Sindroma Raja dan Ratu Pada Anak

 

“Papaaa...bawain tasku! Bundaaaa...aku mau itu sekarang!" Pernahkah kalimat itu terucap dari bibir Balita Anda? Ia bahkan kerap berperilaku layaknya raja dan ratu cilik yang kerap dituruti keinginannya dan dilayani sepanjang hari. Padahal, memasuki usia 3 hingga 4 tahun, balita diharapkan mulai terampil mengurus diri sendiri. Untuk itu Anda perlu mengetahui dan mengenali tanda-tanda Sindroma Raja dan Ratu pada anak.

1. Anak kerap menganggap dirinya princess dan ingin diperlakukan layaknya putri raja.
2. Ia tidak berlaku sopan dan memperlakukan orang-orang di sekelilingnya seperti dayang-dayang yang harus siap memenuhi keinginan dan kebutuhannya kapanpun.
3. Anak tidak memiliki teman karena selalu ingin menjadi pusat perhatian dan enggan berbagi.
4. Selalu melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukannya sendiri.
5. Selalu menolak jika diminta membereskan mainan dan tempat tidur sendiri, hingga makan sendiri.

Berikut adalah penyebab yang dapat memicu munculnya perilaku tersebut:

1. Merasa bersalah. Biasanya terjadi pada kedua orangtua yang bekerja. Orangtua merasa waktu berkualitas yang dihabiskan bersama anak sangat kurang, sehingga membuat waktu yang tersisa menjadikan orangtua melakukan segala cara untuk membuat si anak senang, termasuk menuruti segala keinginannya.

2. Tidak konsisten. Sekali Anda sudah menetapkan peraturan, Anda harus mampu tegas dengan peraturan yang dibuat. Misalnya, anak hanya boleh membeli mainan sebulan sekali. Biasakan tidak menuruti membelikannya mainan setiap kali Anda dan dirinya melewati toko mainan. Kuatkan hati Anda, ajak ia bicara bahwa ada saat tertentu ia boleh membeli mainan.

3. Tak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan anak. Memang sulit bisa membedakan dua hal ini, meskipun begitu manfaatkan waktu ini untuk mengajarkannya mengenal antara keinginan dan kebutuhan. Setiap kali ia minta dibelikan sesuatu, tanyakan untuk apa fungsinya dan mengapa ia sangat ingin membelinya. Jelaskan padanya bahwa tidak semua yang diinginkan harus dibeli. Dengan begitu, ia lama-lama akan terbiasa untuk tidak konsumtif.

4. Terbiasa dibantu dan dilayani. Kebiasaan ini malah justru menjerumuskannya menjadi anak manja. Ketika anak ingin melakukan sesuatu sendiri, berilah ia kesempatan melakukannya dan jangan buru-buru membantunya saat ia terlalu lama melakukannya. Memang hasilnya kadang tidak sempurna dan membutuhkan waktu, tapi inilah yang mengajarkannya menjadi anak yang disiplin. Tunggu sampai ia membutuhkan bantuan Anda.

5. Pelimpahan kasih sayang. Hati-hati dengan yang satu ini. Kadang, orangtua melimpahi buah hatinya dengan membelikannya benda-benda yang tidak bisa dimiliki semasa kecil, hanya karena tidak ingin si anak merasakan hal serupa. Namun terlalu banyak melimpahi kasih sayang dapat membuatnya tidak puas. Dia akan selalu menginginkan benda baru karena tahu bisa mendapatkannya dengan mudah dan tidak menghargai benda yang sudah dimilikinya.

6. Paparan televisi. Tanpa sadar, banyak perilaku negatif yang tertular lewat tayangan televisi. Inilah mengapa Anda perlu mendamping anak saat menonton televisi, tanyangan kartun sekalipun. Karena dirinya peniru yang ulung, tidak menutup kemungkinan apa yang dilihatnya di TV akan ditirunya juga dalam kehidupan nyata.

7. Menyontoh gaya hidup selebriti. Secara tak sadar, malah Anda yang tertular gaya hidup selebriti memanjakan anak karena mungkin terlihat keren. Merayakan ulang tahun anak di hotel berbintang, membanjirinya dengan baju-baju bermerk dan serba mewah. Mungkin saat ini Anda sanggup memfasilitas balita seperti itu, tapi mana tahu, di masa depan, ketika keinginannya tidak lagi bisa terpenuhi karena faktor keuangan, bisa jadi ia akan melakukan segala cara untuk memenuhinya, termasuk mencuri atau korupsi.

Menunjukkan rasa sayang kepada anak bukanlah hal yang salah, namun memberikan kasih sayang yang berlebihan dengan selalu memanjakan anak konon berdampak negatif baginya kelak.

Ini dia beberapa dampaknya:

1. Munculnya gangguan pada rasa percaya diri anak, yang bisa terbawa sampai usia dewasa.

2. Si kecil akan tumbuh menjadi anak yang mudah tersinggung, sulit memaafkan  dan sulit bekerja sama.

3. Anak akan sulit untuk menghadapi berbagai tekanan dari sekeklilingnya karena ia tumbuh menjadi pribadi yang rapuh dan tidak tahan banting.

4. Anak yang manja akan selalu bersikap ragu-ragu dan cemas jika berhadapan dengan kondisi atau lingkungan baru.

5. Anak akan selalu tergantung kepada bantuan orang lain.

6. Anak tidak akan memiliki rasa disiplin dan tidak menghargai waktu.

7. Anak akan terdorong menjadi pribadi yang bertindak semaunya, tidak memiliki sikap hormat dan empati kepada orang lain.

8. Anak akan menjadi pribadi yang lebih suka menempuh cara-cara pintas, instan, serba cepat dan praktis tanpa menghargai pentingnya proses dalam meraih suatu hal.

9. Anak akan selalu mencari-cari perhatian (caper) kepada orang lain, agar ia tetap[ menjadi pusat perhatian.

KONSULTASI FIKHA RADHIITA, Psi., Psikolog Sosial dari Universitas Padjajaran, Bandung

 



Artikel Rekomendasi