Mengenal Jahitan Saat Persalinan

 

Idealnya, dalam persalinan normal, perineum atau jaringan otot di antara vagina dan anus ibu, cukup lentur sehingga ketika dilewati kepala bayi, ia teregang maksimal namun tidak sampai sobek.

Masalahnya, banyak ibu luput mempersiapkan perineum agar lentur dan luwes, sehingga jaringan itu robek saat dilewati kepala atau pundak bayi yang meluncur cepat di jalan lahir, disebut rupture perineum, dengan angka kejadian 85%. Perineum robek  kerap juga terjadi pada persalinan bayi besar, dan pada insiden ibu mengangkat bokong saat mengejan untuk mengeluarkan bayi.

Tingkat keparahan robekan perineum terdiri dari :
Derajat 1 robek selaput vagina, dengan atau tanpa kena kulit perineum.
Derajat 2 robek selaput vagina dan otot perineum, tetapi tidak kena otot sphingter ani. (otot melingkar di dekat kandung kemih yang menjaga agar urin tidak bocor).
Derajat 3 robek sampai otot sphingter ani.
Derajat 4 robek sampai otot sphingter ani dan kulit anus.

Kebanyakan dokter yang membantu persalinan akan menghindari terjadinya sobekan perineum yang acak-acakan dengan melakukan tindakan proaktif menggunting perineum atau episiotomi. Episiotomi juga dilakukan untuk mempercepat persalinan pada kasus gawat janin (prematur, sungsang, janin besar), gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum sebelumnya), serta sebagai tindakan operatif pada persalinan dengan alat vakum dan forsep.

Dijelujur dan Disimpul
Baik perineum robek spontan maupun akibat diepisiotomi, dapat dijahit dan dirapikan kembali oleh dokter. Hecting atau penjahitan dilakukan pada Kala 4 persalinan atau sesudah plasenta dilahirkan. Ketika itu biasanya ibu sedang asyik melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bersama bayi yang diletakkan di dada ibu, sehingga “lupa” di bawah sana dokter sibuk “mengobras”. Ibu pun tidak merasakan sakit karena sebelum dijahit diberi injeksi anastesi.

Mirip menjahit kain, jahitan perineum pun ada jenisnya, misalnya jahitan interuptus untuk membuat simpul, jahitan kontinyu (jelujur) dan  jahitan subkutikular atau pada kulit. Selain itu, jumlah jahitan bervariasi tergantung derajat robekan. Biasanya hal ini tidak diterangkan oleh dokter secara detil kepada pasien. Jadi kalau ibu bertanya, “Berapa jahitan saya, Dok?”  Paling-paling dijawab “Sedikit” atau “Dua”   - entah dua tusukan atau dua jahitan jelujur (total 4 tusukan), tidak jelas, bukan? Pada kenyataannya, ”sedikit jahitan”  menjadi istilah dokter untuk menerangkan robekan yang terjadi hanya derajat 1, sedangkan “banyak jahitan” berarti robek derajat 3 atau 4.

Seharusnya, selesai menjahit, dokter menunjukkan hasilnya kepada ibu dengan cara mengambil gambar perineum dengan kamera handphone ibu atau suaminya. Dengan demikian ibu dapat melihat bahwa robekan itu telah diperbaiki, seberapa panjang bekas jahitannya dan ke arah mana. Ini karena, setelah pulang ke rumah, kebanyakan ibu tidak berani melihat sendiri perineum-nya. Apabila terjadi komplikasi, misalnya infeksi atau timbul keloid, ibu jadi sulit memantau.

Merawat Luka Jahitan
Di rumah sakit, petugas kesehatan akan mengajarkan ibu cara merawat luka bekas jahitan perineum, yang harus dimulai sejak 6 jam pascabersalin. Perawatan itu penting guna mempercepat pemulihan luka dan mencegah infeksi.

• Mulai bergerak, duduk dan berjalan bila kondisi ibu stabil dan tidak mengalami komplikasi, untuk mengaktifkan otot perineum. Tujuannya untuk melancarkan peredaran darah sehingga mempercepat proses penyembuhan.
• Jangan takut BAK dan BAB. Sewaktu BAK pertama pada luka bekas jahitan mungkin akan terasa nyeri menyengat, namun berangsur-angsur akan hilang.
• Bersihkan setiap habis BAK dan BAB dengan cara cebok dari arah depan ke belakang menggunakan air bersih. Bila tidak dibersihkan dengan benar, sisa darah yang menempel bisa menjadi tempat kuman berkembang biak.
• Keringkan dengan handuk kering dan bersih dengan cara ditepuk-tepuk.
• Kenakan  pembalut dan celana dalam bersih dari katun.
• Ganti pembalut dan celana dalam minimal 3 kali sehari.
• Konsumsi makanan berprotein tinggi agar luka cepat sembuh, misalnya telur, ikan, ayam, daging, tahu dan tempe.  Selain itu konsumsi makanan berserat untuk melunakkan feses agar terhindar dari konstipasi yang menyulitkan BAB.
• Jangan kompres, rendam atau menguapi luka dengan apa pun karena akan membuat pembuluh darah melebar dan penyembuhan luka lebih lama.
• Lakukan senam nifas.

Perlu diingat, komunikasikan dengan dokter bila Anda tidak ingin perineum digunting. Namun, eksekusi terakhir dalam proses persalinan tetap menjadi wewenang dokter dengan mempertimbangkan faktor keselamatan ibu dan janin.

Konsultasi : dr. Ardiansjah Dara, SpOG, MKes., Siloam Hospital Semanggi - MRCCC, Jakarta.

(BDH/ERN)

 



Artikel Rekomendasi