3 Kelakuan Balita yang Bikin Panik

 

Kelakuan balita terkadang membuat semua orang panik. Eksperimennya kadang menyeramkan! Langkah apa untuk menghadapi kelakuan balita seperti itu?

1. Mencabuti tanaman
. Taman bunga Anda adalah magnet yang sangat kuat menyedot perhatian si kecil. Ia ingin tahu, mengapa warna bunga bisa berbeda-beda demikian pula baunya. Ada misteri apa di balik semua itu? Aha! Mencabuti tanaman, selama ini belum masuk dalam daftar larangan Anda. Tak salah, bila dengan tenangnya ia mencabuti dan menyobek-nyobek bunga dan daun tanpa merasa bersalah. Malah ia berimajinasi, bunga untuk hiasan rambut dan dedaunan untuk sayur masak-masakan.
Risiko: tanaman mati, taman pun rusak, kalau dibiarkan berlanjut maka anak tidak belajar menghargai lingkungan dan orang yang merawatnya

Tips jangka pendek
:
  • Tanyakan langsung apa yang dirasakannya jika benda kesayangannya dimainkan, diambil atau dirusak oleh orang lain tanpa seijinnya.
  • Jelaskan mengapa ia tak boleh memetik tanaman sembarangan. Ceritakan, tanaman butuh waktu lama untuk berbunga. Dari kuncup hingga mekar, bunga juga butuh waktu. Bila selalu dipetik, nanti tidak ada bunga indah di sekitar rumah. Kupu-kupu juga tidak punya makanan.
Tips jangka panjang:
  • Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui sebagai aturan yang berlaku di lingkungan, seperti dilarang membuang sampah sembarangan, tanaman tak boleh dipetik sembarangan.
2. Menyiksa hewan
Kebanyakan anak tak bermaksud menyakiti. Anak hanya berpikir, ia mengajak binatang  bermain, seperti halnya memainkan boneka. Menyiksa hewan ia lakukan karena:
  • Meniru orang lain.
  • Melampiaskan rasa frustrasi, menjadikan binatang sebagai media balas dendam. Misalnya sehabis bertengkar dengan kakak, rasa tidak nyaman yang dirasakan dilampiaskan pada binatang peliharaan.
  • Anak merasa terancam saat anjing menggonggong, yang dikiranya akan menggigit dirinya. Atau secara tak sengaja, saat kucing menggeliat mencakar tangan anak.
  • Binatang tidak bisa diajak bermain sesuai keinginan anak.
Risiko: anak digigit atau dicakar binatang, atau hewan mengalami cedera. Bila hal ini dibiarkan:
  • Anak tidak belajar berempati terhadap makhluk lain dan memperlakukan makhluk hidup sesukanya.
  • Anak tidak belajar cara yang tepat untuk mengungkapkan rasa sayang atau  mengekspresikan kemarahannya.
Tips jangka pendek:
  • Tanyakan apa yang dia rasakan jika kakinya diinjak, atau kupingnya ditarik.  
  • Jelaskan bahwa binatang bisa merasa sakit, dan bisa membahayakan dirinya bila disakiti. Tumbuhkan empati anak dengan mengatakan, “Kalau binatang itu mati, ibunya akan sedih dan menangis.” Itu sebabnya ia tak boleh menyakiti binatang.
Tips jangka panjang:
  • Ajarkan bahwa menyayangi binatang adalah aturan yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
  • Ajak anak merawat binatang, misalnya memberi makan kucing atau ikan.
  • Ajak anak belajar dari kehidupan binatang, misalnya lewat bacaan, film dan kegiatan  sehari-hari. Misalnya, tunjukkan bahwa semut makhluk kecil yang sangat kuat dan rajin.
  • Tanamkan padanya, jika ia sayang binatang maka binatang pun tahu bahwa ia   disayang. Binatang bisa menjadi teman manusia, misalnya kucing bisa membantu menangkap tikus yang suka mengambil makanan. Atau anjing yang bisa menjaga rumah.
3. Memukul adik. Anak balita pada umumnya belum begitu paham bahwa apa yang dilakukannya bisa membuat orang lain kesakitan. Beberapa sebab anak memukul adik:
  • Merasa terabaikan dan mencari perhatian dengan membuat sang adik menangis. Cara ini paling tidak membuat perhatian bunda atau ayah beralih padanya.
  • Melampiaskan rasa kesalnya pada sang adik yang merampas perhatian bunda.
  • Sebagai kakak, ia merasa lebih besar dan superior, sehingga ia menunjukkan ‘power’nya pada sang adik.
Risiko: membahayakan adik kecil. Jika hal ini dibiarkan:
  • Anak tidak belajar cara mengungkapkan kebutuhannya dengan cara yang tepat.
  • Mengembangkan sikap egois, meremehkan orang lain yang lebih kecil, agresif dan tidak bisa mengendalikan emosi.
Tips jangka pendek:
  • Saat ia memukul adik, pegang tangannya. Katakan dengan tegas; “Tidak boleh memukul.” Jelaskan, bila adik dipukul, adik menangis terus sehingga bunda tidak bisa memerhatikan kakak.
  • Ajarkan berempati, tanyakan rasanya bila ia dipukul anak lain yang lebih besar. 
  • Jangan bandingkan dirinya dengan anak lain seusianya yang tak pernah memukul adiknya.
  • Pahami keinginan anak, jangan abaikan.
Tips jangka panjang:
  • Ajarkan bahwa tidak memukul atau tidak menyakiti orang lain adalah aturan yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
  • Ajak anak untuk selalu sayang adik. Libatkan dirinya setiap ada kesempatan.  Misalnya katakan, “Wah kalau tidak ada kakak yang mau membantu bunda menjaga adik, pekerjaan bunda tak akan selesai nih. Terima kasih, ya kakak.”
  • Berikan waktu khusus untuk berduaan dengan kakak, misalnya pergi berdua saja secara terjadwal.

 



Artikel Rekomendasi