Kiat Agar Anak Banyak Teman

 

Berteman penting bagi anak untuk belajar keterampilan sosial. Tanpa teman, anak Anda takkan tahu, perilakunya bisa diterima anak lain atau tidak. Tanpa teman, anak Anda takkan belajar toleransi, tenggang rasa, mengalah dan mempertahankan haknya.

Anak-anak usia ini umumnya sangat suka bermain dan berteman. Mereka, yang menurut Piaget berada pada tahap berpikir praoperasional, dikendalikan oleh bermain fantasi sehingga perkembangan dalam berteman, mewujud pada bermain pura-pura yang harus dilakukan bersama teman. Anak-anak usia ini mulai berubah dari bermain paralel menuju bermain bersama, meski mereka belum sungguh-sungguh bisa bekerja sama saling menguntungkan.

Bagi anak-anak usia 3 – 4 tahun, teman adalah mahkluk penting saat ia mulai masuk kelompok bermain atau taman kanak-kanak. Ketika buah hati Anda mulai bergaul dengan teman sebaya di sekitar rumah, teman-teman bermainnya adalah aset penting. Kalaupun kadang-kadang bertengkar, itu soal biasa! Mereka masih mempertahankan wilayah, seperti  “ini tempatku”, “ini bonekaku”, “ini mobilanku”.

Ibu atau ayah tak perlu terlibat dengan pertengkaran anak-anak itu. Mereka sedang mengembangkan keterampilan kerja sama, empati, memberi perhatian pada orang lain, mencoba memahami dampak perilakunya terhadap orang lain dan mengembangkan kemampuan untuk menerima masukan dari orang lain tentang perilakunya. Yang penting, ajarkan anak hal-hal berikut ini sebagai modal berteman:
  • Berbicara dengan sopan, menggunakan kata-kata yang baik dan nada bicara yang diakui secara sosial disebut “sopan”.
  • Bersikap empati, sesuatu yang dimiliki anak Anda bahkan sejak ia bayi. Anda tinggal mengembangkannya. Saat anak Anda melihat temannya jatuh dan lantas ia berkomentar “Kasihan deh lu!” Anda harus segera mengoreksi.  Ajak anak membantu membersihkan luka temannya yang jatuh, atau paling tidak menawarkan bantuan, misalnya, “Yuk, lukanya dicuci.”
  • Mengenali perasaan orang lain lewat ekspresi wajah. Tidak mudah  bagi balita Anda. Tapi Anda bisa membantunya dengan mengenali perasaan anak Anda lewat ekspresinya. Misalnya anak Anda tampak gusar, Anda bisa berkata, “Marah ya? Apa yang membuatmu marah?” Lambat laun anak peka pada ekspresi orang lain.
  • Mengendalikan emosi, mengekspresikan emosi negatif tidak dengan cara merusak, memukul atau berteriak. Anak akan bisa mengendalikan emosinya bila Anda menanggapi emosi anak dengan penuh simpati.

 



Artikel Rekomendasi