Tantangan Menyusui Ibu Bekerja

 

Bingung ketika harus kembali bekerja, padahal masih menyusui? Itu memang menjadi problematika hampir semua ibu bekerja. Banyak sekali tantangannya. Yang Anda butuhkan: galang dukungan!

Problematika ibu bekerja hampir semua sama. Kekhawatiran tidak bisa menyusui secara ekslusif, padahal bayi masih sangat membutuhkan ASI Anda. Jangan khawatir, Bunda! Coba kenali dulu tantangan-tantangan yang mungkin Anda hadapi dan temukan solusinya.

Tantangan 1: Mobilitas kerja tinggi. Pekerjaan Anda menuntut Anda untuk seharian berada di luar kantor, lembur, atau mobilitas kerja yang terlalu aktif. Hal itu tentunya bisa menyulitkan niat Anda memberikan/memerah ASI.
Mengatasinya:   
  • Delegasikan “tugas luar” kepada staf yunior atau asisten.
  • Manfaatkan teknologi komunikasi untuk menggantikan tatap muka dengan mitra kerja.
  • Jika tetap harus keluar kantor, jeli mencari tempat khusus untuk memerah ASI.   
  • Bawa perlengkapan memerah dan cooler box ke manapun.
  • Bekerja lebih efisien agar tidak harus lembur
  • Hanya jika terpaksa, boyong lemburan ke rumah.


Tantangan 2:  Jenis pekerjaan berisiko. Anda peneliti di laboratorium kimia, dokter yang merawat pasien, polisi wanita yang menginterograsi tersangka kriminal, field officer proyek konstruksi, atau operator mesin berat.
Mengatasinya:
  • Cari tahu apakah lingkungan pekerjaan membahayakan jiwa, memengaruhi kesehatan dan produksi ASI. Misalnya, persentuhan dengan zat kimia, polusi udara, atau tertular penyakit dari pasien. Jika ya, ajukan mutasi bagian untuk sementara.
  • Jika tetap harus bekerja, ekstra waspada dan lakukan tindakan preventif, seperti lebih sering cuci tangan, mengenakan masker, minum air kemasan jika kantor di kawasan industri yang airnya kemungkinan tercemar, dan menjaga stamina tubuh.
Tantangan 3: Sering ke luar kota. Mengatasinya:
  • Delegasikan tugas dinas kepada yunior atau asisten.
  • Jika  tak mungkin didelegasikan, jadwal ulang perjalanan, misalnya menggeser jadwal bertemu supplier di luar negeri.
  • Bawa anak beserta pengasuhnya dalam perjalanan dinas.
  • Pilihan terakhir, tetap berangkat namun pastikan stok ASI cukup selama Anda tidak ada, serta selama dinas tetap memerah ASI. Jika ASI tak mungkin Anda simpan –karena tak mungkin membawa cooler box– buang ASI dan tetap memerah saat payudara penuh. Dengan demikian produksi tetap lancar.
Tantangan 4: Stres di kantor. Banyak hal bisa jadi pencetus stres di tempat kerja. Dan ketika Anda masih menyusui, stres ditambah hormon-hormon yang belum pulih benar akan berdampak pada produksi ASI!  
Mengatasinya:  
  • Pertinggi ambang stres dan jangan terlalu melibatkan emosi dalam pekerjaan. Jangan sensitif menanggapi omongan atau sikap orang lain, fokus bekerja dan menyusui.  
  • Tetap sibuk agar positive thinking dan tidak sempat mendengarkan gosip.
  • Disiplin waktu agar pekerjaan tidak bertumpuk dan bikin stres. Namun, pastikan tetap membina hubungan baik dengan kolega dan klien.
  • Supaya kantor lebih fresh –dan Anda tidak cepat suntuk–, letakkan tanaman atau ikan hias di meja, aromaterapi, camilan sehat dan multivitamin,  juga... foto bayi.


Tantangan 5: Tidak ada ruang menyusui. Mengatasinya:  
  • Jadikan mobil pribadi sebagai ruang laktasi. Pasang gorden, nyalakan AC –buka kaca jendela sedikit–, pasang musik, dan perahlah ASI –jangan lupa cuci tangan dulu.
  • Alternatif lain, gunakan ruang rapat jika kosong, pinjam rumah atau apartemen teman yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari kantor.
Tantangan 6: Jarak terlalu jauh. Waktu berangkat dan pulang kerja menghabiskan waktu 4 jam atau 1-2 kali waktu perah. Bagaimana jika payudara bengkak di jalan? Bagaimana jika ASI perah yang disimpan keburu rusak?
Mengatasinya:
  • Jika ada budget, kos atau sewa apartemen selama 3 bulan di dekat kantor dengan memboyong bayi dan pengasuhnya.
  • Jika tidak memungkinkan, cari lokasi memerah di perjalanan (rest room hotel, fitting room butik, ruang menyusui di mal).
  • Sekali  lagi, jadikan mobil sebagai “ruang laktasi”.
  • Agar ASI perah tetap baik, beli cooler box yang muat minimal 5 bungkus ASI.
Apapun tantangan dan kesulitan yang dihadapi, Bunda, jangan pernah menyerah untuk terus memberikan ASI untuk bayi. Tetap fokus dan galang dukungan dari orang-orang di sekitar akan sangat membantu.
 

 



Artikel Rekomendasi