Balita Bicara Bahasa Alay

 

“Ciyus, bun?”, “Tante jangan lebay, deh”, “Miapah, aku harus minum susu?” racau si kecil dengan genitnya. Istilah-istilah slang ini dibuat oleh sekelompok orang, yang merupakan plesetan dari Bahasa Indonesia. Awalnya sebagai ‘lucu-lucuan’ saja, seperti ciyus adalah “serius”, miapah berasal dari “demi apa”, dan lebay yang artinya “berlebihan”, serta masih banyak kosa kata lainnya.
    Risiko dari bebasnya arus Informasi dan adanya keseragaman tren dengan cara bicara kelewat gaul di sekitar anak, membuat si kecil tak terkecuali jadi terkena dampaknya. Padahal, menurut psikolog Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S, dari Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebaiknya anak diperkenalkan pada Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebelum akan diperkenalkan bahasa gaul atau bahasa asing. Tapi, bila Bahasa Indonesia anak sudah telanjur “tercemari” bahasa alay, orangtua wajib meluruskannya. Cek langkah berikut!

1.    Wilayah Bebas Alay
Boleh saja buah hati Anda mengenal dan sesekali menggunakan bahasa gaul, tapi alangkah lebih baik bila hal itu terjadi  pada waktu yang tepat, yaitu, ketika ia sudah beranjak dewasa. Tepatnya manakala  ia sudah dapat membedakan dan memilih kata yang cocok atau tidak, untuk digunakan pada berbagai kesempatan. Maka, biasakan anak untuk bertutur kata baik saat di rumah. Caranya, buat kesepakatan bersama seluruh anggota keluarga untuk ‘mengerem’ kata-kata gaul tadi, dan hanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadikan rumah Anda, wilayah bebas dari paparan bahasa alay, dan ini bukan hanya berlaku bagi anak tapi juga bagi ayah, bunda, mbak, bahkan tamu yang berkunjung.

2.    “Tidak Keren, Nak.”
Satrio, salah satu personil band Alexa, menuturkan, ia kurang suka ketika mendengar anaknya, Nura Alya Kinanti (4) berkilah, “Biasa aja keles’ sebab menurutnya, hal itu bisa saja akan merusak kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar di usianya yang masih sangat dini. Tentu saja Anda boleh menyampaikan rasa tidak berkenan Anda, jika si kecil menggunakan kata-kata itu. Pilihlah kalimat sederhana dan positif ketika menyampaikan pesan tersebut, serta alasan ringan yang dibutuhkan si kecil, sebagai argumen kuatnya. Misalnya, “Nak, menurut Ayah, kata-kata itu sama sekali tidak keren, lho. Yang keren itu ketika kamu bisa menggunakan kata-kata yang baik dan benar.” Anda juga bisa menyalipkan role model kesukaan si kecil untuk dicontoh, “Tante Icha bicaranya tidak pernah pakai kata-kata itu, tapi dia tetap keren, kok.”, bila kebetulan anak mengidolakan tantenya.

3.    Coba Teknik Pengabaian
Menurut Psikolog Perkembangan Anak, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., anak balita sering meniru ucapan atau perbuatan orang lain, tanpa pemahaman terhadap apa yang ditirunya. Gunakan teknik pengabaian dengan melakukan dan memberikan perhatian pada kegiatan lain, sehingga perhatian anak juga ikut teralihkan. Teknik mengabaikan berbeda dengan memarahi, sebab dengan marah, si kecil akan merasa mendapat perhatian, meskipun hal itu adalah perhatian yang negatif, maka ia akan senang untuk mengulangnya lagi. Sebaiknya, orang tua memberikan perhatian pada kegiatan lain, misalnya menyanyikan lagu anak-anak, maka anak akan lebih tertantang dan memberikan fokus pada lagu anak-anak tersebut.

4.    Perkaya Kosa Katanya
Kadang-kadang anak balita menggunakan bahasa alay, karena tidak paham kosa kata lainnya yang lebih pantas digunakan.  Misalnya, ketika ia “mengobral” kata “ciyus miapa?“ –sampai sampai tak sesuai dengan konteks- mungkin karena saat ini kalimat itu saja yang dikuasainya untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan.  Untuk itu, penting meningkatkan perbendaharaan kata dan kalimat yang dikuasai anak, agar ia bisa berbahasa secara tepat, sesuai konteks dan tidak impulsif Anda bisa menambah kosa kata baru melalui kegiatan seperti bernyanyi, membaca dan mendongeng. Menurut Anna Surti, umumnya balita usia 4 tahun sudah mengenali, mengerti, melafalkan  lebih dari 1500 kata secara jelas dan banyak bertanya. Hal ini bisa Anda manfaatkan untuk maksimalkan waktu berkualitas Anda dengannya, sekaligus mengenalkan kosa kata baru.

5.    Eits… Ada Dendanya
Mendisiplinkan anak memang gampang-gampang susah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Buatlah perjanjian dengan anak, untuk tidak menerapkan kosa kata alay. Saat ia ketahuan sedang menggunakannya, jangan lelah untuk terus mengingatkan. Bila sudah berulangkali tapi masih tidak mempan, terapkan semacam denda.  “Yuk, kita buat kesepakatan, kalau kamu (atau Bunda) menggunakan kata itu lagi, berarti kamu (atau Bunda)  tidak boleh menyalakan acara TV kesukaan, setuju?”  Petik keuntungan di balik denda ini, Anda jadi bisa memiliki waktu berkualitas bersama anak selain menonton acara televisi. (FIN/MON)

Baca Juga:
Melatih Balita Bicara
Balita Bicara Sembarangan
10 Trik Bicara Kepada Balita

 



Artikel Rekomendasi