Balita, Anak Pemalu

 

Malu memang perasaan wajar, sebuah perilaku yang tidak menetap. Tapi ketika usia anak sudah lebih dari 3 tahun masih nampak sulit membuka diri pada lingkungan baru, susah berteman dan menghindari pergaulan, ‘antena’ orangtua perlu naik. Sebab sejalan dengan berkembangnya keterampilan sosial, anak biasanya akan mampu mengatasi rasa malunya.

Penting bagi orangtua untuk segera menyadari bila balita tampak pemalu. Hindari menyangkal kondisi ini lantas menganggap anak baik-baik saja. Kenali penyebabnya dan lakukan solusinya.
  1. Sulit menghadapi situasi baru. Pengalaman hidup anak memang belum sebanyak orang dewasa, padahal dia akan sering menghadapi situasi baru. Kurangnya pengalaman ini membuat anak cenderung menghindar. Solusi: Dorong perubahan tanpa terburu-buru.  Beri waktu anak untuk belajar mengatasi rasa malunya sesuai iramanya, bukan waktu yang Anda tentukan. Beri pujian bila dia berhasil mengatasi rasa malu, misalnya saat dia berani mengulurkan tangan untuk memberi salam  memulai perkenalan. Kalau sesekali masih muncul rasa malunya bertemu orang lain, jangan diteror dengan kalimat, “Ih, gimana sih, kok nggak pinter lagi.”  Hindari bereaksi berlebihan atau malah menghukum bila anak malu. Reaksi yang berlebihan dan hukuman malah akan membuat anak makin merasa tertekan dan semakin malu.
  2. Sering diancam, ditakut-takuti dan dicela atau dikritik oleh orangtua atau pengasuh, anak menjadi selalu mengharapkan umpan balik yang negatif dari orang lain. Harapan negatif inilah yang membuat anak malah menghindari pertemuan dengan orang lain. Solusi: Hentikan kebiasaan mengancam, menakut-nakuti dan mencela demi mendapat kepatuhan anak. Ganti dengan kalimat-kalimat motivasi, semangat dan pujian yang akan membangkitkan harga diri anak –modal penting untuk mengatasi rasa malu. Kata-kata, “Ayo mandi! Kalau nggak mau mandi, nanti tidur di bawah pohon saja, biar digigit nyamuk, semut, dan kecoa!” ganti dengan, “Mandi, yuk. Pakai bak, atau shower? Kalau badan segar dan wangi, pasti bersih dan sehat. Anak pintar pasti mau mandi.”  
  3. Pengasuhan tak konsisten. Hari ini dihukum karena membuang makanan, lain hari dibiarkan saja. Pengasuhan tidak konsisten seperti ini membuat anak bingung dan merasa tidak aman, yang akhirnya kemudian menimbulkan rasa malu. Solusi: Berlakukan disiplin  karena anak membutuhkan panduan dalam membangun perilaku. Panduan yang jelas pada apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan membuat anak merasa percaya diri karena dapat memprediksi apa yang akan dialami saat melakukan sesuatu.
  4. Orang tua tidak terlibat mengasuh anak. Ada orangtua yang tidak berminat pada urusan anak karena menganggap keterlibatannya justru akan membuat anak menjadi manja dan tidak mandiri. Atau, orangtua tidak punya cukup waktu untuk mengasuh anak. Apapun alasannya, ketidakhadiran orangtua dalam hidup seorang anak akan membentuk pemahaman pada diri sang anak bahwa dirinya tidak cukup berharga bagi orang lain. Pemahaman ini berdampak pada hubungannya dengan lingkungan sekitarnya, karena anak akan selalu merasa orang lain tidak berminat pada dirinya. Ketika ada orang lain yang memperhatikan, anak justru merasa tidak aman dan tidak nyaman. Pada beberapa kasus bahkan anak menjadi panik ketika menjadi pusat perhatian. Solusi: Berikan cinta dan perhatian  karena anak tumbuh dan berkembang dari cinta Anda, orangtuanya. Beri kesempatan pada dia untuk tahu bahwa dirinya dicintai. Anak yang tahu dirinya dicintai akan mengembangkan rasa percaya diri dan dengan mudah menghalau rasa malunya. Maka, segera peluk anak Anda, katakan Anda cinta padanya!
  5. Meniru  Anak melihat dan mencontoh perilaku dari orang tuanya. Orangtua yang pemalu biasanya punya anak pemalu. Bukan karena faktor genetis, tetapi karena meniru. Orangtua pemalu biasanya kurang bergaul dan tak punya banyak teman, sehingga anak pun sulit belajar cara berteman dan tidak tahu cara berperilaku. Solusi: Atasi rasa malu Anda sendiri  Tunjukkan pada anak cara berperilaku komunikasi yang benar, seperti menatap mata lawan bicara, menyapa orang yang dikenal saat berpapasan di jalan atau memberi salam saat bertamu dan berpamitan.
  6. Bawaan” lahir. Ada bayi yang sudah tampak pemalu di usia 6 bulan. Umumnya bayi pemalu akan tumbuh menjadi anak pemalu. Solusi: Paparkan anak pada lingkungan  misalnya dengan mengajaknya ke minimarket yang berbeda-beda dan tunjukkan cara berkomunikasi dengan petugas di sana. Juga  pertemukan dengan orang baru sesering mungkin, misalnya dengan mengajak anak ke pesta ulang tahun, pertemuan keluarga atau arisan. Atau adakan playdate dengan teman baru.  Jangan biarkan anak menyendiri. Anak pemalu cenderung menghindari dan menjauhkan diri dari orang lain. Carikan teman baru, ajak anak berkenalan dan bermain bersama. Puji anak bila berhasil melakukannya.
  7. Anak terlalu dilindungi sehingga tidak punya kesempatan untuk mandiri, dan kurang rasa percaya diri yang diperlukan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Anak yang terlalu dilindungi cenderung selalu merasa tidak aman, yang kemudian memunculkan rasa malu. Solusi: Ajarkan tanggung jawab dan dorong kemandirian  agar ia tidak tergantung pada orang tua atau pengasuhnya. Anak yang terlalu tergantung enggan mengambil risiko dalam berteman dan ikut dalam kegiatan lingkungan. Kemandirian pada anak diajarkan bertahap:
  • Sadari usia dan tahap perkembangan anak, biarkan ia melakukan hal-hal yang bisa dilakukan sendiri, seperti memilih baju, makan, menggosok gigi dan menyisir rambut.
  • Biarkan ia mengambil keputusan tanpa dikte dari Anda, misalnya memilih sepatu yang dia suka saat di toko sepatu.
  • Biarkan anak mengatasi masalahnya sendiri, misalnya mencari hingga menemukan sendiri mainannya yang terselip.
Baca juga:
Cegah Rasa Malu Pada Balita



 



Artikel Rekomendasi