Kehamilan: Stop Seks Jika Berisiko

 

Dalam keadaan normal, tidak ada yang perlu dikuatirkan berhubungan seks selama kehamilan. Namun, ada beberapa kondisi tertentu yang menjadikan ibu hamil menghindari seks karena bisa mengancam kehamilan.
 
Berikut beberapa kondisi yang membuat ibu hamil sebaiknya menghindari seks:
  • Infeksi penyakit menular seksual, baik pada calon bunda (misalnya jamur) maupun calon ayah (jamur atau penyakit menular seksual lainnya). Penyembuhan penyakit menular seksual ini harus dilakukan secara bersama-sama. Jika tidak, ibarat bermain pingpong, penyakit tersebut bisa ditularkan kembali dari ayah ke bunda (setelah bunda sembuh, sementara ayah masih sakit), atau sebaliknya. Selain itu, jika penyakit ini tidak disembuhkan, dikhawatirkan yang menerima akibatnya kelak adalah si kecil. Misalnya saja, akibat terinfeksi penyakit kelamin gonorrhea di jalan lahir, si kecil bisa mengalami kebutaan.
  • Ketuban pecah. Kondisi ini memudahkan kuman dari luar masuk ke dalam kantung ketuban, sehingga dapat menginfeksi janin.  
  • Plasenta previa (letak plasenta menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir). Hubungan seksual yang dilakukan pada kondisi seperti ini dikhawatirkan menyebabkan perdarahan, sehingga membahayakan calon bunda dan janinnya.
  • Perdarahan dari vagina. Perdarahan yang tidak jelas harus diperiksa dokter, karena dikhawatirkan merupakan tanda-tanda adanya gangguan pada kehamilan, seperti tumor di rahim (mioma) yang bisa merupakan tanda awal keguguran.  
  • Riwayat keguguran. Ibu hamil yang punya riwayat keguguran sebaiknya berkonsultasi dulu ke dokter, apakah kehamilan yang sedang dijalaninya cukup sehat dan normal, sehingga hubungan intim dapat dilakukan.
  • Pembukaan leher rahim. Leher rahim yang longgar dapat menyebabkan keguguran. Itu sebabnya, beberapa calon bunda harus diikat leher rahimnya agar janin tetap bertahan dalam rahim.

 
 

 



Artikel Rekomendasi