Berat Badan Berlebih saat Hamil

 

Berat badan mengalami kenaikan sepanjang kehamilan tentu saja harus. Namun, jangan terlena dan menjadikan kehamilan sebagai alasan untuk bebas mengonsumsi apa saja tanpa merasa perlu mengontrol berat badan. Karena bisa saja tanpa disadari, Anda mengalami kenaikan berat badan berlebih atau Pregobesitas (Pregnancy Obesitas). 

Saat ini semakin banyak obesitas menyerang ibu hamil. Bahkan, sejak tahun 2000, ibu hamil yang menderita obesitas di Amerika Serikat meningkat 30% setiap tahunnya. Meski kerap dianggap sepele dan biasa, namun kenaikan berat badan berlebih pada kehamilan justeru berdampak serius bagi kesehatan Bunda dan janin.
   
Mengapa penderita obesitas pada ibu hamil cenderung meningkat? Karena ibu hamil seringkali melakukan ‘kesalahan’ dengan berusaha memenuhi nutrisi untuk dua orang, yaitu ibu dan janin. Inilah yang menyebabkan para bunda cenderung makan berlebihan saat hamil dan mengakibatkan berat badan naik dratis. Penyebab lain adalah konsumsi kalori yang berlebihan.


Risiko pada ibu:
  • Preeklampsia.  Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urin. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Akibatnya, aliran darah ke janin terhambat, dan dapat berakibat fatal. Preeklampsia dapat berlanjut kepada eklampsia yang menyebabkan ibu hamil koma,  bahkan kematian, baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
  • Diabetes gestasional. Merupakan keadaan meningkatnya kadar gula dalam darah yang terjadi selama proses kehamilan dan terjadi pada sekitar 4% dari jumlah total ibu hamil di seluruh dunia. Batasan gula darah puasa 100 mg/dl, dan batasan gula darah sewaktu 140 mg/dl. Maka jika kadar gula darah Anda lebih dari angka tersebut, maka dapat digolongkan diabetes. Waspadai jika Anda mengalami beberapa gejala seperti sering BAK (poliuria), banyak minum (polidipsia), sering lapar dan banyak makan (polifagia), gatal-gatal pada kulit dan vagina, keputihan, cepat lelah, sering mengantuk, dan kesemutan.
  • Sleep apnea, yaitu gangguan tidur karena masalah pernapasan. Gangguan pada waktu tidur ini ditandai dengan tidur mendengkur, sulit bernapas, napas beberapa saat terhenti, sering tersedak atau terbatuk-batuk waktu tidur, sering terbangun di malam hari dan sering buang air kecil. Ibu hamil yang mengalami gangguan tidur karena sleep apnea memiliki risiko lebih tinggi mengalami problem kesehatan baik bagi dirinya maupun sang bayi. Selain itu, ibu dengan sleep apnea rentan mengalami preeklampsia. Bayi yang dilahirkan pun harus melalui operasi sesar.
  • Kesulitan dalam persalinan normal karena timbunan lemak yang berlebih akan menyulitkan bayi melewati jalan lahir. 
  • Infeksi pasca persalinan meningkat, karena proses persalinan biasanya sulit dan lama.

Dampak pada janin:
  • Bayi mengalami Makrosomia. Ukuran janin yang terlalu besar (lebar bahu lebih besar dari diameter kepala) akan  menyulitkan proses kelahiran dan meningkatkan komplikasi persalinan.
  • Obesitas pada bayi. Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Lancet, Amerika Serikat, wanita yang berat badannya naik lebih dari 24 kilogram  selama kehamilan dapat memiliki bayi dengan berat 150 gram lebih berat daripada wanita yang pertambahan berat badannya hanya berkisar 10 kilogram.
  • Bayi lahir prematur atau lahir kurang dari 37 minggu.
  • Bayi lahir dengan kelainan tabung saraf pusat (spina bifida). Keadaan ini seharusnya dapat dideteksi pada awal kehamilan, dan dapat dilakukan tindakan secara medis. Namun pada ibu hamil yang obesitas, timbunan lemak di perut menyulitkan proses deteksi.
  • Bayi lahir dalam keadaan meninggal. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dr.Aimin Chen dari Fakultas Kedokteran Universitas Creighton, Ohama, Amerika Serikat, sejumlah bukti menunjukkan, angka kematian lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami obesitas saat kehamilan. (CA/RAC)

 



Artikel Rekomendasi