Cara Mengajarkan Anak Tentang Seks

 

Kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap tahunnya. Ironisnya, anak lebih banyak tahu tentang seks dari teman, internet, dan media pornografi seperti majalah porno, video, dan lain sebagainya. Hanya 5 % anak yang tahu tentang seks dari orangtua. Padahal, orangtua seharusnya menjadi pihak pertama yang mengajarkan tentang seks. Ketika anak dibekali edukasi seks yang benar dari orangtua, umumnya anak lebih bisa terhindar dari kemungkinan menjadi korban kekerasan seksual. Ayo, hapus rasa jengah untuk berdiskusi mengenai  seks pada anak-anak. Jelaskan pada mereka dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

Selain karena kasus kekerasan seks yang kian meningkat, pendidikan tentang seks dapat membantu anak untuk tidak memiliki persepsi salah tentang seks itu sendiri. Anak akan lebih mengenal tentang area pribadi yang ada pada tubuhnya sehingga ia pun bisa menjaga tubuhnya dari sentuhan orang asing. Jika orangtua tidak membekali anak tentang pengertian yang sebenarnya, anak akan terus terpapar dengan arti yang tidak benar, yang justeru lebih mudah ia terima, yaitu melalui paparan internet, berupa games dan video yang tidak disadari ada di gadget Anda. Mungkin sebagai orangtua, Anda bisa selalu mengawasi mainan apa yang digunakan anak, tapi saat Anda sedang tidak bersamanya, bukan tidak mungkin ia diajak bermain menggunakan gadget orang lain yang saat itu ada di dekatnya.

Saat memasuki usia prasekolah, anak sudah mulai mengenal beda laki-laki dan perempuan, bahkan mereka sudah bisa bertanya, “Aku berasal dari mana? Kenapa aku ada di perut Bunda?" Di usia ini anak juga suka mencium dan memeluk. Dari usia 3 tahun, anak sudah mulai merasakan kenikmatan seksual di alat kelaminnya, bahkan masturbasi. Namun, masturbasi yang anak lakukan berbeda dengan dewasa, mereka melakukan ini untuk melepaskan ketegangan serta mencari rasa nyaman. Anak secara alami akan bereksplorasi secara seksual tanpa harus ada pemicu, karena manusia secara alami mencari kenyamanan melalui seks.



Berikan edukasi seks pada anak saat sebelum pubertas dan saat anak bertanya.
Bersyukurlah ketika anak tiba-tiba bertanya tentang seks karena inilah saatnya Anda memberikan informasi yang tepat. Jangan lalu Anda malah memarahinya, terlihat bingung, terlalu serius, pura-pura tidak dengar, bahkan mengalihkan pembicaraan atau berbohong. Karena jika Anda melakukan hal tersebut, anak akan mencari jawaban di tempat lain. Sambil mengajarkan anak, jelaskan bahwa penjelasan seputar seks hanya bisa ia dapatkan melalui Anda, orangtuanya. Gunakan kesempatan, misalnya:
  1. Saat mandi. Kenalkan anak tentang alat kelaminnya. Gunakan kata penis dan vagina untuk alat kelamin, jangan pakai kiasan. Jelaskan pada anak karena kata tersebut bersifat pribadi, ia tidak bisa mengucapkannya sembarangan atau di depan umum.
  2. Saat ada adegan mesra di film seperti berciuman. Daripada sibuk menutupi mata anak, lebih baik jelaskan apa arti adegan tersebut.

Pendidikan seks bukan single lecture. Tak bisa mengajari anak tentang pengetahuan seks hanya satu kali, karena dalam tiap tahapan usia anak, mereka mendapatkan ‘problem’ baru.

Mengenal Bagian Tubuh
Beritahu anak tentang batasan bagian tubuh pribadinya, yaitu mulai dari bawah leher sampai lutut, tidak termasuk tangan. Selain kelamin, bokong, dan dada, paha dan punggung termasuk pribadi, mengantisipasi fedofil yang suka meminta anak bertelanjang dada lalu memotretnya. Ajarkan pada anak, bahwa hanya ada 3 orang yang boleh menyentuh bagian tubuh pribadinya: dirinya sendiri, orangtua, dan dokter.

Jika ada orang lain yang memaksa untuk memegang atau melihat bagian tubuh pribadi anak, diskusikan dengannya, apa yang perlu ia lakukan dengan memberikan arahan detail. Ajarkan anak untuk melawan dengan berbagai cara, yaitu berteriak, memukul, menendang, atau menggigit.

Ajarkan norma sederhana, seperti aturan memakai baju. Kalau habis mandi, badan harus ditutupi dengan handuk, dan inilah sebabnya mengapa di toko baju selalu ada ruang ganti pakaian, karena kita tidak bisa telanjang di depan banyak orang.

Pakar: Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.

 



Artikel Rekomendasi