Kenapa Balita Beri Nama Bonekanya?

 

Balita menganggap setiap benda punya perasaan dan sifat sehingga patut diberi nama. “Aku mau Bobo. Kasihan Bobo lapar belum makan,” rengek balita. Dia menyebut meminta Bobo, namun Anda tak mengerti apa yang dia maksud.  Padahal Bobo adalah boneka beruangnya. Kenapa balita memberi nama bonekanya, ya?
  • Pada  usia 2-3 tahun, anak melihat benda-benda di sekitarnya seperti pohon dan mainannya adalah makhluk hidup, sama seperti dirinya. Dalam pikiran balita, benda-benda punya sifat dan perasaan sehingga perlu di beri nama.
  • Anak punya momen khusus dengan benda tertentu, semisal saat ia mendengar lagu Potong Bebek Angsa, dia menari-nari sambil mengenakan rok itu. Sehingga dia menamainya 'baju potong bebek angsa.'
  • Anak meniru kebiasaan orang-orang di sekitarnya, termasuk Anda. “Aduh si mogo mogok lagi, harus dibawa ke bengkel lagi,” keluh Anda untuk yang sekian kalinya. Hal ini kemudian ditiru oleh balita.
Perilaku anak tentu kadang-kadang menimbulkan masalah komunikasi. Nama-nama yang ia gunakan tidak lazim, hingga Anda perlu waktu untuk memahaminya. Belum lagi untuk seseorang yang baru bertemu dengan balita, dia tidak akan segera mengerti apa yang dia maksud. Anda sebaiknya:
  • Ikut dalam dunia imajinasi anak, dan menganggap semua benda punya perasaan dan punya nama. Jangan menyalahkan anak bila dia menamai benda. Cara pandang balita berbeda dengan orang dewasa. Secara perlahan-lahan beri anak Anda penjelasan bahwa benda-benda tidak seperti manusia yang  punya perasaan, dan mereka punya nama sendiri.
  • Sebut nama yang sebenarnya. Setiap balita mengatakan Bobo selalu lanjutkan dengan nama asli benda itu. “Oh adik mau boneka beruang, bobo ada di rak mainan.” Lakukan hal yang sama dengan benda-benda lain yang ia beri nama.
  • Ulangi pengucapan nama barang tersebut agar terekam dalam memorinya. Minta balita untuk menirukan ucapan Anda terutama untuk kata-kata yang sulit diucapkan. Setiap ada kesempatan ulangi kata itu terus-menerus untuk melatih balita hingga ia lancar mengucapkannya.
  • Tanyakan sebabnya ia memberi nama pada barangnya. Beberapa benda punya mana lebih pada anak sehingga dia merasa perlu untuk memberinya nama khusus. Anda bisa menggunakan kesempatan ini  mengajak balita belajar mengungkapkan perasaannya. Namun, jangan paksa dia bila tidak mau memberi tahu Anda.
  • Bacakan  buku. Selain mengajarkan nama-nama benda, kegiatan ini bisa memperkaya perbendaharaan katanya.
  • Anda juga bisa mengajak anak menonton film. Beberapa tayangan anak yang cukup edukatif seperti Barney, Dora the Explorer, Blue’s clues atau Jalan Sesama mengenalkan anak dengan nama benda. Temani balita dan siap-siap memberi penjelasan padanya bila Anda menyaksikan tayangan yang belum disulih suarakan.
Balita asperger? Tidak semudah itu menyimpulkan balita menderita sindroma asperger. Memang penderita asperger memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya:
  • Dia tidak mengerti bahasa non verbal seperti mimik wajah dan kata-kata konotatif.
  • Dia memberikan kode pada segala sesuatu karena ia kesulitan untuk mengingat.
  • Punya  gangguan interaksi sosial maupun perilaku. Komunikasi biasanya hanya berjalan searah, anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak.
  • Sindroma asperger bukan penyakit mental, tetapi sebagai suatu bentuk autisme. Perlu pemeriksaan lanjut dengan ahli untuk mengetahui apakah balita menderita sindroma asperger atau tidak.
Sampai kapan? Tenang, kebiasaan ini akan menghilang saat usianya diatas 4 tahun. Seiring  perkembangan berpikirnya, dia akan menyadari bahwa benda-benda tersebut bukanlah benda hidup seperti dirinya. Dia pun mengingat setiap benda punya sebutannya sendiri dan kemampuan memorinya semakin banyak menyerap perbendaharaan kata. Menginjak usia 2 tahun kosakatanya baru sekitar 50 kata dan ketika menginjak usia 3 tahun jumlahnya meningkat lebih dari dua kali lipat, mencapai setidaknya 300 kata.


 



Artikel Rekomendasi