Balita Suka Bermain Sendiri

 

Balita Anda terlihat asyik betul main sendiri. Tak mau berinteraksi dengan orang lain? Jangan buru-buru menvonis! Apa yang dilakukan balita sesuai tahap perkembangan bermainnya. 
 
Ketika melihat anak yang baru berusia satu tahun asyik bermain sendiri, meski di sebelahnya ada anak lain seusianya, jangan terburu-buru mengira anak Anda menderita autis dan tak mau berinteraksi dengan orang lain. Situasi demikian wajar terjadi di usianya ini.

Sesuai tahap perkembangan bermain, setelah melewati masa berekplorasi, di usia 1 dan 2 tahun ini anak menikmati bermain dengan permainan atau pun mainannya. Jangan heran bila ia terlihat asyik bermain sendiri.

Kemampuan sosial belum berkembang. Salah satu manfaat dari kegiatan bermain, selain merangsang perkembangan kognitif melalui kegiatan eksplorasi, juga mengasah kemampuan sosial anak. Melalui kegiatan bermain, balita diharapkan dapat menjalin interaksi sosial dengan teman sepermainannya.

Namun, tampaknya, Anda belum bisa mengharapkan ini terjadi pada anak satu tahun. Mengacu pada karakter egosentris yang masih melekat erat pada anak, dapat dimengerti bila saat bermain, ia terlihat asyik sendiri dan tak berinteraksi dengan teman sepermainannya.

Bila ada teman sebaya, ia hanya mengamati apa yang dilakukan anak lain. Paling sering terjadi adalah bermain paralel, yaitu berdampingan dan bermain dengan anak lain yang bermain dengan caranya sendiri.

Kalaupun terjadi interaksi, itu pun hanya proses memberi dan menerima, serta bertengkar. Misalnya, anak yang satu mengambil mainan anak lainnya, namun ia menolak memberinya sehingga terjadi pertengkaran atau berebut mainan.

Barulah, seiring bertambahnya usia anak, ia akan mampu melakukan kegiatan bermain yang didukung dengan kemampuan sosial yang baik pula.

Bila kelewat asyik. Meski bermain sarat manfaat bagi anak, bila anak terlalu asyik bermain sendiri dan tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya, dikhawatirkan mengganggu proses tumbuh-kembangnya dan juga jadwalnya beristirahat. Sebagai antisipasi, orang tua selayaknya menyusun jadual aktivitas harian buah hatinya. Penerapannya tak perlu kaku. Yang penting, pilihlah waktu yang tepat bagi anak untuk bermain, dan tetapkan kapan waktu balita beristirahat.
 
Tak kalah penting adalah bila orang tua senantiasa menemani anak bermain. Sesekali, komunikasikan cara bermain dan cara menggunakan mainan yang ia mainkan. Namun, tetap beri anak kesempatan untuk bermain sendiri agar ia dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasinya melalui kegiatan ini.
 

 



Artikel Rekomendasi