Menebus Rasa Bersalah

 



Ketika ibu memutuskan untuk tetap bekerja, para ibu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menebus rasa bersalah yang timbul karena meninggalkan anak di rumah. Apa saja yang biasanya para bunda lakukan? Apakah benar menurut ahlinya? Simak jawaban DRA. FITRIANI F. SYAHRUL, Psi berikut ini.

Sering jalin komunikasi.


“Saat berada di tempat kerja, saya akan berkomunikasi dengan Farril (2,5), setiap kali ada kesempatan dengan meneleponnya. Itu saya lakukan sejak Farril masih bayi. Lumayan,  bisa mengurangi  rasa bersalah meninggalkannya seharian." (Kania Sutarji)

Secara emosional, anak yang kerap diajak berkomunikasi oleh orangtuanya akan merasa nyaman. Apalagi saat anak butuh dan memiliki masalah. Namun, Anda  tetap perlu mengatur,  kapan waktu yang tepat untuk melakukannya.

Cobalah berkomunikasi setelah anak melakukan kegiatan, usai bermain atau usai makan. Anda bisa menanyakan apa mainan yang ia senangi hari itu atau menanyakan makannya habis atau tidak. Anda pun dapat bercerita tentang pengalaman di perjalanan saat berangkat kerja, misalnya bertemu dengan mobil pemadam kebakaran atau pedagang rambutan. 

Sebaiknya,  komunikasi dilakukan saat jam istirahat karena memerlukan waktu yang cukup lama. Agar komunikasi berjalan baik, lakukan dengan relaks dan tidak selalu berupa instruksi harus melakukan itu dan ini.




Mainan untuk tebusan.

“Kalau saya lembur dan pulang malam, saya selalu membelikan Giral (3) mainan. Dengan itu, saya merasa tetap memerhatikannya, meskipun ia tidak minta. Saya mencari uang, kan, untuk membuatnya bahagia.” (Hefly Hutomo)

Anak tentu senang mendapat hadiah mainan. Namun,  jika hal tersebut dilakukan berulang-ulang,  ia  tidak akan belajar mengendalikan diri yang membuatnya sulit beradaptasi pada situasi tertentu. Ia pun akan sulit memahami kondisi keuangan Anda. Selain itu, anak juga  menjadi kurang menghargai proses dan kerja keras untuk meraih suatu tujuan.

Ini akan memengaruhi semangat juang  yang diperlukan oleh siapa saja yang ingin sukses. Sedangkan Anda akan mengalami kesulitan mengelola keuangan, apalagi jika penghasilan pas-pasan.

Mainan sebaikya dibelikan sebagai penghargaan jika ia berperilaku positif. Misalnya, anak mau membereskan mainannya atau  tidak mengganggu lagi teman di sekolahnya. Pilih  jenis mainan yang  sesuai dengan keuangan Anda, namun bagus untuk anak.  Untuk anak usia prasekolah, Anda bisa membelikan mainan yang merangsang otak, motorik halus dan kasar seperti puzzle.




Hotel mewah dan restoran ternama.

Libur adalah kesempatan emas saya untuk mengajak Naomi (3) menginap di hotel mahal  dan makan di restoran berkelas. Saya ingin ia tahu  bahwa berkat bekerja,  saya bisa mengajaknya liburan istimewa. Puas rasanya melihat ia senang. (Dini Mansyur)

Sekali-sekali, sih,  boleh mengajak anak menikmati itu semua. Namun jika terlalu sering, bisa melahirkan sikap hedonistik, cenderung bermewah-mewah.  Sikap itu dapat membuat anak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam situasi yang serba terbatas, padahal hidup ini tidak selalu dalam situasi yang menyenangkan.

Anak juga jadi kurang mensyukuri apa yang ada dan kurang menghargai temannya yang biasa-biasa. Maka, ada baiknya mengajak anak untuk liburan di tempat yang tidak terlalu mewah, di pantai atau perkebunan. Di sana, anak bisa bertemu dengan pengunjung yang beragam,  yang akan memberinya  pengalaman lebih berwarna.




Membiarkan tidur malam.

Jika saya telat pulang karena harus menyelesaikan pekerjaan, saya mengizinkan Jagat (4) tidur lebih larut.  Apalagi jika ia kelihatan tidak mengantuk. Dengan begitu saya jadi bisa punya waktu menemaninya bermain. Ia kelihatan senang sekali. (Fifi Anggraini)

Pasti anak senang  bisa menghabiskan waktu bersama ibunya. Namun tidur larut, jika dilakukan berulang-ulang akan mengubah ritme biologisnya, ia akan terjaga di siang hingga larut malam, saat seharusnya orang sudah terlelap.

Apalagi kebutuhan tidur anak balita masih cukup besar, antara 10 -1 2 jam sehari. Anak yang sudah sekolah akan sulit bangun pagi. Di sekolah ia akan mengantuk, sulit konsentrasi dan kerap marah. Dari sisi penegakan disiplin, sikap permisif ini,  membuat Anda  tampak tidak konsisten di mata anak. 

Akibatnya Anda akan kesulitan menegakkan aturan lain.  Fisik Anda pun  akan menurun karena harus menemaninya bermain hingga larut. Jadi sebaiknya usahakan anak tidur sesuai jadwalnya. Anda bisa memanfaatkan waktu bersamanya esok pagi sebelum berangkat kerja,  saat Anda  anak dalam keadaan segar karena tidur cukup!




Pulang tepat waktu.

Setiap hari saya selalu berusaha pulang tepat waktu. Teman-teman menjuluki saya si teng-go,  pulang sesuai jam kerja. Bagi saya itu adalah  pilihan yang harus diambil untuk menebus rasa bersalah sebagai ibu bekerja. Sebab,  saya yakin,  kehadiran saya rumah sangat dinantikan oleh Lili, (2) untuk menemaninya bermain. (Talia Khatulistiwa).

Itu merupakan tindakan positif yang menunjukkan komitmen Anda terhadap anak. Dengan itu,  anak akan percaya bahwa ibunya tetap memerhatikan,  meski sibuk bekerja hingga sore. Ini juga  bagus untuk menanamkan trust, yang akan membuatnya merasa aman.

Keputusan Anda untuk pulang tepat waktu juga menunjukkan bahwa  Anda jempolan menyelesaikan pekerjaan dan mengatur waktu. Namun, di saat-saat tertentu Anda tentu dituntut untuk bekerja lembur. Jika ini terjadi, sampaikan kepada anak dengan bahasa yang sederhana.

Misalnya dengan mengatakan,  ”Maaf, hari ini,  Bunda akan pulang terlambat karena  ada  tambahan pekerjaan. Kamu makan dulu, ya.” Dengan itu anak akan tahu, bahwa Anda harus mengikuti aturan tempat Anda bekerja seperti halnya ia mengikuti aturan di sekolah.





Kenyataannya…

Berdasarkan Studi di Academy of  Social Sciences,  London, Inggris, anak dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja menunjukkan kemampuan yang sama dalam bidang bahasa dan matematika, begitu juga perilakunya.

Selain itu, rasa bersalah pada ibu bekerja muncul karena masih ada anggapan bahwa tugas ayah mencari uang dan ibu mengasuh anak di rumah. Padahal saat ini, wanita berpendidikan tinggi semakin banyak, seiring dengan kesempatan kerja yang tersedia. Para ayah pun tidak keberatan terlibat mengasuh anak.

Dengan bekerja, wanita bisa memanfaatkan keahliannya, memeroleh penghasilan, mandiri, memiliki jaringan luas sekaligus memberi anak pelajaran tentang disiplin bekerja keras dan finansial. Tentunya untuk bekerja tenang Anda membutuhkan kehadiran -entah  keluarga atau asisten rumah tangga yang terlatih- untuk menemani anak. Hanya memang  Anda perlu menerima kenyataan,  Anda mungkin tidak bisa menyaksikan langkah atau mendengar kata pertama anak  secara langsung.

KONSULTASI DRA. FITRIANI F. SYAHRUL, Psi, LENTERA INSAN CHILD DEVELOPMENT AND EDUCATION CENTER, DEPOK.


 



Artikel Rekomendasi