5 Disiplin Salah

 

Kesalahan dalam menerapkan disiplin dapat membuat anak bersikap buruk. Hukuman, sering digunakan dalam menerapkan disiplin dan menjadi hal yang utama. Karenanya, pelajari 5 kesalahan berikut agar Anda tidak melakukannya.

1. Menyuap. Jangan memberikan hadiah kepada anak  sambil meminta dia berjanji untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak  Anda inginkan. Misalnya, “Ibu nggak kasih kamu hadiah kalau mengganggu adik. Janji nggak ganggu adik. Ibu sudah siapkan hadiahnya lho.” Ini artinya Anda menyuap. Dengan menyuap, Anda mengondisikan anak untuk mau melakukan sesuatu hanya karena  mendapat hadiah. Anda mengondisikan anak untuk melakukan sesuatu bukan  karena dorongan kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Menyuap anak hanya akan menghentikan kebiasaan buruknya saat itu saja, tapi tidak mengajarkan pemahaman kepada anak bahwa memukul  adalah sikap buruk. Sebaiknya berikan hadiah kepada anak sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang berhasil dicapainya. Misalnya, berikan dua jempol “hebat” karena anak tidak mengganggu adiknya selama di mobil menuju mal. Atau terapkan akumulasi perilaku baik dengan hadiah stiker setiap kali anak berhasil tidak menyakiti adiknya. Kumpulkan stiker, tukar stiker ini dengan mainan atau buku di akhir minggu. Jelaskan kepada anak mengapa Anda memberikan hadiah di akhir minggu ini.

2. Berbohong. Anda mungkin pernah menghadapi rengekan anak, sementara  terburu-buru harus ke kantor karena ada rapat penting dengan klien. Ketika anak tahu Anda hendak pergi, dia mulai meraung-raung. ‘Jurus’ bohong biasanya dipilih orang tua agar masalah segera selesai. “Mama harus pergi menolong teman Mama karena di rumahnya ada harimau besar!” Cara  ini memang berhasil membuat anak Anda mengurungkan niat kerasnya untuk ikut bersama Anda saat itu. Tapi Anda  tidak mengajarkan pemahaman kepadanya tentang sikap yang benar saat ditinggal pergi orang tua. Berbohong juga akan membuat anak kehilangan kepercayaan pada Anda, dan secara tidak langsung mengajarkan anak untuk melakukan hal yang sama terhadap Anda. Sebaiknya katakan pada anak bahwa Anda tahu dia sedih dan takut Anda tinggal. Anda pun merasa sedih dan akan merindukan dia seharian di kantor. Tapi, Anda pasti akan pulang dalam beberapa jam lagi setelah pekerjaan Anda di kantor beres, dan dia bisa bermain bersama Anda sepuasnya.

3. Boleh Melanggar. Membiarkan anak melakukan suatu  yang dilarang, pasti akan menggagalkan upaya Anda  menanamkan disiplin. Sebab, anak bukan hanya menjadi bingung, tapi dia akan menjadi tidak segan dan tidak patuh lagi kepada Anda. Membiarkan anak melanggar aturan, akan menyulitkan Anda untuk menegakkan wibawa dan sulit menanamkan disiplin. Sebaiknya bersikaplah konsisten terhadap aturan yang sudah dibuat untuk disepakati bersama. Sebagai orang tua Anda  adalah guru dan panduan bagi anak Anda selama di rumah.  Berusahalah untuk selalu menjadi model yang baik  di mata anak.

4. Mengancam dan  memarahi. Mengancam anak  saat dia tidak mau menuruti perkataan,  bukan cara yang tepat. “Kalau kamu main terus, nggak mau tidur, boneka Stich-mu Bunda buang ya.”  Mengancam tapi kemudian Anda tidak sungguh-sungguh membuang boneka kesayangannya, akan membuat anak merasa dibohongi. Lain kali bila melanggar disiplin, anak yakin bahwa Anda tidak akan menghukumnya.  Penanaman disiplin dengan cara  ini akan gagal! Sebaiknya beri anak peringatan secara bertahap ketika melanggar disiplin. Ketika dia tidak mempan dengan peringatan-peringatan Anda, berikan hukuman misalnya jangan ijinkan dia menonton film kesukaannya.  Anda juga perlu maafkan bila anak sesekali melanggar disiplin  karena dia sedang belajar untuk mengendalikan diri. Daripada memarahi, lebih baik  tunjukkan contoh sikap yang benar dan yang seharusnya dilakukan oleh anak sewaktu berada dalam situasi tersebut. Tanamkan disiplin dengan menunjukkan contoh secara berulang-ulang. Begitulah cara anak belajar.

5. Membuat target terlalu tinggi. Menuntut anak untuk bisa menjalani disiplin dengan sempurna, perlu Anda hindari. Menuntut anak berjalan dengan tenang mengikuti Anda memilih belanjaan, jelas tidak mungkin. Pada balita, kemampuan untuk mengendalikan rangsang dan belajar aturan sosial belum berkembang sepenuhnya. Sebaiknya pahami situasi dari sudut pandang anak. Misalnya, ketika mengajaknya belanja ke super market, selang 30 menit, mampirlah ke rak mainan anak-anak dan biarkan anak bermain sejenak di situ. Lanjutkan kembali kegiatan belanja Anda , kemudian ajaklah anak makan es krim atau makan kue. Bila dia bosan dan kemudian rewel,  beri dia pengertian bahwa Anda masih perlu mengambil barang belanjaan, setelah itu dia boleh pilih 1 mainan untuk dibawa pulang.





 



Artikel Rekomendasi