Bagi
balita, kenyamanan menjadi hal penting dalam kesehariannya. Tak heran
bila tiba-tiba Anda mengambil selimut kesayangannya, ia mendadak
mengamuk. Kenyamanan yang ia dapatkan dari Anda, maupun dari
lingkungannya sejak bayi, bisa berbentuk macam-macam. Misalnya, menyusu
langsung pada payudara Anda saat ia masih mendapatkan ASI, minum susu
dari botol, atau tidur dalam pelukan Anda.
Kini, saat ia
menginjak usia 2-3 tahun, ia sudah harus mulai diajarkan untuk
meninggalkan zona nyaman. Ini dilakukan karena usianya yang sudah
semakin besar, dan inilah saatnya anak mulai belajar mandiri untuk
bersiap masuk sekolah.
Sayangnya, perjalanan untuk meninggalkan
beberapa bentuk kenyamanan ini, seringkali diikuti dengan ‘drama’ yang
membuat Anda pusing, sekaligus kesal. Sebab, sikap baru yang muncul
akibat kenyamanannya diambil, atau berganti, biasanya berbentuk sikap
yang negatif. Agar Anda siap dan tak salah mengambil sikap, berikut
kiatnya.
1. ‘Monster cilik’Ketika anak tidak lagi bisa
mendapatkan kenyamanan yang ia mau, bisa jadi ia akan berubah bentuk
menjadi ‘monster cilik’ yang suka menangis, marah-marah, menjerit-jerit,
bahkan menendang-nendang. Beri ia ruang untuk meluapkan emosinya, namun
tetap dalam pengawasan Anda. Kalau Anda menyerah, dan memberikan apa
yang ia mau gara-gara tak tahan mendengar teriakannya, maka ia akan
belajar bahwa teriakan atau amukan adalah cara untuk mendapatkan
sesuatu. Tak heran, bila ia akan mengulang lagi. Oleh karena itu,
tenangkan saja balita Anda dengan cara memeluk lembut, dan tetap tidak
memberikan apa yang ia minta.
2. Ahli MelawanMeski sudah
berkali-kali diberi pengertian, agar anak mau minum menggunakan
gelas, namun ia tetap
ngeyel, dan terus meminta botol sebagai alat
minum. Bila tak dituruti, dengan mudah ia menangis, atau mengamuk. Tak
hanya itu, ia mulai pandai berargumentasi. Tak perlu emosi dalam
menghadapi hal ini. Anda harus tetap bersikap tenang. Pahami latar
belakang, dan penyebabnya anak terus membantah. Agar proses
perpindahan botol menjadi gelas lebih menyenangkan, Anda pun harus
menciptakan suasana yang menyenangkan. Alih-alih berkata, “Pokoknya
mulai sekarang kamu harus minum pakai gelas!”, Anda bisa mengajaknya
sambil berkata, “Kalau minum, pasti lebih seru, deh, kalau pakai gelas
gambar beruang ini.” Berikan stiker, atau hadiah kecil jika anak minum
dari gelas agar ia makin bersemangat.
3. Banyak gayaJangan
kaget bila kini anak pandai berdrama. Ini semua ia lakukan demi
mendapatkan kenyamanannya kembali. Namun, tetap saja sikap seperti ini
bisa saja membuat Anda emosi, apalagi bila drama yang ia ciptakan
diiringi dengan rengekan atau tangisan. Sikap ini bisa saja muncul
akibat Anda menerapkan disiplin yang terlalu ketat. Tetaplah konsisten
pada hal-hal baru yang ingin Anda ajarkan. Dengan sikap yang lebih
lembut, dan memberikan kata-kata yang menenangkan, Anda pun bisa
memenangkan drama ini.
4. Nempel terusSejak di dalam
kandungan, kelembutan kulit, hangatnya suhu tubuh, dan merdunya suara
detak jantung Anda, menjadi hal yang tak tergantikan bagi anak dalam
mencari kenyamanan. Inilah mengapa, ia memilih untuk terus menempel
pada Anda. Bila tiba-tiba anak memeluk erat, tandanya ia butuh penenang.
Balaslah pelukannya sampai ia betul-betul merasa nyaman, dan melepaskan
sendiri pelukannya. Pelukan efektif menumbuhkan rasa percaya dirinya
kembali.
5. Hobi manipulasiJurus tangis tanpa air mata
bisa saja dikeluarkan balita Anda, saat keinginannya tak dipenuhi. Apalagi
bila hal ini menyangkut kebiasaan yang bisa membuatnya nyaman. Tak
pelak, tangisan kencang tanpa air mata membuat Anda ‘menyerah’ dan
memberikan keinginannya. Namun, ingatlah bahwa anak adalah pengamat yang
baik. Saat anak tahu kelemahan perasaan orangtuanya, ia akan terus
mengulang dan ‘mempermainkan’ Anda. Oleh karenanya, Anda dan pasangan
serta pengasuh harus terus konsisten saat mengajari anak melangkah
pada fase berikutnya. Ketika Anda yakin bahwa anak sedang berusaha
memanipulasi, Anda boleh mengabaikannya, dengan pura-pura melakukan hal
lain. Begitu ia tenang, segera kembali perhatikan anak Anda untuk
mengembalikan rasa percayanya terhadap Anda.
6. Cari perhatianBerperilaku
seperti bayi merupakan salah satu contoh sikap yang dilakukan balita
saat ia menginginkan perhatian lebih dari Anda. Kondisi ini menjadi
seperti tanda kemunduran (regresi) perkembangan anak. Hal ini wajar
terjadi apalagi bila ia memperoleh kemajuan besar dalam tahap
perkembangannya, misalnya tidak lagi menggunakan popok. Di balik
keberhasilannya, ia pun tampak cemas. Agar anak semakin percaya diri,
jangan ragu untuk memberikan pujian bahwa ia sudah tumbuh menjadi anak
yang lebih besar dan pintar.
Segera Khawatir Jika:Bila di atas usia 3 tahun,
anak masih bersikap tantrum, atau terlalu negatif saat ia mengalami
hambatan dalam mendapatkan kenyamanan, maka Anda perlu khawatir. Jika
anak tampak sangat kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan level
kenyamanan, tampak kaku dan sangat sulit diatur, cobalah berkonsultasi
dengan psikolog anak.
KONSULTASI ANNA SURTI ARIANI, S.Psi., M.Si, Psi., Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI, Jakarta.
(BAS/ERN)