Saat Balita Bikin Malu

 

Tak hanya di Hari Raya, mengajak si kecil bersilaturahmi  memberinya kesempatan untuk mengenal tradisi saling berkunjung. Selain itu,  silaturahmi juga mengasah keterampilan sosial dan mengenalkannya pada tata-cara bertamu. Hanya saja di usianya yang masih diliputi rasa ingin tahu yang tinggi dan konsentrasi terbatas, kadang membuat balita berperilaku dan berkomentar yang “memalukan” bagi orang tua. Bagaimana mengantisipasinya?
 
Komentar buruk tentang bau rumah
Baru tiba di depan pintu rumah si kecil langsung mengernyitkan hidung sambil berkata “Ih, bau eek kucing…” sambil hidungnya mencari sumber bau.  

Solusi: Cobalah Anda hirup udara dalam-dalam untuk memastikan apakah penciuman anak benar atau tidak. Jika benar, katakan bahwa mungkin si kucing melakukannya sembunyi-sembunyi. Jika Anda tidak mencium apa pun,  katakan bahwa Anda sama sekali tidak mencium bau eek kucing. Lalu katakan pada anak, “Bunda tidak mencium bau itu kok. Coba kamu cium yang benar. Nggak bau kan?” Bisa jadi si kecil mengatakan itu karena melihat kucing berkeliaran atau sebelumnya ia pernah mendengar temannya mengatakan hal tersebut.

Mengomentari tamu lain
Saat sedang terjadi obrolan seru, si kecil dengan lantang berkata “Opa itu kalau ngomong ludahnya muncrat ya.”  

Solusi: Respon segera dengan mengatakan, “Bunda pun kalau sedang asyik ngobrol  ludahnya juga suka muncrat. Dan semua orang pernah melakukan hal yang sama. Tapi mereka tidak dengan sengaja melakukannya. Begitu juga Opa. Iya, kan, Opa?” Anak hanya mengatakan apa yang dilihatnya secara jujur. Ia mungkin merasa aneh karena jarang melihat kejadian seperti itu.

Memonopoli mainan
Awalnya, anak Anda dan anak si tuan rumah akur bermain bersama. Tapi ia mulai memonopoli mainan dan membuat anak dari si tuan rumah menangis.

Solusi: Dekati balita Anda dan katakan, “Bunda tahu kamu suka mainan itu. Tapi itu bukan milikmu. Pinjam baik-baik dan kalian harus bermain bersama.” Jika dia bersikukuh, katakan, “Kalau mainan kamu diambil orang lain, kamu pasti akan sedih kan? Begitu
juga dengan teman kamu ini. Ayo, kembalikan mainannya.”  Memposisikan dia sebagai korban, kadang-kadang bisa membuatnya lebih mudah mengikuti nasihat Anda. Di usia ini ego anak sedang berkembang, sehingga kecenderungan untuk menganggap semua barang adalah miliknya sangatlah besar.  

Menolak makanan
Ketika tuan rumah menawarkan kue misalnya, putri salju, anak pun langsung berkomentar, “Nggak mau kue itu, nggak  enak!”

Solusi: Bunda bisa segera ambil kue yang ditawarkan, memakannya sambil berbicara pada si kecil “Belum mencicipi, kok, sudah bilang nggak enak. Menurut Bunda, sih, enak. Tapi kamu memang tidak suka, kan? Atau kamu sedang kenyang?”  Ini untuk memberinya pengertian bahwa ada perbedaan antara tidak suka dan tidak enak. Kemungkinan anak mengatakan itu secara spontan karena ia sedang kenyang atau memang tidak suka makanan tersebut.

Tak mau mengucapkan salam
Anak bersembunyi di belakang Anda dan tidak mau mengucapkan salam.

Solusi: Jongkok sejajar dengannya dan katakan,  “Ayo, ucapkan salam. Om dan tante ingin sekali mendengar suara kamu, lho! ” Namun jika si kecil  bersikukuh tidak mau, jangan dipaksa. Tuan rumah akan mengerti. Katakan saja di depan si anak, “Om, Tante…(sebutkan nama si kecil Anda) ingin mengucapkan salam, tapi bukan sekarang.” Bisa jadi si kecil malu bicara di depan orang yang belum dikenalnya, sedang malas bicara atau mengantuk.

Menumpahkan makanan dan minuman
TIba-tiba anak menumpahkan makanan dan minuman dengan sengaja dan membuat lantai menjadi basah dan kotor.

Solusi: Segera ambil tisu untuk membersihkan tumpahan. Atau minta sapu dan pel jika memang perlu, dan ajak si kecil untuk membantu. Setelah itu, minta dia mengucapkan maaf kepada tuan rumah sambil Anda temani. Bisa jadi anak melakukan itu karena ia
sudah bosan dan ingin mencari perhatian Anda yang asyik mengobrol. Jika karena bosan, segeralah berpamitan.

Masuk kamar tanpa izin
Anda menemukan balita Anda  sedang asyik bermain di kamar tuan rumah.

Solusi: Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah meminta maaf kepada tuan rumah.  Ajak si kecil bicara dari depan  pintu kamar. “Nak, ini adalah kamar om dan tante, bukan kamarmu.  Kamar tidur juga bukan untuk bermain tapi untuk tidur. Yuk, main di luar kamar.”  Jika dia tetap menolak, katakan dengan tegas, “Bunda  tidak senang kamu masuk kamar orang lain tanpa permisi. Anak pintar selalu mengetuk dan permisi sebelum masuk ke kamar orang lain.” Minta izin pada tuan rumah untuk masuk kamar dan segera tuntun anak keluar. Si kecil melakukan hal itu bisa jadi karena Anda asyik mengobrol dan  tidak memperhatikannya. Atau karena dia memang ingin tahu apa yang ada di dalam kamar.

Menyentuh benda-benda
Melihat deretan pigura cantik dan vas berisi aneka warna bunga  membuat tangan si kecil gatal untuk menyentuh dan mengambilnya. Risikonya, benda itu bisa saja jatuh dan pecah.

Solusi: Respon segera dengan mengatakan, “Itu adalah benda koleksi om dan tante. Bagus-bagus, ya. Yuk kita tanya ke om dan tante, di mana barang-barang ini dibeli.”  Cara ini akan membuat perhatian anak beralih untuk mendengarkan cerita. Anak menyentuh dan mengambil benda-benda tersebut karena didorong rasa ingin tahunya yang besar.

Tidak menghabiskan makanan
Si kecil  mencicipi semua makanan, tapi hanya makan setengahnya.Dan sisa makanan pun ia letakkan saja di meja.

Solusi: Ajak si kecil untuk mengambil tisu dan membungkus semua sisa makanan tersebut. Anda bisa mengatakan, “Sisa makanan ini harus dibungkus agar tidak berceceran dan dirubung semut.” Beritahu dia konsekuensi jika makanan itu digeletakkan begitu saja (bahwa semut akan merubung). Anak ingin mencicipi seluruh makanan karena dia ingin tahu rasa dari setiap makanan yang dia lihat.

Melepas binatang peliharaan
Anak membuka sangkar burung dan senang melihat burung itu terbang bebas.

Solusi: Segera minta maaf pada tuan rumah. Jika harga burung cukup mahal Anda harus bertanggung jawab menggantinya. Jelaskan pada si kecil, “Burung itu adalah teman om dan tante. Makanya ia diberi rumah dan diberi makan. Om dan tante pasti sedih karena burung kesayangannya pergi. Sama sedihnya seperti kalau kamu kehilangan mainan kesayanganmu.”  Padanan ini akan membuat anak memahami perasaan akibat dari kehilangan. Bagi si kecil membuka sangkar burung bisa jadi adalah sebuah ‘prestasi’.

Baca juga
Siapkan Mental Balita Bersilaturahmi

 



Artikel Rekomendasi