Melahirkan Tanggal 17 Agustus

 

Melahirkan bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus, ternyata tidak hanya menjadi momen yang spesial dan menegangkan, tapi juga lucu! Bagaimana cara orang tua mengenang momen spesial ini? Simak cerita bunda-bunda luar biasa ini.
 
“Selamat Ulang tahun RI!”
Sampai tanggal 17 Agustus 2009 pagi, kandungan saya yang sudah mencapai usia 41 minggu, belum juga menunjukkan adanya tanda-tanda persalinan. Waktu dilakukan pemeriksaan USG hari itu, ternyata terdeteksi kalau plasenta saya sudah mulai mengalami pengapuran. Dokter saya pun lalu menawarkan untuk melakukan induksi hari itu juga.
Setelah ditunggu sampai sore, tidak juga muncul tanda-tanda pembukaan. Akhirnya, untuk menyelamatkan saya dan janin saya, dokter memutuskan melakukan operasi Caesar. Karena lahir di tanggal 17 Agustus, saya pun memberinya nama Suri, yang merupakan kependekan dari Selamat Ulang tahun Republik Indonesia dan  Hutriya untuk nama belakang, yang berarti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
dr. Buti Azfiani Azhali, SpA, M.Kes., ibu dari Suri Azzahra Hutriya Irvan (3)

“Doa saya terkabul!”
Tepat di tanggal 17 Agustus pagi, saya merasakan adanya cairan yang mengalir ke luar dan mulai merasakan mulas-mulas dengan jarak sekitar 30 menit sekali. Saya lalu memeriksakan diri ke bidan. Ternyata sudah pembukaan 2, tapi saya memutuskan untuk
menunggu pembukaan selanjutnya di rumah. Bidan tersebut meminta saya untuk kembali lagi jam 14.00 WIB. Menjelang Maghrib saya ke rumah sakit, dan belum ada pembukaan berikutnya. Dokter mengatakan kalau sampai tengah malam pembukaannya tidak bertambah, bayi saya harus segera dikeluarkan dengan operasi Caesar karena posisi janin yang masih sungsang. Saya tidak berhenti berdoa memohon agar bisa melahirkan normaldi  hari itu. Ternyata sekitar jam 22.00 WIB saya merasakan kontraksi kuat dan mulas-mulas luar biasa. Dokter mengatakan saya bisa melahirkan normal karena pembukaannya sudah lengkap. Akhirnya, tepat jam 22.27, anak saya lahir dengan selamat, meski sungsang. Karena lahir di bulan Ramadhan, saya pun memberinya nama Ramadhani, mirip seperti nama anak pertama.
Neffi Roza, ibu dari Muhammad Alif Ramadhan (4) dan Mutiara Ramadhani (11 bulan)

“Dokternya upacara bendera dulu…”
Panggul saya tergolong sempit, sehingga ketika kehamilan saya sudah mendekati hari H, dokter menyarankan saya untuk menjalani operasi Caesar. Pada tanggal 17 Agustus, sekitar pukul 04.00 WIB, ketuban saya pecah, mau tidak mau bayi saya harus segera
dikeluarkan hari itu juga. Sampai di rumah sakit, saya langsung dipersiapkan untuk menjalani operasi persalinan. Meskipun saya sudah memasuki ruang operasi pada pukul 08.00 WIB, saya baru bisa menjalani operasi dua jam kemudian karena harus menunggu
para dokter yang mengikuti upacara bendera. Ketika operasi akan dimulai, tiba-tiba terdengar bunyi sirene kencang di seluruh rumah sakit, sebagai tanda ikut merayakan
Hari Kemerdekaan.

Tim dokter menunda pelaksanaan operasi saya sekitar 5 menit, sampai bunyi sirene berhenti. Walaupun proses persalinan saya diselingi dengan berbagai penundaan karena adanya peringatan Hari Kemerdekaan, tapi semuanya berjalan lancar. Untuk mengenang proses kelahirannya di tanggal 17 Agustus tersebut, tim dokter menyarankan untuk memberi tambahan nama Merdeka kepada anak saya.
Tri Windyah, ibu dari Muhammad Rifad Ishak Merdeka (2)

“Sesuai ramalan…”
Tanggal 16 Agustus 2008 malam, saya menghadiri sebuah acara keluarga dan bersenang-senang sambil menikmati aneka jenis makanan yang terhidang. Lucunya, salah seorang Oom saya yang hadir di situ, ketika berpapasan dengan saya, tiba-tiba mengatakan, ‘Ah,
ini sih nanti malam bayinya ke luar…’ Malamnya, saya terbangun karena kaget tiba-tiba ada banyak cairan ke luar dengan deras. Seperti pipis tapi nggak berhenti! Suami saya langsung melarikan saya ke rumah sakit. Untungnya saya sejak jauh hari sudah mempersiapkan tas yang akan dibawa. Sebelum berlari ke mobil saya sempat mengambil kantung plastik besar yang biasa digunakan sebagai tempat cucian kotor untuk saya gunakan sebagai alas duduk di jok mobil.

Jam 00.30 saya sampai di rumah sakit. Saya sempat khawatir dokter kandungan saya berhalangan datang. Sambil menunggu dokter, cairan ketuban saya sampai jam 07.00 terus mengalir dengan deras sampai perut saya terlihat mengempis. Tapi, tidak ada
pembukaan maupun kontraksi sama sekali. Saya panik dan berkali-kali menanyakan kepada perawat, ‘Mana dokternya?’ Perawat itu menjawab, ‘Dokternya sedang upacara bendera 17 Agustusan!’ Suasana di rumah sakit dan ruang bersalin hari itu sangat ramai,
karena banyak ibu hamil yang melahirkan dengan Caesar. Sekitar jam 11.00 barulah dokter kandungan saya datang menangani dan dia mengambil keputusan untuk melakukan tindakan operasi Caesar karena cairan ketuban saya sudah menipis. Ucapan Oom saya malam itu ternyata benar! Kendra anak pertama saya lahir tepat tanggal 17 Agustus 2008. Karena tanpa rencana, maka saya dan suami tidak memberi nama khusus kepada Kendra berkaitan dengan Hari Kemerdekaan.
Alia Miranti, ibu dari Kendra Anaka Fadila (4) dan Kevara Anaka Fadila (1 tahun 8 bulan)    


“Diiringi lagu Indonesia Raya”

Dua minggu sebelum hari kelahiran yang diperkirakan, dokter kandungan menyatakan bahwa posisi janin saya sungsang! Berita itu tidak langsung membuat saya mengambil keputusan untuk Caesar karena saya tetap mau melihat perkembangan janin terlebih dahulu. Seminggu kemudian, ketika saya memeriksakan kandungan lagi, ternyata posisi janin saya masih sungsang. Akhirnya, dokter kandungan saya yang pro persalinan alami itu, terpaksa menetapkan jadwal operasi Caesar tanggal 19 Agustus 2009. Terus terang
saya agak kecewa mendengar keputusan dokter, karena saya sebetulnya ingin agar bayi saya lahir secara alami tepat tanggal 17 Agustus.

Ternyata dokter kandungan saya “membaca” kekecewaan saya. Dia lalu berkata, ‘Bu, minta saja sama bayinya untuk ke luar tanggal 17 Agustus.’ Saran dokter saya ikuti. Selama seminggu sebelum tanggal 17 Agustus, saya rajin mengajak ngobrol bayi saya,
sambil bilang, ‘Kamu keluarnya pas tujuhbelasan saja, ya Nak…’ 
Tanggal 16 Agustus pagi, perut saya mulai terasa mulas. Sekitar jam 21.00 keluar flek, lalu saya bergegas ke rumah sakit. Ternyata saya berhasil melahirkan bayi saya secara normal, tepat pada jam 00.45, tanggal 17 Agustus 2009! Persalinan saya berjalan lancar. Dalam rangka menyambut kelahiran bayi saya, dokter kandungan saya sempat menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” di ruang bersalin. Nama Rakha Ikram Taufiq bila disingkat akan menjadi RI Taufiq, sehingga RI bisa dimaknai sebagai Republik Indonesia, untuk mengenang bahwa dia lahir tepat di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Nerisa Pitrasari, ibu dari Rakha Ikram Taufiq (3)
    

 



Artikel Rekomendasi