Saat Kakek atau Nenek Sakit

 

Hidup bagaikan roda berputar, adakalahnya Anda diuji dengan penyakit yang menimpa salah satu anggota keluarga besar, misalnya orangtua  atau kakek- nenek anak.  Pada kondisi ketika pasien yang sakit dirawat di rumah, bagaimana membantu anak balita menghadapinya, terutama pada momen-momen yang “menantang”?

1. Balita sering mendengar kakek yang sakit, mengaduh dan menjerit-jerit menahan nyeri. Ia suka kaget dan dan ketakutan.  Bagaimana mengatasinya?
Cukup jelaskan dengan menunjuk secara kongkret di  tubuh bagian mana rasa sakit yang kakek rasakan,  misalnya di kepala atau di perut. Bisa juga dengan cara bermain menggunakan boneka. Sedangkan untuk menjelaskan seperti apa sakitnya,  Anda bisa membandingkan dengan rasa sakit yang pernah dialami anak, misalnya  ketika ia jatuh dari sepeda. “Sakit yang kakek rasakan sekarang, lebih sakit dibanding sewaktu kamu jatuh dari sepeda. Ibu juga bisa menangis kalau sakit seperti itu. Mudah-mudahan kakek tidak menjerit lagi kalau sudah minum obat.”

2. Anak melihat saya beberapa kali mengganti popok Nenek karena ia BAB  di celana. Ia terheran-heran.
Jelaskan saja secara umum,  bahwa sakit telah membuat Nenek menjadi lemah, tidak kuat bangun dari tempat tidur, sehingga kesulitan melakukan berbagai aktivitasnya sendiri. Untuk memperjelas, Anda bisa menjelaskan, apa yang dapat dilakukan Nenek, misalnya ia bisa minum dengan selang, tapi tidak bisa jalan ke kamar mandi untuk BAK atau BAB. Anda  dapat bermain peran, mencontohkan betapa lemah atau  sakitnya Nenek saat itu.

3. Kakek yang menderita kanker stadium akhir, hanya mau makan jika disuapi cucunya.  Tapi balita kadang-kadang menolak, apalagi kalau ia sedang bermain.
Anak usia 3-4 tahun yang sedang bermain,  tidak dapat dipaksa untuk  membantu keluarga yang sedang sakit, meski Kakeknya sekali pun. Tapi cobalah memintanya secara persuasif dengan menceritakan bahwa Kakek akan lekas sembuh dan bisa kembali bermain dengannya  kalau ia makan. Tegaskan padanya, “Dan Kakek itu senang sekali kalau disuapi oleh kamu. Karena Kakek senang kamu berada di dekatnya.  Nanti setelah main, bantu Ibu menyuapi Kakek, ya…”

4. Neneknya sedang sakit. Waktu saya tersita untuk memerhatikannya. Ia tampak cemburu.
Sambil memeluknya,  katakan bahwa Anda menyayanginya. Anda juga menyayangi Nenek. Namun karena Nenek sakit, ada beberapa hal yang akan berubah. Jelaskan secara kongkret apa saja yang akan berubah, misalnya, Anda tidak bisa lagi setiap hari menjemput anak di sekolah. “Kalau Ibu mengantar  Nenek ke dokter, Tante Irin atau Om Sindo yang akan menjemputmu.” Hal lain,  misalnya tentang jadwal mendongeng yang biasa dilakukan ayahnya sebelum tidur, juga akan digantikan sementara kalau ayah sedang menemani Nenek berobat. Penjelasan ini akan membuat anak siap memahami perubahan,  tapi tetap bisa menikmati rutinitas sehari-harinya yang akan membuatnya tenang. Namun Anda tetap perlu memberikan waktu untuknya. Misalnya, “Ibu akan tetap menemanimu sarapan dan  mengantarmu sekolah.”

5. Balita kaget dan menangis ketika melihat ayahnya yang sedang sakit batu ginjal, tiba-tiba BAK-nya berdarah.  
Pertama yang harus Anda lakukan adalah memeluk anak dan menenangkannya. Namun karena ia telanjur melihat langsung, sebisa mungkin dijelaskan secara medis, namun tidak terlalu rumit. Misalnya  dengan mengatakan, “Ada batu kecil di dalam  ginjal ayah yang musti dikeluarkan sewaktu ayah pipis. Ayah sedang minum obat dari dokter untuk mengeluarkan batu itu, jadi sekarang pipis ayah berdarah sedikit. Tapi ayah tidak kesakita, kok, cobakita tanyakan langsung pada ayah.  Pengalaman anak mengalami luka yang sedikit berdarah atau mimisa,n bisa dijadikan contoh bagaimana tubuh bisa mengeluarkan darah.

6. Setelah terkena serangan stroke, kakeknya tidak bisa lagi diajak ngobrol dan bermain oleh anak. Ia kelihatan sedih.
Anak tentu akan kehilangan saat-saat indah dengan kakeknya yang    sebelumnya bisa diajak  bermain, mengobrol, jalan-jalan  dan mendongeng untuknya. Sementara sekarang, ia  mendapatkan kakeknya yang berbeda. Jelaskan kepadanya bahwa Kakek memang tak bisa lagi diajak jalan-jalan atau bercerita, tapi ia tetap bisa menemaninya  bermain  di halaman sambil duduk di kursi. Itu pun terkadang perlu dibandu oleh suster. Lalu katakan,  “Meski kakek sulit bicara, ia akan senang kamu berada bersamanya.”

7. Setelah berbulan-bulan sakit, Nenek akhirnya meninggal. Saya bingung menjelaskannya kepada anak.
Yang pasti, Anda harus jujur mengatakan kepada anak bahwa Nenek telah meninggal. Artinya ia tidak akan bangun lagi, dan tidak akan bisa lagi bermain dengannya. Ini untuk menjelaskan kepadanya bahwa kematian itu permanen. Katakan  bahwa Anda juga kehilangan. Tapi Tuhan telah memilihkan jalan terbaik untuk Nenek. Jika Anda tidak jujur mengatakan tentang kematian, anak justeru akan stres menyaksikan ketegangan yang berlangsung di tengah keluarga, seperti suara tangis, orang yang terus berdatangan dan banyak di antaranya tidak ia kenal, ditambah suara dering telepon yang tidak pernah berhenti.

KONSULTASI  FITRIANI F. SYAHRUL  MSi. Psi, DIREKTUR LENTERA INSANI, CHILD DEVELOPMENT & EDUCATION CENTER, DEPOK

(IAH/ERN)

Baca Juga:

Balita Sayang Kakek-Nenek
Kakek Nenek yang Memanjakan
Tidak Kompak Dengan Kakek-Nenek

 



Artikel Rekomendasi