Kenali dan Atasi Gejala Pneumonia

 

Pneumonia adalah radang paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab utama pneumonia adalah bakteri, virus dan fungi. Yang berisiko tinggi menderita infeksi ini adalah anak-anak di bawah 2 tahun dan manula.

Gejala pneumonia bervariasi, mulai dari pernapasan yang cepat sampai kegagalan pernapasan dan tekanan darah yang sangat rendah atau dikenal dengan istilah syok septik. Jika pneumonia terjadi setelah bayi lahir, gejalanya akan timbul secara bertahap. Terkadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai dengan turun-naiknya suhu tubuh.

Namun, umumnya gejala pneumonia adalah demam, batuk, sesak napas, serta napas dan nadi cepat. Seperti gejala penyakit standar, bukan? Ya, itu sebabnya Anda harus memastikan dengan meminta diagnosa dari dokter anak.

Diagnosa pneumonia akan jelas apabila:
  • Terdengar napas yang kasar, dan jika diperiksa dengan stetoskop akan terdengar suara yang lemah.
  • Hasil Rontgen dada menunjukkan ada bagian yang berwarna putih-putih di bagian kiri atau kanan paru.
  • Terdeteksi ada bakteri atau jamur pada pengujian sampel dahak (sputum). Sayangnya pengujian ini sulit sekali dilakukan pada anak.
  • Hasil tes darah menunjukkan peningkatan sel darah putih dengan dominasi netrofil untuk pneumonia yang disebabkan infeksi bakteri. Bila peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit, sangat mungkin pneumonia karena virus.
Haruskah dirawat di rumah sakit? tergantung berat ringannya derajat pneumonia dan kondisi fisik bayi. Umumnya, bayi perlu rawat inap bila pneumonia yang dialaminya tergolong berat atau sangat berat, sehingga fisik bayi lemah.
  • Pneumonia berat ditandai dengan batuk yang disertai kesulitan bernapas. Napas sesak, bayi tampak menarik perut dalam-dalam saat bernapas.
  • Pneumonia sangat berat ditandai dengan batuk dan kesulitan bernapas disertai gejala sianosis sentral, yakni dada atau perut, bibir dan lidah bayi berwarna kebiruan, bahkan sampai sulit minum.
Sesak napas karena pneumonia beda dengan asma. Pada pneumonia, kesulitan napas terjadi pada saat anak menarik napas. Sedangkan pada asma, kesulitannya saat mengeluarkan napas, bahkan terkadang bunyi ngik-ngik atau mengi.
Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)
Usia anak    Napas Normal    Napas Cepat
0–2 bulan    30–50 per menit    > 60 per menit
2-12 bulan   25-40 per menit    > 50 per menit
1-5 tahun    20-30 per menit    > 40 per menit

Selama rawat inap, bayi akan diberi oksigen dan antibiotik, juga dipasang infus untuk makanan dan cairan. Pemberian oksigen harus dilakukan untuk membantu aliran oksigen yang kurang ke paru. Sedangkan pemberian jenis antibiotikanya, tergantung kemungkinan bakteri dan jenis pola kuman di rumah sakit tempat dia dirawat. Untuk pneumonia yang dicurigai karena jamur maka diberikan anti-jamur.

Cegah tangkal! Faktor risiko pneumonia terjadi  karena daya tahan tubuh bayi kurang baik, lingkungan kurang sehat, gizi kurang atau buruk, serta kurangnya imunisasi. Itu sebabnya, untuk mencegah pneumonia diperlukan perbaikan yang menyeluruh. Artinya, kita harus membentuk kekebalan tubuh anak sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan menjaga keseimbangan nutrisi, cukup istirahat dan rutin olah tubuh. Pemberian ASI terbukti mampu menurunkan angka terkena penyakit pneumonia pada bayi dan balita. Selain itu, pada anak di bawah usia satu tahun diperlukan imunisasi dasar yang lengkap sehingga daya tahan tubuhnya baik. Dahulukan imunisasi wajib daripada imunisasi anjuran. Salah satu imunisasi yang dianjurkan adalah imunisasi yang khusus untuk menangkis pneumonia, yaitu HiB (Haemophilus Influenzae type B) dan pneumokokus. Imunisasi ini diberikan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu satu tahun.
   



 



Artikel Rekomendasi