Anak Hiperaktif Butuh Bantuan

 

Anak yang tak bisa berhenti bergerak sering dicap nakal. Padahal, mungkin saja ia bukan sembarang nakal tapi ada gangguan pemusatan perhatian.

Nakal adalah ciri dari anak yang menderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH). Dan, hubungan sosial si penderita dengan lingkungannya memang kerap jadi terganggu.

Masalahnya, jumlah penderita ADHD di Indonesia cenderung terus meningkat. Mengapa?

Bisa cuma aktif. Balita Anda kelihatan aktif? Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Karena, inilah usia di mana anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungannya. Dalam rentang usia itu, balita berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tapi, kalau ia terlalu aktif atau malah hiperaktif, tentu saja ini tidak wajar!

Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan, sebelum memastikannya, akan dilakukan diagnosa berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat oleh Perhimpunan Psikiater Anak di Amerika Serikat, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4

Untuk gampangnya, ADHD bisa digolongkan menjadi beberapa tipe. Kalau anak memiliki kriteria konsentrasi buruk dan hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi. Jika kriterianya sulit berkonsentrasi, anak termasuk penderita ADHD tipe sulit konsentrasi. Lalu, anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif saja tergolong sebagai penderita ADHD hiperaktif-impulsif.
 
Kadang-kadang, ada juga anak yang sekilas kriterianya mirip ADHD. Tapi, setelah diperinci satu demi satu, ternyata tidak ada yang cocok. Nah, ini termasuk ADHD tidak tergolongkan

Usia 3, 5 - 7 tahun yang rawan. Sebenarnya, gangguan ADHD tidak begitu sulit dideteksi. Karena, ciri-cirinya begitu khas; yakni sulit berkonsentrasi dan hiperaktif maupun impulsif pada setiap situasi. Dan, gangguan perilaku itu kerap menyebabkan anak gagal melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.

Meski begitu, Anda tidak bisa begitu saja mengatakan kalau anak Anda pasti menderita ADHD, semata-mata bermodalkan ketiga ciri utama itu. Balita Anda masih harus memiliki enam dari sembilan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ketiga ciri utama ADHD sebenarnya sudah bisa diketahui sebelum anak berusia tujuh tahun.

Orang tua musti kompak. Yang pasti, penanganan anak penderita ADHD, baik dalam bentuk terapi perilaku maupun terapi obat, tidak akan memberikan hasil yang optimal bila tidak ditunjang oleh sikap kedua orang tuanya. ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan bisa diobati. Namun, penanganan harus sedini mungkin. Dan, ini dimungkinkan bila Anda dan pasangan cepat tanggap dan menyadari bahwa perilaku anak berlebihan. Dari sini, segeralah berkonsultasi pada ahlinya.

Beberapa Kriteria ADHD.

Kriteria sulit konsentrasi:
  • Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang rinci dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat.
  • Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam suatu aktivitas.
  • Sering tampak tidak mendengarkan kalau diajak bicara.
  • Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas.
  • Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas.
  • Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang butuh pemikiran yang cukup lama.
  • Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan tugas.
  • Sering mudah beralih perhatian oleh rangsang dari luar.
  • Sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari.
Kriteria hiperaktif dan impulsif:
  • Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  • Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  • Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
  • Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  • Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  • Sering terlalu banyak bicara.
  • Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum selesai.
  • Sering sulit menunggu giliran.
  • Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Tips agar si Kecil Tenang
  • Lingkungan rumah tenang.
  • Suasana kamar teduh.
  • Terapkan aturan dengan tegas.
  • Sediakan ruangan untuk santai.
  • Biasakan anak mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
  • Piknik ke tempat yang indah dapat membantu anak menanamkan hal-hal positif di dalam pikiran.
  • Aturlah pola makan. Hindari konsumsi gula dan bahan makanan berkadar karbohidrat tinggi.
  • Ajari anak untuk berlatih menenangkan diri sendiri. Caranya, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. Ulangi beberapa kali.

 



Artikel Rekomendasi