Menghadapi Amukan Anak

 

Menghadapi anak satu tahun yang mengamuk sambil membentur-benturkan kepala, wuih mengerikan!

Kini anak mulai menyadari eksistensi diri. Ia mulai sadar, apa yang dilakukannya bisa mempengaruhi orang lain. Bisa dikatakan, temper tantrum tumbuh sejalan dengan perkembangan anak saat usianya memasuki tahun kedua dan ketiga. Beberapa anak tak hanya mengamuk dengan menangis dan berteriak, mereka juga membentur-benturkan kepalanya ke dinding atau pintu.

Frustrasi itu normal. Hal pertama yang harus diingat, anak-anak lahir dengan rasa frustrasi. Artinya, sejak lahir berbagai hal ingin dilakukan anak. Tapi, apa daya, perkembangan fisik dan keterampilannya masih terbatas. Repotnya, semakin bertambah usia, rasa frustrasi dan kecewa tak berarti berkurang. Justru semakin banyak tantangan yang menggoda untuk ditaklukkan, menuntut si satu tahun belajar dan terus berusaha.

Para ahli kerap mengingatkan orang tua, frustrasi dan kemarahan anak yang diwujudkan dalam bentuk amukan semakin menjadi-jadi saat ia lelah, sakit, lapar dan stres. Dengan begitu, kuncinya adalah menghindarkan anak dari kondisi-kondisi tersebut.

Jika selama ini Anda selalu berhasil menghentikan amukannya dengan pura-pura tak memperhatikan, tentu perilaku membenturkan kepala, justru membuat Anda khawatir dan bereaksi panik. Ya, benar! Membenturkan kepala hanya merupakan upaya anak mencuri perhatian Anda.

Normalkah ini? Baik rasa frustrasi maupun perilaku membenturkan kepala, menurut para ahli, adalah sesuatu yang lazim terjadi pada bayi hingga balita. Berdasarkan sebuah penelitian, 20 persen anak sehat membenturkan kepalanya paling tidak satu kali. Namun, anak laki-laki 3 – 4 kali lebih sering dibandingkan anak perempuan. Secara umum, anak mulai membenturkan kepala dalam keadaan mengamuk di usia satu tahun, dan tiba-tiba tidak melakukannya lagi di usia empat tahun.

Cermati dan bertindak! Meskipun demikian, tak ada satu ahli pun menyalahkan kekhawatiran orang tua. Selain karena membenturkan kepala dapat mencederai kepala anak, perilaku yang dikenal sebagai head banging, adalah salah satu ciri umum autisme. Ciri lain yang perlu dicermati (berhubungan dengan autisme): anak terus melakukan aktivitas motorik ritmik berulang lain hingga melampui usia batita; seperti mengayun tubuh dan menggulingkan tubuh terus-menerus. Apabila Anda mendapati anak berperilaku demikian, bawalah ia ke psikolog dan ahli saraf untuk evaluasi.

Apabila anak membenturkan kepala hanya sesekali saat ia sedang marah, orang tua dapat menghindari anak berperilaku demikian dengan:
  • Memastikan di sekitar Anda dan anak tak ada benda yang berpotensi menimbulkan cedera, terutama saat Anda dan anak sedang bernegosiasi atau berdebat akan suatu hal.
  • Tak perlu terlalu memberi perhatian pada amukannya. Diamkan saja selama beberapa menit. Jika anak tak juga berhenti membenturkan kepala dan Anda sedang berada di keramaian, ajaklah ia ke suatu sudut lalu mintalah ia memberitahu, mengapa ia marah.
  • Apabila penyebab kemarahan karena anak merasa Anda terlalu mengendalikan dirinya, cobalah memberikan pilihan dan berdialoglah!
  • Usahakan menghentikan perilaku anak membenturkan kepala selembut mungkin, dan perlahan. Tak perlu terburu-buru apalagi kasar. Peluklah dan beri anak Anda pengertian bahwa rasa marah tak perlu diekspresikan dengan menyakiti diri sendiri. Cara terbaik adalah membicarakannya dengan Anda.

 



Artikel Rekomendasi