Setajam Silet

 





Setiap orang memiliki alasan untuk bekerja. Tak terkecuali ibu baru yang memilih bekerja, dan meninggalkan anak di rumah. Yuk, dukung sesama ibu, dengan cara menjaga perkataan dan perasaan. Jika menemukan kalimat-kalimat di bawah ini, ada cara menyampaikan dan meresponnya.

“Anakmu nangis dari tadi, dia pasti rindu ibunya.”
Bila tetap diucapkan malah membuyarkan konsentrasi ibu yang sedang bekerja, bahkan dapat membuatnya stres mendadak. Setiap ibu baru yang bekerja sebenarnya memiliki dilema antara mengurus anaknya sendiri atau kembali bekerja. Meski tampak tenang di luar, hatinya berkecamuk antara sedih, khawatir dan merasa berdosa meninggalkan anak, tapi di sisi lain ia dituntut untuk profesional.
Respon dengan tetap tenang dan berpikir positif.  Biasanya, yang mengucapkan kalimat tersebut adalah keluarga di rumah, berdasarkan asumsi mereka sendiri, atau justru karena sudah “mati gaya” mengurus bayi. Dengan nada bercanda, lakukan konfirmasi:“ Apa benar? Memangnya Dimas sudah bisa bilang sendiri kalau dia kangen saya?” Katakan pada siapapun yang menjaga anak, untuk mengecek kembali kondisinya. Siapa tahu ia menangis karena haus atau popoknya basah.

“Saya tak akan pernah membiarkan anak saya diasuh orang lain, selain saya, ibunya.”
Bila tetap dilontarkan, Anda justru akan menyinggung perasaan ibu bekerja, yang karena satu dan lain hal harus bekerja di luar rumah. Meskipun Anda hanya mengemukakan opini Anda sendiri. Dalam hubungan antar manusia, sikap Anda bisa dianggap tidak peka dan tidak simpatik.
Respon dengan pikiran yang positif. Yakinkan diri Anda, mereka mengatakannya karena terdengar indah dan ideal bagi diri mereka sendiri. Anda bisa menjawab, ”Setiap orang punya standar dan rencana berbeda-beda untuk dirinya dan keluarganya. Apa yang baik bagimu, belum tentu ideal untuk saya”.


“Kamu yakin anakmu aman dengan pengasuh di rumah?”
Bila tetap disampaikan, perasaan ibu bekerja semakin tidak tenang. Akibatnya pekerjaannya tak optimal. Anda,kan, belum mengenal dekat pengasuh anak tersebut. Jika belum kenal, bagaimana bisa bersikap skeptis terhadapnya? Lain halnya jika Anda melihat sendiri bagaimana pengasuh anak memperlakukan bayi teman Anda. Silakan memberi teman Anda masukan, dan berikan fakta.
Respon ibu sebaiknya tetap tenang dan berprasangka baik terhadap mereka yang bertanya seperti itu. Yakinkan diri, bahwa sebenarnya mereka peduli pada keselamatan dan kesejahteraan anak. Coba gali informasi dengan mengatakan, “Selama ini anakku baik-baik saja. Kamu ada ide cara-cara baru yang efektif untuk mengontrol pengasuhan anak selagi saya tidak di rumah?”

“Kamu lebih mengutamakan karir dibanding keluarga, ya?”
Bila tetap disampaikan justru akan membuat ibu bekerja tersinggung. Kalimat tersebut jelas mengandung tuduhan atau kesimpulan yang bersifat emosional. Logikanya, mana ada sih, ibu yang dengan sengaja memilih karier ketimbang darah dagingnya? Jika memang peduli dan prihatin pada kesibukan si ibu, pilih kata-kata yang lebih bijaksana daripada melontarkan kalimat pedas ini.
Respon dengan mencoba gali motif si komunikator. “Tidak juga. Mengapa kamu bertanya begitu?” lalu dengar alasannya sampai tuntas. Jika kalimat itu dilontarkan oleh pasangan Anda, kemungkinan karena ia merasa Anda berdua memiliki masalah yang perlu diklarifikasi dan dicari solusinya.

“Duh, rasanya ingin menghilang beberapa hari dari kesibukan mengurus anak-anak”.
Bila tetap diucapkan, malah membuat ibu bekerja kian galau, sebab, berbanding terbalik dengan Anda, ibu bekerja  justru rela mengorbankan apa pun untuk menghabiskan waktu beberapa hari dengan anak di rumah!
Respon dengan santai. Mungkin saja teman Anda memang betul-betul curhat karena sedang jenuh dengan peran  dan tanggung jawabnya di rumah dan memerlukan liburan. Ibu bukan malaikat. Ibu juga butuh me time, kok.


“Buat apa bekerja terus meninggalkan anak. Suamimu kan mampu membiayai.”
Bila terlanjur diucapkan akan membuat ibu lain berpikir, Anda sok tahu. Memangnya Anda tahu betul “dapur” keluarga ibu bekerja? Apa betul kondisi finansial mereka semapan perkiraan Anda? Seandainya benar mapan, pasti ada alasan kuat lain yang menyebabkan ibu memutuskan untuk tetap bekerja atau menekuni profesi di luar rumah.
Respon  dengan menyampaikan satu  alasan logis mengapa Anda tetap bekerja. Mereka boleh tidak setuju, tetapi katakan bahwa keputusan Anda untuk tetap bekerja, adalah kesepakatan bersama Anda dan pasangan.

“Apa tidak takut anakmu lebih dekat ke baby sitter?”
Bila disampaikan, justru Anda menjadi kompor ibu bekerja untuk merasa cemburu pada pengasuh anaknya! Tanpa perlu diingatkan orang lain pun, setiap ibu bekerja sudah memiliki perasaan tersebut. Akan lebih baik Anda mendukungnya dengan memberikan saran agar ibu tetap dekat dengan anak. Misalnya degan menemani anak menonton TV, dan membacakan dongeng sebelum tidur.
Respon dengan menarik napas panjang, hembuskan, dan berkata sambil tersenyum: “Kadang-kadang iya, tetapi di sisi lain saya bersyukur karena anak saya  memiliki pengasuh yang cocok. Saya yakin cinta anak kepada pengasuh dan kepada ibunya tak akan pernah tertukar.”

“Bekerja bisa kapan saja, tapi melihat tumbuh kembang anak di awal kehidupannya itu tak tergantikan”.

Bila tetap diucapkan, bisa jadi membuat ibu bekerja semakin berkecil hati. Kalimat Anda indah, namun lebih cocok digunakan untuk tagline iklan. Kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Ingatlah, tidak semua ibu cocok menjalani wirausaha atau bekerja dari rumah!  Bila Anda betul peduli, lebih baik beri dukungan bagi ibu bekerja dengan membesarkan hatinya, memberinya semangat, dan mengulurkan bantuan yang sewaktu-waktu ia butuhkan.
Respon dengan tetap tenang dan fokus. Daripada mencurahkan perhatian pada orang yang suka melontarkan kalimat-kalimat “silet”, lebih baik  Anda meluangkan waktu dengan perempuan-perempuan hebat lainnya, yang bisa memotivasi semangat dan energi Anda.


“Kamu sama Bunda Lala lagi, ya!  Bundamu, kan, kerja. Nanti kita nyanyi, jalan-jalan, pokoknya asyik deh!”
Bila disampaikan Anda justru menyiksa hati ibu bekerja. Kalimat yang biasanya dilontarkan tetangga atau kerabat, tempat anak dititipkan karena pengasuh berhalangan ini, membuat batinnya menjerit mendengar kegembiraan tersebut. Jika memang Anda ikhlas, cukup terima bayinya dengan senyum dan tangan terbuka.    
Respon dengan tegar, senyum dan ucapkan terimakasih pada tetangga atau kerabat yang baik hati itu! Bagaimana pun Anda musti bersyukur karena memiliki ibu pengganti darurat andalan. Soal kata-katanya yang menurut Anda lebay, mungkin karena kepribadiannya yang hangat dan ekspresif.

"Tak usah ikut repot  mengurus, kamu kan sibuk bekerja. Serahkan saja pada kami!"

Bila dicetuskan, akan membuat ibu bekerja seperti merasa dikucilkan. Kalimat yang sering diucapkan ibu-ibu di komunitas orangtua ketika mengorganisir kegiatan posyandu atau kegiatan parenting lainnya, layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi bermaksud baik yaitu meringankan beban teman, namun di sisi lain, jleb, alias menusuk. Jika ingin meringankan beban, sodorkan saja daftar tugas dan biarkan ibu bekerja memilih tugas mana yang bisa ia lakukan di sela-sela kesibukannya.
Respon dengan tetap berpikir tenang dan positif. Ibu-ibu tersebut sebenarnya bermaksud baik. Minta dengan baik daftar tugas untuk Anda pilih 1-2 yang bisa dikerjakan dari kantor.  Cara lain untuk berpartisipasi namun tidak repot adalah dengan menjadi salah satu penyandang dana. Beres!

 



Artikel Rekomendasi