Si 1 Tahun: Teriak-Teriak

 

Secara otomatis, Anda menutup telinga ketika si 1 tahun mulai berteriak. Ketik Anda berkata, “Sttt..jangan teriak-teriak,” si kecil tanpa merasa bersalah malah menjawab keras, “Apa?” Melihat mimik mukanya yang lucu, Anda pun tertawa. Melihat Anda tertawa, si kecil tambah semangat meninggikan volume suaranya. Serba salah memang
 
Sesuai usia. Wajar jika anak kerap berteriak tanpa rasa bersalah. Anak-anak memang tidak dibekali kemampuan mengontrol volume suara, karena kemampuan itu dipelajarinya dari lingkungan. Apalagi jika teriakan si 1 tahun mendapat respon lingkungan. Anda atau si Mbak tergopoh-gopoh mendengarkan teriakannya. Tentu saja si kecil senang mendapat perhatian istimewa seperti ini.

Di sisi lain, anak-anak usia ini belum bisa mengekspresikan kekesalannya. Emosi mereka sangat tinggi dibarengi kemampuan mengontrol inpus yang rendah, membuat teriakan si 1 tahun menjadi salah satu cara mengekspresikan emosi sekaligus ajang mencari perhatian.

Tak berbalas. Memang tidak mudah menganjurkan si 1 tahun menurunkan volume suaranya. Walau begitu, ada beberapa cara yang dapat dicoba.
• Jangan balas teriakan dengan teriakan. Mulailah dari diri Anda untuk menurunkan volume suara. Tatap mata anak dan bicaralah dengan setengah berbisik. Si kecil yang penasaran ingin mendengarkan apa yang Anda katakan, biasanya terdiam dan mulai mendengarkan Anda
• Kecilkan volume TV, CD player, radio atau peralatan elektronik di sekitarnya. Siapa tahu si kecil teriak karena hendak mengatasi kebisingan sekeliling
• Ajarkan anak mengatur volume bicaranya. Biasakan ia menggunakan volume suara yang berbeda sesuai tempat. Misalnya volume suara di luar ruangan berbeda dengan di dalam ruangan
• Perhatikan pola saat ia berteriak. Apakah si kecil berteriak karena lelah, lapar atau sekedar mencari perhatian. Alihkan perhatiannya dengan melakukan hal lain yang menarik tanpa menghiraukan teriakannya
 

 



Artikel Rekomendasi