Si 2 Tahun: Sulit Mengikuti Arahan

 

Hidup tak selalu mudah bersama si dua tahun. Meskipun sesungguhnya di masa balita awal ini, si kecil telah dapat diajak berkomunikasi dengan bahasa verbal yang sederhana, namun ada saja ulahnya. Mendisiplin si dua tahun memang gampang-gampang susah, tetapi inilah masa yang tepat menanamkan disiplin, tanpa menghukum.
 
Hindari paksaan. Sudah sebuah kelaziman melihat anak-anak di usia ini senang menyerukan kata “tidak” dan sengaja menentang arahan dan nasihat orang tua atau pengasuhnya.
 “Nak, sebaiknya segera cuci tangan setelah bermain. Nanti lupa, tahu-tahu sudah mengambil kue,” seru seorang ibu dari si dua tahun. Bukan tak mendengar, namun si dua tahun seolah sengaja “tidak peduli”. Ini tak hanya terjadi untuk urusan kebersihan, melainkan juga untuk urusan mandi, makan dan lainnya. Tak jarang ini memaksa orang tua “menekan” si kecil dengan ancaman atau ultimatum.
 
Namun demikian, Jerry L. Wyckoff, Ph.D, psikolog perkembangan anak dari University of Kansas, tidak menyarankan orang tua melakukan pendekatan disiplin dengan menghukum si dua tahun. “Sesungguhnya apa yang dipelajari anak saat Anda memintanya membereskan main? Apakah ia belajar bagaimana mengambil mainan satu persatu untuk disusun? Atau ia belajar mengikuti arahan? Ternyata tidak keduanya!,” tegas Wyckoff. 
 
Menurut Wyckoff, strategi disiplin yang dipelajari dan ditangkap si dua tahun paling berkaitan dengan dua hal: kemampuan melakukan sesuatu dan motivasi.
 
Buatlah menyenangkan. Anda harus memahami bahwa kesenangan utama si dua tahun adalah mengeksplorasi dunia dengan segala kemampuan yang dimilikinya: bergerak, mengamati dan menangkap dengan pancaindera serta mencoba segala hal baru. Untuk itu, manfaatkan minatnya ini untuk mendisiplin si dua tahun.
 
Misalnya, Anda ingin ia membereskan mainan setelah menggunakannya, doronglah ia mengikuti arahan Anda dengan mengajaknya menghampiri Anda. “Lalu peluklah ia, dan katakan dengan hangat arahan berikutnya, yaitu memungutnya dan mengoper kepada Anda untuk Anda bantu meletakkannya di rak yang tak dapat dijangkaunya,” saran Wyckoff.
 
Menurutnya, dengan cara ini, Anda mengajarkan ketrampilan membereskan mainan, yaitu dengan melakukannya satu persatu dan saling bantu dengan Anda. Yang kedua, adalah motivasi, tepatnya untuk menyelesaikan tugas hingga tuntas.
 
Anda dapat memikirkan cara menyenangkan lain untuk tugas lain, melalui cara yang menyisipkan permainan atau kegiatan yang menyenangkan. Awalnya tentu tak mudah, baik bagi Anda apalagi si kecil. Namun dengan upaya sungguh-sungguh dari Anda untuk membuat pendekatan yang menyenangkan, mendisiplin bukan lagi menjadi sesuatu yang menegangkan. Bahkan si kecil bisa jadi akan selalu mengedepankan aturan dan disiplin diri dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

 

 



Artikel Rekomendasi