Atasi Kegemaran Balita Memainkan Alat Kelaminya

 

Sekalipun fokusnya tidak mengarah pada perilaku seksual, Anda jangan pernah bosan mengingatkan balita agar tidak mempermainkan alat kelaminnya.

Sensasi nikmat. Sebenarnya anak usia ini masih berada dalam fase oral di mana sensasi kenikmatan didapat di mulutnya. Fase phalic atau kenikmatan didapat di alat genital biasanya baru terjadi di usia 3-6 tahun. Jika itu terjadi saat ini, karena:
  • Merasakan sensasi nikmat saat penisnya tersentuh. Mengeksplorasi bagian-bagian tubuh, yang menurutnya sangat menarik. Terbiasa, kemungkinan ada seseorang yang suka memainkan alat kelaminnya, sehingga ia jadi terbiasa merasakan kenikmatan. Rasa gatal yang muncul di daerah penis, hingga ia berniat menghilangkannya.
Coba tanyakan pada balita mengapa ia selalu memegang-megang penis dan rasa apa yang ia rasakan. Kuncinya, tanyakan dengan lembut dan mimik muka yang biasa, atau tidak ada kecurigaan. Siapa tahu Anda mendapatkan jawaban kalau ia merasa kesakitan atau keganjilan di bagian alat kelaminnya, sehingga Anda bisa sesegera mungkin memeriksakannya ke dokter.

Coba hentikan. Untuk membuat balita  tidak lagi “bermain” penis, coba tip berikut:
  1. Bunda di sini. Alihkan perhatiannya pada hal-hal yang lain. Misalnya mengajaknya bermain, membacakan buku cerita, mendongeng, atau sekadar memeluknya. Bila ia sudah menemukan tempat untuk bereksplorasi atau mendapat cukup perhatian, maka ia akan meninggalkan kebiasaan tersebut.
  2. Pakai baju, Nak. Usai mandi atau buang air kecil dan buang air besar, biasakan untuk cepat memakaikan pakaian ke tubuhnya. Selain terhindar dari risiko “masuk angin”, si kecil juga tidak memiliki kesempatan untuk bermain dengan alat kelaminnya.  
  3. Stop “bermain.” Tindakan Anda yang terlalu lama menyabuni daerah sekitar kelamin, saat melepaskan dan mengenakan pakaian, atau ritual membersihkan penis dari kotoran bisa saja membuat si kecil merasakan kenikmatan. Lalu, ia mencoba sendiri dengan tangannya untuk mendapatkan lagi sensasi nikmat itu.
  4. Jadi detektif. Mengetahui siapa saja yang bermain bersama si kecil kadang tidaklah cukup, Anda perlu mencek apa saja yang mereka lakukan. Teman mainnya termasuk babysitter, kakak, atau saudara Anda. Siapa tahu mereka tanpa sengaja memainkan alat kelamin si kecil. Atau malah si kecil berteman dengan orang yang memiliki kelainan suka memegang alat kelamin.
  5. Kenali tubuh. Selain dengan menunjukkan bagian-bagian tubuhnya, si kecil juga bisa Anda   ajarkan untuk mengenali tubuhnya melalui buku-buku yang bercerita tentang tubuh manusia, termasuk alat kelaminnya. Beritahukan padanya apa itu penis, apa manfaatnya, dan bagaimana memperlakukannya dengan benar.
  6. Gunakan contoh. Minta bantuan pada suami Anda untuk memberikan contoh bagaimana seharusnya memperlakukan alat kelamin. Kesamaan jenis kelamin antara si kecil dengan ayahnya semakin memperkuat modeling anak. Ketika anak melihat ayahnya tidak pernah memegang-megang penis di tempat umum, ia akan meniru. Anda juga bisa gunakan contoh kakek atau saudara laki-laki Anda yang lain.
Hindari! Kesalahan yang biasa dilakukan orangtua:
  • Mempermalukannya di depan orang lain. Kalimat seperti, “Lihat Tante, ada anak jorok nih. Robi suka pegang-pegang penisnya,” bukannya membuat anak menerima pesan Anda, melainkan membuatnya malu dan membangun persepsi yang salah dengan penisnya.
  • Menepis tangannya dengan kasar. Lebih baik, pegang tangannya dengan lembut dan tatap matanya, lalu berikan alasan yang jelas mengapa Anda tidak suka pada apa yang baru dilakukannya. Misalnya, “Tidak boleh ya, karena tangan kamu kotor, nanti penis kamu gatal.” 
  • Memarahi dengan emosi tinggi. Ini justru menutup jalur komunikasi antara Anda dan dia. Kemungkinannya, ia malah akan melakukannya sembunyi-sembunyi.
Bukan Burung! Mulai sekarang ajarkan pada balita istilah atau nama asli dari alat kelaminnya. Untuk penis, misalnya, hindari penyebutan “burung” atau “pepey”. Pengajaran yang sederhana ini merupakan salah satu cara menerapkan pendidikan seksual sejak dini sekaligus membuatnya paham bahwa alat kelamin itu bukan sesuatu yang tabu dan aneh sehingga namanya harus diganti. Jika ia sudah mengenal dengan baik siapa dan apa fungsinya alat kelaminnya, ia akan memperlakukan organ yang sifatnya pribadi itu dengan baik. Sebab kalau masih dalam istilah “burung”, bisa-bisa ia memperlakukan alat kelaminnya seperti burung dalam arti sesungguhnya.

Baca:
Balita Bicara Seks
Balita Mengenal Jenis Kelaminnya.

 





 



Artikel Rekomendasi