Perkembangan Bahasa Bayi 0-1 Bulan

 

Berkomunikasi dengan bayi baru lahir seperti berjalan menembus kabut. Bagaimana tidak? Saat dia menangis, misalnya, ibu menduga-duga penyebab tangisnya. Bagi telinga yang belum terlatih, semua tangisan terdengar sama.

Padahal, penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa bayi memproduksi suara tangis yang berbeda-beda tergantung apakah dia lapar, tidak nyaman, lelah atau bosan.

Tangis lapar biasanya berirama dan teratur. Tangis rasa sakit biasanya berupa satu jeritan atau ratapan panjang diikuti engahan. Tangis yang sulit direspon adalah tangis bosan atau rewel yang biasanya berupa rengekan ringan tapi bisa berlangsung lama.

Penelitian terbaru yang dimuat dalam The Journal Current Biology  menemukan perbedaan antara tangisan bayi Jerman dan Perancis.  Sejak usia sangat dini, ia sudah mendengarkan dan sudah mendengarkan  suara orang tuanya, termasuk aksen daerahnya. Jadi, walau sepertinya bayi Anda hanya bisa menangis, tidur dan makan/minum ASI, ia sebenarnya sedang aktif belajar  berkomunikasi dengan Anda.

Pada rentang usia ini, bayi juga sudah dapat meniru ekpresi muka Anda. Tanpa dia sadari, upayanya akan membantunya memperkuat dan melatih otot-otot mulut, bibir dan lidahnya untuk mendukung keterampilan bicaranya.  Selain itu, bayi baru lahir juga akan menggunakan bahasa tubuh untuk memberitahu Anda apa yang dia inginkan. Kala gembira, dia akan bergerak-gerak dari kepala sampai kaki. Sementara saat mengantuk, dia akan menguap dan menggosok-gosok matanya.  

Kiat berkomunikasi:
  • Sealami mungkin. Kebanyakan ibu baru dapat menemukan cara yang alami untuk menenangkan atau menghibur bayinya, antara lain lewat sentuhan dan suaranya. Sentuhan mengekspresikan cinta, dan cara paling alamiah memberi sentuhan adalah dengan memeluk dan menyusui  bayi Anda. Sementara suara ibunya adalah suara yang sudah bisa dikenali bayi baru lahir. Ia pun berusaha menolehkan kepala ke arah suara ibunya, bahkan sebelum dia bisa tersenyum.
  • Lakukan ‘pembicaraan’. Walau tahu takkan mendapat jawaban, Anda sebaiknya mulai mengajaknya berkomunikasi. Lakukan saat kondisi kesadarannya penuh yaitu ketika dia merasa nyaman, khususnya seusai makan. Tanyakan padanya, “Enak ya ASI Bunda?” Pertanyaan ini membantunya  belajar merespon orang yang bicara padanya.  
  • Batasi kalimat. Bicaralah pada bayi dengan struktur bahasa sederhana, kalimat pendek, kecepatan bicara diperlambat dan suara lembut, namun jelas. Bila perlu, perpanjang huruf hidup, misalnya, “Dimas cakeeep sekali”.    
  • Empeng jangan terus menerus. Penelitian dari The University of Washington menemukan bayi-bayi yang diberi empeng selama 3 tahun  berisko tiga kali lebih besar untuk mengalami kesulitan berbicara daripada  mereka yang tidak diberi empeng.  
Baca juga:


 



Artikel Rekomendasi

post4

Cara Tepat Bergawai pada Anak

Data riset brand smartphone Huawei tahun ini, 87% orang tua Indonesia memberi gawai ke anak. Dan anak-anak usia 5 hingga 8 tahun di negeri ini, sudah memakai gawai. ... read more