rutinitas yang harus dijalani si kecil di tempat pengungsian. Misalnya, jadwal mandi harus digeser lebih siang karena jumlah anggota keluarga yang menggunakan kamar mandi lebih banyak. Namun sekali lagi, jangan lupa menjelaskan kalau hal itu hanya berlaku sementara di tempat pengungsian. Setelah kembali ke rumah, rutinitas yang lama akan diterapkan lagi. Dari sini balita belajar bersikap fleksibel terhadap perubahan yang dapat terjadi setiap saat.
Baca juga:
Kiat Menyusui Saat Bencana
Bayi Lahir Prematur Saat Bencana




 



Artikel Rekomendasi