Faktor Penyebab Celebral Palsy

 

Sebagai orangtua, Anda pasti sering membanggakan ‘prestasi’ apa saja yang berhasil diraih oleh anak Anda. Mulai dari kata pertamanya hingga kapan ia mulai berjalan untuk pertama kali. Rasa-rasanya semua anak pasti mengalami tahapan demikian dan dapat dengan mudah melewatinya.

Namun, tahukah Anda, bahwa bagi anak penyandang Cerebral Palsy, atau yang seringkali disebut CP, memulai langkah pertama atau mengucapkan kata pertama adalah ‘perjuangan’ yang cukup berat? Hal ini terjadi karena anak-anak penderita CP mengalami kelainan fungsi motorik, yaitu kelumpuhan otak.

Sayangnya, banyak orangtua yang tidak mengetahui jika anaknya menderita Cerebral Palsy. Ketidaktahuan membuat orangtua kurang tanggap dalam memberikan bantuan dan pengobatan yang diberikan pun menjadi tidak tepat. Kenali lebih jauh tentang Cerebral Palsy agar tak banyak anak-anak Indonesia yang mengalaminya.

Apa itu Celebral Palsy?
Cerebral Palsy adalah kelainan permanen pada otak yang memengaruhi perkembangan motorik dan postur tubuh, seringkali terjadi pada otak yang sedang dalam tahap tumbuh kembang. Kelainan ini bukan disebabkan karena perkembangan otak yang tidak sempurna, melainkan karena kerusakan otak yang terkena trauma, kuman, virus maupun hal lain yang menyerang otak namun penyakin ini bukanlah penyakit yang menular.
 
Para peneliti telah mengidentifikasi bahwa faktor risiko Cerebral Palsy umumnya terjadi pada masa kehamilan, persalinan hingga anak mencapai usia dua tahun. Ini dia faktor-faktornya:
 
- Beberapa faktor penyebab janin berisiko terkena Cerebral Palsy di masa kehamilan adalah terjadinya infeksi dalam kandungan yang dapat menyerang janin (misalnya seperti rubella, toksoplasma, sitomegalovirus atau inveksi virus lainnya) dan kehamilan yang terkena paparan radiasi berlebih.

- Pada kondisi persalinan, yang membuat bayi berisiko terkena Cerebral Palsy adalah saat bayi lahir prematur, keracunan air ketuban atau kekurangan oksigen.

- Terakhir, pada masa setelah kelahiran, benturan yang terjadi baik saat masih di dalam kandungan maupun saat sudah dilahirkan, meningitis, infeksi otak, kejang berulang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral Palsy yang paling umum.

Melihat dari beberapa faktor risiko penyebab Cerebral Palsy, maka melakukan tes kesehatan sebelum hamil dan menjalani pola hidup sehat selama kehamilan, termasuk gizi yang baik, istirahat dan olahraga cukup, sekaligus menjaga pikiran tetap positif adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko anak terkena Cerebral Palsy.

Kenali Gejala Utamanya
Gejala utama pada anak penderita Cerebral Palsy adalah terjadinya gangguan fungsi gerak/motor dan postur tubuh atau keterlambatan tumbuh kembang yang sudah dapat dilihat sejak usia bayi. Gangguan fungsi gerak dan postur ini sering disertai dengan gangguan lain seperti gangguan sensorik, kognisi, komunikasi, tingkah laku dan epilepsi. Gejalanya bervariasi, mulai dari kelainan normal pada bayi, seperti belum dapat duduk pada usia tujuh bulan, sampai kelainan berat yang dapat menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak perlu menggunakan kursi roda.

Oleh karena faktor penyebab berlainan, dan waktu kejadian juga berbeda-beda, maka derajat kerusakan otak yang dialami setiap penderitanya sangat bervariasi. Perbedaan derajat kerusakan otak ini pun juga menyebabkan jenis gangguan klinis yang bervariasi:

1. Gangguan motor dan postur, (contoh kekakuan kedua tungkai bawah spastic diplegic)
2. Gangguan sensorik penglihatan dan pendengaran, (contoh kebutaan dan tuli sejak bayi)
3. Gangguan kognisi/kecerdasan (contoh keterbelakangan intelegensia dan mental)

Bagaimana pengobatannya?
Untuk diketahui, sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan area otak yang rusak. Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak dan membuatnya mandiri dengan terapi. Terapi yang diberikan pada biasanya akan disesuaikan dengan:
• Usia anak
• Berat/ ringan penyakit
• Menimbang dari area pada otak mana yang rusak.

Pengobatan yang dilakukan bisa berupa terapi fisik, alat bantu bagi postur tubuh yang terganggu, pendidikan dan sekolah khusu, obat anti-kejang, obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan), terapi okupasional, bedah ortopedik, terapi wicara guna memperjelas bicara anak dan membantu atasi masalah makan hingga perawatan (untuk kasus yang berat). Intinya, terapi Cerebral Palsy harus dilakukan secara holistik yang mencakup segala sisi.

Karena Cerebral Palsy adalah kelainan kronis non progresif (tidak berkembang) maka perlu kesabaran dari para orangtua dalam membantu, mengajarkan serta mengarahkan anak-anak mereka yang menderita Crebral Palsy. Proses terapi dan pengobatan harus dilakukan secara rutin disertai evaluasi terus menerus. Terlambat dalam tahapan terapi, termasuk terlambat menangani faktor yang bisa diperbaiki, dapat mengurangi bahkan menghilangkan hasil yang optimal dalam proses penyembuhannya.



 



Artikel Rekomendasi

post4

Bila Perkembangan Bicara Balita Lambat

Pada perkembangan bahasa, setiap balita 1-2 tahun punya kecepatannya sendiri. Cermati kapan saatnya perlu cemas dan kapan untuk santai saja. Deteksi segera jika perkembangan bicara batita terhambat.... read more