Agar Anak Tak Trauma Perceraian

 

Perceraian bisa jadi salah satu hal yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Apa pun reaksi anak terhadap perceraian orang tuanya, perkembangan emosional merupakan aspek yang paling terganggu. Selain itu, perkembangan konsep diri anak dapat saja terganggu karena menyaksikan orang tua yang kerap bertengkar.

Meski konsep diri berkembang di masa remaja, bibit dari konsep diri tumbuh pada masa balita. Ditambah buruknya hubungan orang tua setelah perceraian, dapat saja di kemudian hari membuat performance anak di sekolah buruk atau mengembangkan sikap negatif terhadap perkawinan. Namun, situasi demikian kasuistik sifatnya.

Anak-anak dari keluarga bercerai tampaknya menanggung beban tertentu. Mereka dituntut lebih bertoleransi karena banyaknya perubahan. Mereka pun jadi lebih cepat matang. Bagaimana anak yang terbiasa dibelikan mainan harus mengerti dan menerima bila mendapat jawaban seperti, "Kamu harus mengerti. Mama kan tidak punya uang seperti dulu lagi."

Sisi baiknya, beban berat membuat anak lebih cepat mandiri dan bertanggung jawab. Meski sisi emosionalnya, mungkin saja, dalam hati si anak berteriak merasa tidak rela dengan apa yang dialami.

Namun tak semua anak mesti sengsara karena perceraian ayah-ibunya. Ada juga anak dari keluarga bercerai tapi dapat bahagia dan tidak lagi menyimpan kemarahan pada orang tua. Ini mungkin terjadi jika orang tua cepat menyadari apa yang diperbuat dan tidak mengubah perlakuan mereka terhadap anak-anaknya. Kesalahan mungkin dilakukan ayah dan ibu, tapi anak-anak tetap patut mendapat kehidupan yang layak.

Yang penting, anak tetap berkesempatan bertemu ayah dan ibunya. Selain itu, menghilangkan dendam diantara orang tua amat perlu dilakukan. Apalagi, tanpa disadari, orang tua tak jarang menjelek-jelekkan pasangannya di depan anak. Atau, mengatakan anak memiliki kualitas negatif yang sama dengan ayah atau ibunya. Jauh lebih baik Anda memfokuskan diri pada perkembangan anak

 



Artikel Rekomendasi