Hentikan Anak Bicara Kasar

 

Suatu hari balita menghardik Anda, “Ibu bodoh amat, sih!“ Pasti Anda syok, sekaligus bertanya-tanya, dari mana dia belajar bicara kasar seperti itu?

Dari lingkungan. Bunda, pada usia prasekolah, keterampilan berbahasa seorang anak tengah berkembang pesat. Bagai spons, ia menyerap semua kata “baru” yang didengar dari lingkungannya, untuk kemudian ditiru. Masalahnya, tidak semua kata-kata “baru” itu baik. Misalnya, tidak semua acara televisi kesukaan anak (misalnya sinetron anak atau film kartun) sopan bahasanya. Banyak ibu mengeluh maraknya sinetron anak yang memuat kata-kata makian, umpatan, atau hinaan, seperti “sialan”, “bego”, “bengsek”, “goblok”, yang sebenarnya tidak pantas diucapkan sehari-hari, baik oleh anak maupun orang dewasa.

Makin parahnya, di usia 3-4 tahun, anak belum memiliki “saringan” untuk membedakan mana kata yang baik, dan mana yang buruk, serta bisa menyinggung perasaan orang lain.

Tenang, Bunda. Jangan langsung naik darah saat mendengar si 3-4 tahun berbicara kasar. Jaga ekspresi dan reaksi Anda tetap tenang. Bisa jadi dia asal ucap saja, padahal tidak tahu makna kata yang diucapkannya.  

Jangan marah. Tidak marah, membentak, apalagi memberi hukuman fisik seperti menyentil mulutnya. Bila Anda marah, dia cenderung berkata kasar lagi saat sedang marah pada Anda, hanya untuk memancing reaksi Anda, atau membuat Anda kesal.

Tidak tertawa. Sekadar tersenyum geli pun jangan. Sebab, anak bisa salah sangka, mengira perkataannya lucu. Dia akan mengulangnya lagi untuk menghibur atau mencari perhatian.

Jelaskan itu tidak baik, dan mengapa. Katakan, “Kamu tahu tidak, “bego” itu kata-kata yang kasar dan jelek sekali, lho. Kalau kamu mengucapkan kata-kata itu, ibu bisa sedih, dan orang yang mendengar, jadi tidak suka sama kamu.”

Tanyakan dari mana dia mendengarnya, agar Anda bisa mewaspadai sumber-sumbernya, dan mengoreksi bahwa yang ditonton di TV itu jelek, jangan ditiru.

Kenalkan konsekuensi. Jika 2 kali diperingatkan, anak tetap berbicara kasar, Anda perlu mendisiplinkannya. Tenang tapi tegas, katakan, “Darren sudah 2 kali Bunda kasih tahu, masih saja berbicara kasar. Sekarang Darren tidak boleh makan es krim yang dibelikan ayah.“ Jika dia merengek, Anda harus konsisten. Tunjukkan, Anda tidak mentolerir perbuatannya. Sebaliknya, bila dia tidak pernah mengulangi kata-kata kasarnya, beri pujian.   

Ajarkan empati. Sering anak berkata kotor tanpa menyadari itu bisa menyakiti perasaan orang. Misalnya, ”Ih jelek, Dinda ompong!” Anda perlu mengajarkan anak berempati. Ajak dia membayangkan jika ia menjadi Dinda, betapa sedih diejek. Ajarkan juga untuk tidak menilai orang hanya dari penampilan fisik.


 

 



Artikel Rekomendasi