Rambu-rambu Balita Bergerak

 

Banyak orang tua mengeluh, “Anak saya bergerak tanpa henti, kecuali ketika dia tidur.” Di satu sisi, adalah wajar anak balita aktif bergerak; berloncatan, berlarian, jungkir balik, naik turun tangga dan sebagainya. Lewat bermacam gerakan itu anak melatih keterampilan motorik, melancarkan aliran darah di tubuh, membangun daya tahan tubuh dan mengoptimalkan proses metabolisme.

Tetapi, dalam kondisi tertentu, anak terpaksa dibatasi geraknya. Misalnya karena ia  bergerak tidak pada tempatnya sehingga malah bisa mengganggu kesehatan. Berikut beberapa kondisi saat anak harus dibatasi geraknya.

Menjelang tidur
Alasan: membuat balita kelewat bersemangat sehingga peredaran darahnya lancar, tubuh pun jadi terasa segar, sehingga ia tidak mengantuk dan sulit tidur.
Sebaiknya: ajak balita melakukan ritual tidur yang bersifat relaksasi. Misalnya mendengarkan musik lembut, meredupkan lampu kamar, membacakan buku, memberinya pijatan atau usapan lembut.

Baru bangun tidur
Alasan: tubuh balita membutuhkan adaptasi secara perlahan, dari posisi berbaring ke duduk, kemudian bangkit dan berjalan, harus dilakukan secara perlahan dan bertahap. Perubahan mendadak, misalnya langsung loncat bisa menyebabkan pusing, gangguan keseimbangan dan lain-lain.
Sebaiknya: saat balita membuka mata, jangan langsung disemangati untuk segera bangun dan bergerak. Ajak berbincang-bincang dulu. Kemudian, sambil relaks di tempat tidur, ajak balita melakukan peregangan otot, senam ringan, mengatur napas, barulah bangkit pelan-pelan dari ranjang. Setelah ia benar-benar bangun, baru boleh bergerak. Aturan itu juga berlaku saat membangunkan anak yang tertidur dalam perjalanan bermobil.

Sedang dan sesudah makan
Alasan: bergerak saat sedang makan atau beberapa saat setelah makan, dapat mengganggu proses pencernaan makanan. Balita pun akan merasa mual, muntah, juga nyeri lambung.
Sebaiknya: biasakan balita makan sambil duduk tenang di kursinya. Setelah makan, cegah ia langsung bergerak. Bila ingin bermain, beri permainan yang minim gerak tubuh, seperti menyusun puzzle, menggambar, atau menonton film anak cerita di televisi/video. Alasan itu pula yang membuat setiap jenis olahraga bagi anak, harus dilakukan setidaknya 2 jam setelah makan.

Selagi mandi
Alasan:
Bahaya! Lantai kamar mandi yang licin membuatnya gampang tergelincir, jatuh. Selain itu, polah lasak selagi mandi seringkali membuat bagian tubuh tertentu luput dibersihkan, akibatnya kegiatan mandi jadi kurang optimal.
Sebaiknya: mandi berendam di bathtub, karena dapat meredam balita bergerak, apalagi bila ditemani mainan karet yang bisa digenggam. Yang paling penting, pastikan balita selalu di bawah pengawasan orang dewasa saat mandi.

Sedang sakit
Alasan:
secara umum, di kala sakit balita membutuhkan lebih banyak waktu istirahat untuk proses pemulihan kondisi tubuh. Secara khusus, balita tidak boleh banyak bergerak ketika sedang mengalami gangguan kesehatan seperti:
  • Patah tulang/terkilir. Kalau banyak bergerak, cederanya bisa menjadi lebih parah, terutama bila bergerak di bagian yang sedang cedera, misalnya kaki atau tangan. Untuk pengganti bergerak, ajak balita melakukan aktivitas bermain yang lebih tenang.
  • Asma. Salah satu pencetus asma adalah gerak atau kegiatan fisik yang berlebihan. Itu sebabnya, bila sedang terserang asma, sebaiknya balita beristirahat saja. Idealnya, berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi. Tetapi jika ingin bermain, pilih aktivitas bermain yang tenang sampai serangan asma mereda dan hilang.
  • Diare. Diare mengakibatkan tubuh kekurangan cairan, sementara aktivitas berlebih akan memacu tubuh mengeluarkan cairan lebih banyak. Akibatnya, setelah bergerak beberapa saat balita akan merasa sangat lemas.

Berikan alasan mengapa balita tidak boleh banyak bergerak pada kondisi-kondisi tersebut di atas, agar balita memahami ada alasan di balik larangan Anda. Dan ia pun masih bisa bergerak bebas ketika kondisinya sudah memungkinkan.

 



Artikel Rekomendasi