Menyusui Bayi Prematur

 

Bayi prematur tentu memiliki kondisi berbeda dengan bayi pada umumnya. Sehingga, dalam menyusuinya pun terdapat beberapa kondisi yang bisa terjadi padanya.

Berikut ini kondisi-kondisi yang dapat terjadi dan bagaimana penanganan yang dapat bunda lakukan, antara lain:
- Rawat pisah. Bayi prematur yang dirawat terpisah dengan ibu atau dirawat di ruang perawatan khusus atau NICU (Neonatal Intensive Care Unit) biasanya membuat produksi ASI ibu tidak seoptimal bila bayinya dirawat gabung. Untuk mengoptimalkannya cobalah memerah ASI usai melahirkan. Bila Anda melahirkan dengan cara sesar, 3 jam setelah lahir, berikan langsung ASI perah pada si kecil. Sedangkan  melahirkan dengan cara normal maka, setelah 2 jam pascalahir, Anda bisa langsung memberikan ASI perah padanya yang dalam memberikannya akan  dibantu oleh perawat di rumah sakit.

- Tidak ada cadangan makanan. Beberapa bayi prematur mempunyai cadangan makanan lebih rendah atau bahkan tidak ada. Jika hal ini terjadi, ia harus mendapatkan cairan intravena atau diinfus untuk menstabilkan keadaannya. Anda bisa memberikan ASI bila ususnya sudah siap menerimanya. ASI). Kolostrum  bisa Anda berikan secara bertahap pada bayi.

- Reflek isap buruk. Bayi prematur belum memiliki reflek isap yang baik. Maka Anda  disarankan untuk melakukan rawat gabung dan melakukan perawatan metode kangguru atau Kangoroo Mother Care. Metode ini dapat merangsang hormon oksitosin ibu, yang  mengoptimalkan produksi ASI.

- ASI perah melalui oro grastric tube atau memasukkan selang dari mulut ke lambung. Setelah itu,  bayi akan diberi ASI perah secara bertahap dengan dot untuk merangsang reflek isap bayi yang belum optimal. Seiring dengan bertambahnya usia, berat badan bayi yang meningkat dan kestabilan kondisi kesehatannya, maka sebaiknya mulai dilatih untuk menyusu langsung.
 
Bagaimana jika ASI sama sekali tidak keluar usai melahirkan?
Pada kelahiran anak pertama, sering ASI tidak keluar di hari pertama atau kedua. Bahkan beberapa kasus baru keluar dihari ke 3. Maka lakukan:

1. Kontak kulit dengan kulit secara langsung. Bayi diletakkan seperti posisi IMD –Inisiasi Menyusui Dini- dengan cara menengkurapkan bayi di dada ibu dengan posisi ibu berbaring tinggi seperti sedang membaca. Pada posisi ini, hormon gastrin dalam lambung bayi akan terangsang, dan bayi jadi ingin menyusui.

2. Susui bayi secara terus menerus untuk merangsang hormon menyusui yaitu, prolaktin dan oksitosin.

3. Monitor berat badan bayi selama ASI belum juga keluar. Penurunan berat badan bayi tidak boleh lebih dari 7.5% berat saat lahir selama 3-5 hari usai halir. Selain berat badan, suhu tubuh bayi juga harus tetap dimonitor.

4. Bersikap tenang dan tetap berpikir positif. Dengan begitu, Anda bisa mengurangi kecemasan sehingga diharapkan hormon oksitosin tetap terjaga.

Bila semua usaha yang Anda lakukan tetap belum berhasil, maka Anda bisa memberikan susu formula khusus untuk bayi yang termasuk dalam kelompok hipoalergenik. Dengan takaran 10-15 ml, namun hanya untuk sementara saja. Sementara itu tetaplah melanjutkan kegiatan menyusui. Bayi yang baru lahir biasanya akan sering bangun di malam hari. Gunakanlah kesempatan ini untuk menyusui lebih sering, sehingga akan melancarkan produksi ASI. Pada malam hari kadar  hormon prolaktin lebih tinggi.

KONSULTASI:  dr I GUSTI AYU NYOMAN PARTIWI, SpA, MARS, dokter spesialis anak, Rumah Sakit Bunda, Menteng, Jakarta.

 



Artikel Rekomendasi