Pertanyaan 'Ajaib' Seputar Sekolah

 




Pengalaman pertama bersekolah tentu menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk balita Anda. Namun, perasaan excited tersebut tak akan lepas dari rasa cemas karena harus berpisah dengan orang tuanya. Dari sinilah berangkat pertanyaan-pertnayaan anak mengenai apa itu bersekolah. Sebaiknya, perhatikan apa yang akan menjadi jawaban Anda untuknya. Sebab, jawaban Anda dapat memengaruhi apakah ia akan semakin cemas atau justeru semakin tertarik.

"Bunda ikut sekolah,  nggak?"

Jawaban: “Iya, Bunda nanti ikut sekolah. Tapi Bunda hanya ikut sampai di pagar atau depan kelas.”

Sejak awal memulai kegiatan sekolah, anak sudah perlu  tahu batasan-batasan yang diberikan. Jika pihak sekolah memang mengizinkan orangtua menunggu, katakan saja padanya  di mana Anda akan menunggunya. Tapi jika pihak sekolah melarang,   jelaskan padanya dengan jujur namun tetap menggunakan kata-kata yang positif.

Coba beri jawaban seperti, “Setelah  kamu pulang sekolah, Bunda akan menjemputmu. Tapi sekarang Bunda hanya bisa ikut sampai depan kelas.” Hindari membohongi anak, terutama di awal masa sekolah, misalnya dengan mengatakan,  “Bunda akan menemani kamu,” namun Anda  malah pergi diam-diam. Hal itu hanya akan memperberat perpisahannya dengan Anda.





"Kalau aku mau pup atau pipis, bagaimana?"

Jawaban: “Katakan kepada  Ibu Guru kamu jika kamu  ingin pup atau pipis.”
Ketika mempersiapkan anak untuk masuk sekolah, Anda juga harus melatihnya untuk menghadapi hal-hal yang mungkin terjadi, terutama bila Anda tidak berada di sekitarnya. Buang air adalah salah satu hal yang private, jadi anak mungkin merasa malu untuk mengatakannya.

Ajarkan balita Anda untuk berani mengatakan pada guru mereka jika ingin buang air. Namun terkadang tidak cukup dengan ucapan saja, tapi ia  juga perlu latihan berbicara langsung. Karena itu cobalah  bermain peran di rumah dan jadilah gurunya. Ciptakan suasana layaknya di sekolah dan minta anak mengatakan hal-hal yang telah Anda ajarkan. Hal ini untuk membiasakan anak anak ketika benar-benar berada di dalam kelas.




"Nanti aku main dengan siapa?"

Jawaban: “Kamu nanti main dengan teman-teman”
Lebih baik jika Anda menyebutkan saja nama satu atau dua orang temannya di sekolah secara spesifik. Untuk itu,  Anda juga perlu bersosialisasi agar dapat mengenal teman-temannya lebih baik. Sebab orangtua memiliki peranan penting dalam membantu anak berkenalan dengan teman lainnya di masa awal sekolah. Jadi, tidak hanya anak yang mendapat teman baru, Anda juga bisa berkenalan dengan orantua lain.

"Kalau temanku nakal, bagaimana?"

Jawaban: “Bilang  pada dia kalau kamu tidak suka pada kenakalannya.”
Ajarkan anak untuk melawan ketika dinakali.  Namun bukan melawan dalam bentuk fisik,  tapi lebih baik dalam bentuk kata-kata. Misalnya ketika ada temannya yang nakal, latih  ia  mengatakan, “Jangan pukul aku! Kalau kamu memukulku, aku tidak mau main dengan kamu lagi.”

Tapi beritahukan padanya, ia boleh bermain lagi dengan temannya, jika ia sudah tidak nakal lagi. Hindari mengajarkan anak untuk mengabaikan kenakalan temannya, karena dia akan terbiasa mengabaikan dan kabur dari masalah. Ajak anak untuk lebih asertif, yaitu untuk mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain,  namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan temannya.




"Aku makannya bagaimana?"

Jawaban: “Kamu makan sendiri, kan, sudah besar dan  sekolah. Kamu bisa.”
Jauh sebelum sekolah, Anda pasti sebaiknya mengajarkan anak untuk bisa makan sendiri. Jika masih ia masih sulit  mengonsumsi makanan besar, ajarkan ia untuk mengonsumsi makanan ringan seperti roti, buah atau kue-kue.

Anda juga harus membantu membangkitkan selera makannya di sekolah dengan menyiapkan bekal-bekal yang lucu dan menarik untuknya. Selain dapat meningkatkan selera makan, anak juga akan dengan bangga memerkan bekal buatan Anda pada teman-temannya.

"Aku boleh bawa mainan, nggak?"

Jawaban: “Boleh. Kalau teman-temannya  meminjam mainanmu boleh tidak?”
Katakan padanya bahwa teman-temannya mungkin ingin memegang dan mencoba bermain dengan mainan miliknya. Jika anak menjawab “boleh”, biarkan dia membawa mainannya. Namun kurangi frekuensinya perlahan-lahan. Tetapi jika anak menjawab “tidak”, tentu ia akan berhenti untuk membawa mainannya ke sekolah.

Namun terkadang ada sekolah yang tidak menginzinkan anak untuk membawa mainan ke sekolah. Jadi katakan padanya bahwa ibu guru  melarang siapapun membawa mainan ke sekolah karena di sekolah sudah ada banyak mainan.




“Bunda kalau nanti aku cape bagaimana?”

Jawaban: “Katakan kepada Ibu guru kalau kamu cape.”
Biasanya guru pendamping akan berusaha menghibur dan mengembalikan lagi semangat anak untuk belajar. Namun, latih anak untuk terbiasa menghadapi dunia sekolah melalui kegiatan-kegiatan di rumah.

Misalnya, anak akan banyak mendengarkan di sekolah, karena itu di rumah biasakan membacakan anak buku cerita. Kegiatan tersebut juga dapat melatih konsentrasinya ketika mendengarkan cerita Anda.

Hindari melatih anak mendengarkan dalam jangka waktu yang terlalu lama. Mulailah dari waktu yang singkat dan kemudian bertambah seiring berjalannya waktu. Berikan juga instruksi-instruksi sederhana agar ia terbiasa ketika mendengarkan perintah guru di sekolah.

"Nanti, ngapain di sekolah?"

Jawaban: “Main.”
Di usia balita ini anak akan lebih senang jika mendengar kata ‘bermain’. Hindari mengatakan padanya kata ‘belajar’. Katakan saja, bahwa di sekolah nanti dia akan bermain, bukan hanya dengan teman-temannya saja, tapi juga bermain dengan angka, huruf, hingga beragam mainan. Biasanya sekolah juga akan mengemas tugas atau hal-hal yang harus dipelajari balita dalam bentuk permainan,  sehingga ia tidak akan merasa terbebani dan senang pergi ke sekolah setiap hari.




“Bunda nanti di mana?” Itu adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh balita ketika hendak sekolah. Hal itu karena  anak masih memiliki ketakutan untuk berpisah dengan orang terdekat dan harus bertemu dengan orang-orang baru. Jika anak menangis, hindari langsung menghampirinya, karena itu akan semakin membuatnya tergantung pada Anda. Selain itu, ia juga akan belajar, bahwa ketika dia menangis di sekolah maka Anda akan segera datang. Beri kesempatan guru untuk meredakan tangisnya.

KONSULTASI Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi, Psikolog Anak dan Remaja, Klinik Psikologi Rumah Hati, Jakarta

 



Artikel Rekomendasi