Masalah Reproduksi Pria yang Menghambat Kehamilan

 

 
Foto: shutterstock

Usaha memiliki anak nyatanya tak selamanya berjalan mulus. Beberapa gangguan bisa muncul dan menjadi hambatan bertemunya sel telur dengan sperma, sehingga mengakibatkan pasangan suami isteri subfertil (kurang subur) atau infertil (tidak subur). Di luar dugaan masyarakat selama ini, justeru penyebab terbesar ketidaksuburan pasutri, atau 30-40%, disebabkan oleh pria. Berikut ini kelainan sperma yang kerap dialami pria:
   
•    Azoospermia adalah tidak ditemukannya sel sperma dalam cairan semen atau air mani. Penyebabnya, pertama akibat saluran sperma (vas deferens) tersumbat sehingga sperma tidak bisa keluar dan bercampur air mani, kedua, karena testis gagal menghasilkan sperma. Penyebab lain adalah gangguan genetik sindrom klinefelter. Diagnosa musti ditegakan melalui analisis sperma di laboratorium. Upaya mengatasinya berdasarkan penyebabnya. Tindakan dokter jika terjadi sumbatan maka dilakukan operasi pembersihan sumbatan. Jika sperma yang diproduksi sangat sedikit, maka sperma dikumpulkan untuk digunakan dalam program In Vitro Fertilisation (IVT) atau bayi tabung dengan teknik Intra Cyptoplasmic Sperm Injection (ICSI).

•    Oligospermia atau oligozoospermia adalah kelainan sperma dimana jumlahnya sangat sedikit atau kurang dari normal -20 juta sperma per 1 ml air mani. Penyebabnya berkaitan dengan kesehatan, lingkungan dan gaya hidup. Tekanan berlebihan pada testis (misalnya akibat memakai celana ketat), pembengkakan akibat infeksi, paparan logam berat, paparan panas, stress, merokok dan terlalu banyak mengonsumsi makanan instan, dapat mengganggu produksi sperma. Dokter akan memberi obat kesuburan dan anjuran diet. Jika kehamilan tak juga terjadi, maka Anda dianjurkan menggunakan metode inseminasi buatan atau bayi tabung.

•    Asthenozoospermia adalah gerakan sperma rendah, sehingga tidak dapat berenang cepat untuk membuahi sel telur. Penyebabnya, akibat bentuk sperma abnormal, misalnya sekor lebih pendek. Kondisi ini bisa ditolong dengan pengobatan, namun keberhasilannya sulit diprediksi. Pencegahan utama adalah menghindari infeksi, sebab infeksi bisa menghasilkan zat-zat racun yang mengontaminasi testis. Jika testis terkontaminasi, proses pembentukan sperma terganggu, sehingga berpengaruh pada kualitas dan gerakan.

•    Teratospermia adalah bentuk sperma abnormal, sangat banyak atau jumlah morfologi sperma normal kurang dari 30%. Bentuk sperma normal adalah jika memiliki kepala oval, dan leher serta ekor panjang. Penyebab gangguan ini belum diketahui pasti, tetapi konon berelasi dengan penyakit Celiac dan Crohn, kelainan hormonal, trauma testis, infeksi dan tumor. Ada tiga kategori Teratospermia: ringan (memiliki 15% sperma normal), sedang (10-15% sel normal) dan berat (hanya 10% sperma normal). Hingga kini, upaya pengobatan seperti pemberian testosteron, vitamin E dan C, antioksidan dan bahkan operasi belum efektif menyembuhkan. Pasutri perlu mempertimbangkan metode pembuahan lain seperti bayi tabung.

KONSULTASI: dr.PONCO BIROWO, SpU,PhD, dari RS ASRI, JAKARTA
dr.FAKRIANTINI JAYA PUTRI, SpOG, dari RS ZAHIRAH, JAKARTA


(CA/ERN)

Direvisi 3/6/22

 



Artikel Rekomendasi