Kiat Menyusui Saat Bencana

 

Stres mempengaruhi kadar hormon oksitosin yang mengatur produksi air susu ibu. Dalam kondisi ibu bahagia dan relaks, kadar hormon ini akan tinggi sehingga produksi ASI banyak. Sebaliknya bila ibu stres, oksitosin jadi turun dan produksi ASI pun berkurang, bahkan bisa berhenti sama sekali! Padahal ketika bencana terjadi, ibu harus tetap menyusui bayinya!

ASI akan melindungi bayi yang masih rentan terserang penyakit di tempat pengungsian dan meningkatkan kesehatan emosi bayi serta rasa nyaman di saat-saat yang penuh ketegangan. ASI juga membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan luka yang diderita bayi, serta penyakit infeksi yang umumnya banyak terjadi di lokasi pasca bencana.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH., mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan susu formula kepada bayi dalam keadaan darurat di tempat pengungsian para korban bencana alam, karena dapat membahayakan kesehatan bayi. Susu formula perlu dicairkan dengan air matang, sementara umumnya di lokasi pengungsian sukar mendapatkan air bersih. Kontaminasi makanan/minuman bisa memicu terjadinya infeksi. Jadi, para ibu yang mempunyai bayi diimbau untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dalam keadaan darurat sekali pun, dan bila memungkinkan dilanjutkan hingga anak berumur 2 tahun bersama makanan pendamping ASI.

Kiat menyusui darurat
  • Tenangkan diri dan yakinlah Anda tetap mampu memberi ASI meski stres. Carilah tempat yang cukup nyaman untuk duduk dan menyusui.
  • Pengeluaran ASI dipengaruhi refleks (let down reflex), dan bukan hormon stres kortisol. Untuk meningkatkan ASI, beri kesempatan bayi mengisap payudara cukup kuat dan lama.
  • Jumlah ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi Anda, meski Anda kurang makan. Yang penting, minum banyak cairan, terutama air putih. Teruslah menyusui si kecil setiap kali dia lapar. Dengan sering mengosongkan kedua payudara, tubuh Anda akan terpicu untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi sehingga bayi tidak akan kekurangan.
  • Jangan khawatir jika ASI terhenti. Dengan melakukan program relaktasi, kesabaran, keuletan, tekad, serta dukungan dari lingkungan, secara bertahap ASI dapat keluar kembali. Khususnya, bila emosi Anda sudah tenang.
Step by Step Relaktasi
  • Duduk nyaman, gendong bayi dengan jarak dan posisi yang tepat terhadap puting payudara. Pastikan bayi pada posisi nyaman.
  • Coba susui setiap 2 jam sekali, atau paling tidak 10 kali dalam 24 jam.
  • Susui bayi setiap kali terlihat lapar. Biarkan dia mengisap puting payudara selama kurang-lebih 30 menit. Lamanya si kecil mengisap payudara dapat ditingkatkan bertahap mulai dari 15 menit, 20 menit, dan seterusnya.
  • Upayakan Anda selalu bersama bayi pada malam hari, yakni ketika hormon prolaktin (pengatur produksi ASI) sedang tinggi kadarnya.
  • Sebagai langkah awal, Anda dapat memberi susu formula dengan volume sesuai kebutuhan berdasarkan berat badan bayi, atau dalam jumlah yang sama seperti yang biasa dikonsumsi sebelumnya.
  • Setelah ASI mulai keluar sedikit, kurangi porsi susu formula sebanyak 30-60 ml sehari.
  • Bila sebelum relaktasi bayi masih menyusu sesekali, produksi ASI saat relaktasi biasanya meningkat kembali dalam beberapa hari. Tapi bila bayi sudah berhenti menyusu, mungkin diperlukan beberapa minggu untuk dapat menghasilkan ASI kembali. Bersabar ya, Bu.
  • Relaktasi lebih mudah dan cepat bila bayi masih berumur kurang dari 3 bulan, dibandingkan bila bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi dapat dilakukan pada bayi usia berapa pun.
Baca:
Menyusui Saat Hamil
Teknik Menyusui Bayi Prematur
Trik Menyusui Dalam Perjalanan
Menyusui Bayi Kembar


 



Artikel Rekomendasi