Menanamkan Kebiasaan Baik Sejak Dini

 

Menanamkan kebiasaan baik memang perlu dan sebaiknya dilakukan oleh para orang tua kepada buah hatinya sejak dini. Agar penanaman kebiasaan baik itu, benar-benar menjadi sebuah kebiasaan yang terus dilakukan hingga dia dewasa nanti.

Teladan Orang tua. Dalam diskusinya di acara Kopdar Ayahbunda, Sabtu (5/12) lalu di Mr.Pancake Setiabudi, Psikolog Anna Surti Ariani, S.PSi menegaskan bahwa untuk menanamkan kebiasaan baik kepada balita, diperlukan role model dari orang tuanya sendiri. “Orang tua adalah mentor bagi anak. Akan menjadi baik jika mentornya juga memiliki kebiasaan baik. Ibarat kumbang, anak akan singgah ke berbagai jenis bunga, bisa bunga baik maupun bunga buruk. Jika Anda ingin anak singgah ke bunga baik , buatlah banyak kebiasaan baik di rumah,” terang Anna.

Kedekatan dan kontrol emosi. Akan lebih mudah dan efektif untuk menanamkan kebiasaan baik, jika orang tua memiliki kedekatan dengan anak. Gunakan kasih sayang, pelukan, senyum, dan suara yang lembut, saat Anda ingin menanamkan kebiasaan baik. Jangan selalu menggunakan suara tinggi, sehingga kedekatan dengan anak bisa selalu terjaga. Saat ingin memberi penjelasan tentang kesalahan yang dilakukan anak, lakukan dalam kondisi tenang dan sabar. Peluk dan tatap matanya. Karena anak akan lebih mendengarkan Anda, jika Anda tidak menggunakan emosi. Gunakan suara tinggi jika memang diperlukan dan di saat yang tepat. Misalnya, saat anak tiba-tiba lari ke jalan raya. Namun, setelah anda menggunakan suara tinggi, segera kembalikan ke kebiasan baik. Katakan padanya dengan penuh kelembutan, bahwa bermain di jalan raya bisa membahayakan dirinya. Orang tua  harus bisa mengontrol emosinya. Gunakan kemarahan dengan penuh kesadaran bukan kerena emosi sesaat. Anak pun akan belajar mengelola emosinya dengan baik.  

Disiplin dan konsisten.
Keberhasilan menanamkan kebiasaan baik, diperlukan kedisiplinan dan konsistensi. Buat aturan kebiasaan baik, yang juga harus dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. Anda bisa menerapkan time out atau hukuman ringan jika dilakukan pelanggaran, seperti duduk di kursi. Namun, hukuman yang Anda terapkan harus ada batas waktunya. Karena jika terlalu lama, anak justru akan semakin kebal dengan hukuman tersebut. Terapkan hukuman maksimal 5 menit saja. Dan upayakan untuk selalu menjaga kedekatan. Misalnya, saat Anda memberlakukan hukuman duduk di kursi, ikutlah duduk bersamnya, sambil peluk dia. Jika ia terus meronta-ronta, biarkan saja, beri dia kesempatan untuk mengekspresikan kemarahannya. Hal ini, penting untuk perkembangan emosional anak. Namun, beri penjelasan juga, bahwa emosi atau kemarahan juga ada batasnya.  Setelah hukuman selesai, biarkan anak beraktivitas kembali seperti biasanya, jangan ditambah lagi dengan omelan dan kemarahan. Biarkan dia bermain kembali dengan ceria.

Hukuman fisik. Terkadang orang tua baik disadari atau tidak disadari, terpancing untuk melakukan tindakan fisik saat anak sulit diberi pengertian. Misalnya, jewer, cubit, dan pukul. Meskipun hanya ringan, namun ini bisa menjadi contoh kebiasaan yang tidak baik bagi anak. Jangan membiasakan melakukan hukuman fisik kepada anak. Namun, Jika Anda terpaksa dan tidak sadar melakukannya, segera kembalikan ke kebiasaan baik setelah Anda melakukannya.  Segeralah meminta maaf kepada anak, dan katakan bahwa mama seharusnya tidak perlu melakukannya karena itu tindakan yang salah dan tidak baik.


Baca juga: Berbagai tips menanamkan kebiasaan baik dari Anna Surti Ariani
 

 



Artikel Rekomendasi