Balita Belajar Dari Kekecewan

 

Orang tua kerap tak tega melihat balitanya kecewa jika keinginannya tak dikabulkan. Padahal, anak perlu merasakan kekecewaan juga lho.. Tinggal bagaimana Anda mengatasi kekecewaannya dengan tepat!  

Anak-anak kecewa dan frustrasi ketika permintaan atau keinginannya tak dipenuhi segera. Reaksi balita satu tahun menghadapi kekecewaan biasanya menangis, uring-uringan bahkan mengamuk. Orang tua biasanya pusing melihat balita berulah demikian. Daripada membuat heboh sekitar, orang tua muda biasanya memenuhi saja permintaan anak-anaknya.

Memperkaya pengalaman. Sebenarnya, anak-anak juga perlu merasakan kekecewaan. Melalui pengalaman kecewa, anak bisa belajar banyak hal. Pengalaman ini juga akan memperkaya pengalaman anak, sama seperti pengalaman hidup lainnya.

Bagaimanapun, orang tua tidak dapat menghindarkan balita dari rasa kecewa, frustasi, atau sedih. Di samping itu, melalui pengalaman kecewa ini, balita belajar bahwa dalam hidup itu ada batas-batasnya. Melalui pengalaman kecewa ini, balita juga akan belajar bagaimana mengatasi kekecewaan.

“Anak-anak, bahkan yang berusia sangat muda, dapat mengatasi kekecewaan atau frustrasi. Anak-anak terlahir dengan kemampuan menguasai kepedihan kecil, juga kekecewaan,” ungkap Gabriele Haug-Schnabel , ahli dan peneliti perilaku biologi manusia (Forschungsgruppe Verhaltensbiologie des Menschen) di Kandern, pinggiran kota Freiburg , Jerman. Semakin kaya pengalaman, anak semakin terampil mengatasi kekecewaannya.

Selain itu, dengan kemampuan anak mengatasi kekecewaan yang semakin baik, ia juga belajar melihat kekecewaan bukan sebagai masalah melainkan tantangan. Tantangan demi tantangan yang berhasil dilewati dapat membangun rasa percaya diri balita.

Atasi kekecewaan dengan cinta. Dalam mengajar balita satu tahun menghadapi kekecewaan, yang mutlak perlu digunakan adalah kalimat dan nada bicara positif. Tentu saja tak mudah bicara dengan anak usia ini. Namun percayalah, hasil dari cara ini dapat Anda petik ketika ia beranjak usianya, teurama saat keterampilan bicaranya berkembang pesat.

Pada intinya, para ahli perkembangan anak umumnya menekankan, ketika anak mengalami kesedihan dan kekecewaan, sementara orang tua selalu memberi respons positif dan dukungan untuk menghadapinya, anak jadi tegar dan kuat.

Sebaliknya, bila anak banyak mengalami kekecewaan namun hanya sedikit respons positif dari orang tua, ia tumbuh menjadi seseorang yang selalu ragu-ragu, tidak percaya pada dirinya sendiri dan juga orang lain. Anak bahkan bisa agresif karena tidak berdaya. Dengan demikian, takaran pas yang perlu Anda ingat adalah, ketika anak mengalami beberapa kekecewaan kecil, ia selayaknya memperoleh segudang curahan cinta dari ayah dan bundanya.

 



Artikel Rekomendasi