9 Kiat Menghindari Anak Berkata Tidak

 





















Membantah, menurut John Sargent, MD, profesor psikiatri anak di Baylor College of Medicine, Houston, AS,, adalah salah satu cara anak untuk menunjukkan self-autonomy. Membuat Anda frustrasi? Jangan. Camkan  saja bahwa anak sedang belajar untuk membuat keputusan, dan sudah semestinya Anda mendukung tugas belajarnya itu.  

Fase ‘No, no, no’ itu akan berakhir seiring bertambahnya usia anak. Menghadapi ulahnya yang sering membantah, lebih baik Anda  menggunakan cara-cara berikut:
  1. Merespon dengan humor. Jangan terpancing untuk marah, apalagi bila anak ngotot melakukan sesuatu yang tidak berbahaya.  Cukup katakan, ”Oh, kamu memasukkan kue ke gelas supaya kuenya berenang ya? Padahal kuenya lebih senang bila berada di perut kamu, lho.”
  2. Tetap ingatkan kewajibannya. Untuk hal-hal yang memang harus dilakukan anak, jangan biarkan dia bebas dan ingatkan terus. Semisal tugas membereskan mainan atau menggosok gigi, katakan dengan nada tegas namun tidak berteriak.
  3. Gunakan psikologi terbalik. Ketika anak menolak mandi, Anda bisa bilang begini, ”Oh, kamu tidak mau mandi. Okey, tidak apa-apa. Biar saja nanti badannya bau dan digigiti nyamuk.” Dengan psikologi terbalik, anak akan berpikir bahwa Anda tidak peduli terhadap reaksinya. Itu akan memancing ia berbuat sebaliknya untuk mendapat respon Anda.
  4. Menyuruh dalam nada meminta, misalnya, ”Boleh ibu minta buku kamu?” lebih baik untuk ego anak daripada nada memerintah seperti “Ayo, bawa sini bukunya!”
  5. Terangkan dengan spesifik apa yang Anda ingin anak lakukan.  Misalnya, katakan “Yuk, taruh bonekamu di dalam kotaknya,” daripada “Ayo, kembalikan mainannya!”
  6. Lupakan sifat bossy Anda. Tidak ada orang yang senang diperintah, bukan? Karena itu, wajar jika anak  menolak duduk di car seat karena nada perintah Anda seperti diktator: "Duduk di kursimu!". Lebih efektif bila menyampaikan instruksi secara bersahabat, namun jelaskan konsekuensi bila anak melanggar, misalnya, “Okey, kita sudah duduk di mobil. Tapi kamu harus  duduk di kursimu, supaya kalau ibu merem mendadak, kamu tidak mental".
  7. Meminta anak melakukan sesuatu. Angie T.Cranor, Ph.D, asisten professor dari jurusan perkembangan di universitas North Carolina di Greensboro, AS, mengatakan, daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu, lebih baik minta dia melakukan sesuatu. Kalimat seperti “Jangan berguling di lantai dengan baju barumu” dapat memancing argumentasi. Lebih baik katakan,  “Coba kamu duduk di kursi, supaya baju baru kamu tidak kotor.”  
  8. Mengalihkan perhatian ketimbang melarang. Suatu hari, Alya bermain-main dengan gelas minumannya. Berkali-kali ia memasukkan kue, permen dan lainnya, ke dalam gelas. Dua puluh kali bundanya mengatakan ‘jangan’, tidak mempan. Akhirnya, bunda Alya menyadari bahwa kata ‘jangan’ tidak bisa digunakan untuk membuat Alya menghentikan tindakan impulsifnya. Ia pun mengalihkan perhatian Alya dengan melakukan aktivitas yang mirip, seperti memberi makan ikan di akurium atau bermain dengan bebek-bebek plastik di bak mandi. Berhasil!
  9. Berikan kata positif dengan kata awal yang mengandung konotasi negatif. Misalnya, “Kamu tidak boleh main pisau, tapi kamu boleh main bola.” Atau “Kamu tidak boleh menyeberang jalan sendiri tapi kamu boleh menemani Mama menyeberang jalan.” Gunakan ekspresi meyakinkan untuk menekankan bahwa ia boleh melakukan sesuatu  tetapi dalam cara yang positif. Ini adalah cara kreatif dalam memberi anak pilihan tanpa melarangnya terus-menerus. 
Baca juga:

 



Artikel Rekomendasi