Atasi Insiden Saat Silaturahmi

 

Dalam suasana yang baru untuknya, “malaikat cilik” Anda bisa menampilkan sisi gelapnya. Insiden bisa terjadi, dan penanganan tepat dari Anda sangat diperlukan.

Tidak mau bersalaman atau cium tangan.
Biasanya ini terjadi saat anak balita diminta bersalaman dengan orang yang asing untuknya.
Sebaiknya, tegur balita dengan manis, lalu contohkan cara bersalaman pada keluarga dan kerabat, karena anak akan melihat contoh perilaku dari orangtuanya, terutama dari ibu. Lain kali, dua minggu sebelum hari raya tiba, buat latihan bersalaman dengan anak, sambil mengucapkan kalimat yang sesuai, yaitu “mohon maaf lahir dan batin”. Minimal setiap 3 hari sekali, ulangi latihan ini. Sebaiknya Anda juga memberi penjelasan singkat dan mudah dipahami oleh anak, alasan mengapa ia harus bersalaman atau mencium tangan orang yang lebih tua –sebagai tanda hormat pada orang tersebut.
 
Berlarian dan berkejaran di dalam rumah atau “bermain-main” dengan perabot milik nyonya rumah.  
Sudah pasti sport jantung khawatir barang-barang tersebut rusak atau pecah dan si kecil bakal menyebabkan malapetaka.  
Sebaiknya minta anak untuk segera menghentikan aksinya “bermain-main” dengan perabot dan menyuruhnya mengembalikan ke tempat semula. Jika sulit, alihkan energi berlebihan si kecil yang sedang excited dengan lingkungan baru itu dengan memindahkannya ke  lingkungan lebih ramah, misalnya ke halaman atau ruang bermain anak pemilik rumah –bila pemilik rumah juga memiliki anak yang sebaya.  
Lain kali, persingkat kunjungan ke rumah yang penataannya memang tidak ramah untuk anak. Kasihan juga bila anak terpaksa “dikarbit” menjadi tertata, padahal anak usia balita memang sedang aktif-aktifnya. Agar anak bisa tetap menjadi diri sendiri, tanpa harus berlari-larian, saat berkunjung untuk silaturahmi berikutnya, bekali ia dengan permainan simpel atau buku gambar dan mewarnai untuk menyibukkan dirinya. Sehingga selama acara silaturahmi, si kecil tetap bisa enjoy tanpa membuat ibu dan ayah dag-dig-dug.

Rewel karena kepanasan atau mengantuk
Sebaiknya, ganti bajunya yang basah oleh keringat, kipasi sambil menenangkannya. Bila rewel karena mengantuk, cari tempat nyaman yang lengang, atau meminjam salah satu ruangan milik nyonya rumah, agar anak bisa tidur atau beristirahat. Kalau memang anak ingin digendong, artinya Anda atau suami wajib menggendongnya. Lelah, sudah pasti, namun itulah risiko dan tanggung jawab menjadi orangtua.   
Lain kali, sediakan baju ganti dan kipas bila membawa balita bepergian. Baju ganti wajib yang mudah dilepas dan dipakaikan, tidak yang bermodel rumit. Yang harus diingat, setiap mengganti baju anak, usahakan mencari tempat tertutup, terutama kalau anak Anda perempuan. Sedini mungkin ajari anak untuk menutup aurat dari orang-orang yang tak berkepentingan. Agar anak tak rewel karena mengantuk, Anda dan suami juga harus lebih bijak memilih waktu bertandang. Usahakan untuk bersilaturahmi di jam-jam anak dalam kondisi prima –bila terpaksa harus bertamu saat jam tidur anak, lebih baik bersilaturahmi sebentar saja.

Bersikukuh tak mau mengenakan baju koko atau baju muslimnya.
Cobalah bernegosiasi dan membuat perjanjian dengan balita: dalam perjalanan, ia boleh mengenakan kaos oblong tercintanya, namun bila sudah hampir sampai tujuan, ia harus berganti baju. Bila tetap tak mau, hindari pemaksaan yang akan membuatnya kesal dan akhirnya malah marah dan rewel.  Dimaklumi, kok!  
Lain kali, menjelang hari raya, siapkan kondisi dengan mengenalkan anak pada baju-baju yang akan dipakainya ke acara silaturahmi. Pastikan membeli busana yang berbahan dan model yang nyaman dan aman untuk dipakai balita. Biarkan ia memilih sendiri mana yang akan dipakai, sehingga ia akan dengan senang hati memakainya. Dengan pengondisiain ini, anak akan lebih siap mental dan koperatif.

Anak rewel karena terlalu banyak dicubit atau dipeluk kerabat.
Tanpa banyak komentar, gendong atau peluk anak yang sedang ngambek dan bawa ia keluar ruangan. Bila ia sudah merasa nyaman, ajak bicara dengan sebelumnya meminta maaf karena ia dicubit atau dipeluk kerabat terlalu sering karena gemas.
Lain kali, ajari anak untuk berterus terang namun tetap mengutarakannya dengan sopan bila ia merasa tak nyaman dicubit atau dipeluk-peluk.

Menumpahkan makanan atau muntah padahal pakaian ganti sudah habis
“Amankan” anak ke sudut sepi, lepas bajunya yang kotor. Pinjam baju bersih dari pemilik rumah, walaupun mungkin baju itu terlalu besar. Namun bila tak mungkin pinjam baju –misalnya di rumah atasan–  pakai kembali baju yang kondisinya belum terlalu kotor. Usahakan untuk sesegera mungkin membersihkan sisa muntah atau makanan yang tumpah agar tidak merepoti pemilik rumah. Usahakan pula untuk tidak terlalu lama lagi tinggal di tempat tersebut. Yang penting, hindari memarahi anak, karena ia pasti juga tak nyaman akibat muntah atau kelalaiannya menumpahkan makanan.   
Lain kali, ajarkan anak untuk berlaku sopan, tidak berlarian atau beraktifitas di luar normal di rumah orang lain. Juga saat baru saja selesai makan. Biasanya ‘kecelakaan’ muntah terjadi karena anak kegirangan dan over-active. Selalu ingat pula untuk membawa pakaian ganti lebih banyak dari biasa –lebih baik lebih daripada kurang, bukan?  

Menyela pembicaraan Anda dan orang tua lainnya.
Kebanyakan balita masih kesulitan mengendalikan impuls bicaranya. Sehingga kapanpun ia hendak bicara, dia akan bicara layaknya rem blong  dan menyela pembicaraan orang lain.  
Sebaiknya, saat ia menyela bicara Anda, pegang tangannya atau sentuh area dekat bibirnya untuk memberi tanda bahwa ia harus menunggu. Tetaplah santai bicara dengan orang lain, supaya perlahan anak mengerti ia harus menunggu giliran untuk bicara. Sebab bila aksi si kecil langsung ditanggapi, otomatis ia akan menangkap bahwa dirinya adalah prioritas dan boleh bicara kapanpun ia membutuhkan. Saat memberitahunya untuk menunggu sebaiknya juga dilakukan dengan berbisik, karena bila dilakukan dengan nada sama dengan pembicaraan sebelumnya, si kecil bisa merasa dia memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembicaraan.
Lain kali, lakukan latihan role play Anda bertiga dengan sang ayah, atau berempat dengan bantuan orang lain, tentang cara bijak menyela pembicaraan. Misalnya, ketika ayah dan anak sedang mengobrol dan ibu harus menyela untuk menyampaikan hal penting, maka ibu akan memegang tangan ayah, dan setelah ayah menengok, baru ibu Anda bicara. Minta anak memraktekkan latihan ini. Semakin sering ia berlatih, semakin ia terampil dan memahami porsinya bicara.  

 



Artikel Rekomendasi