Sopan Berawal dari Rumah

 

Anak-anak yang tingkah lakunya sopan merupakan pemandangan indah bagi orangtua. Sayangnya, apa yang tampak belakangan ini justru seringkali sebaliknya. Banyak anak yang biasa berbicara kasar pada orang yang lebih tua. Kata-kata seperti “maaf”, “tolong”, “permisi”, dan “terima kasih” pun kini langka keluar dari mulut seorang anak. Berdasarkan hasil sebuah survei terhadap 100 responden yang terdiri dari para kakek dan nenek, anak-anak zaman sekarang jarang bilang “permisi” ketika meninggalkan meja makan serta enggan menatap mata lawan bicaranya.
 
Menurut pakar etiket ternama dari Amerika, Emily Post, "Kesopanan adalah salah satu elemen penunjang kesuksesan seseorang". Kelak, anak yang santun akan lebih mudah bersosialisasi dan beradaptasi dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Jadi, bukan semata-mata mendidik balita menjadi juara kelas, orangtua juga perlu mendidik sang buah hati supaya lebih menghargai tata krama. Bagaimana caranya?

Cinta dan penghargaan.
Pelajaran sopan santun sudah bisa dimulai sejak anak lahir. Pasalnya, inti dari sopan santun sebenarnya adalah awareness (kesadaran) terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. “Untuk memiliki kesadaran tersebut, seseorang perlu memiliki sensitivitas yang bisa mulai dibentuk sejak kecil. Caranya adalah dengan menciptakan suasana penuh cinta dan penghargaan sedari dia kecil. Jika sudah terbiasa dicintai dan dihargai, kemungkinan anak akan lebih mudah memberikan hal yang sama kepada orang lain,” kata Post.

Ajari “Magic Words.”
“Sikap sopan wajib menjadi bagian dari keseharian,” kata Robin Thompson, pemilik sekolah etiket Robin Thomson Charm School di Illinois, Amerika. Karenanya, Robin menganjurkan orangtua memperkenalkan kata-kata “ajaib” yang bisa digunakan sehari-hari seperti “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih” sejak anak masih balita. Ajari anak bilang “maaf” ketika menyinggung orang lain, “tolong” ketika meminta sesuatu, serta “terima kasih” ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Awalnya, anak memang belum begitu paham makna di balik pemakaian kata-kata tersebut. Tetapi, pemahamannya akan meningkat seiring pertambahan usia dan pengalamannya.

Berperilaku sopan.
Menyapa serta memberi salam merupakan adab kesopanan standar yang perlu dikuasai anak-anak. Keterampilan dasar ini penting dikuasai untuk mendukung kemampuannya bersosialisasi kelak. Selain cara menyapa yang dilakukan secara langsung, ajari pula balita Anda cara menyapa orang lain melalui telepon. Menginjak usia tiga tahun, kemungkinan anak-anak akan mulai tertarik berperan sebagai “petugas pengangkat telpon” di rumah. Sambil mengakomodasi minat barunya tersebut, Anda bisa sekaligus melatih keterampilan bersosialisasinya, bukan?

Kenalkan budaya mengantre.
Budaya mengantre perlu diketahui anak sejak dia mulai berinteraksi dengan orang lain. Contoh praktik budaya mengantre yang pertama-tama digunakannya adalah mengantre menggunakan mainan. Ajak dia menemani Anda mengantre di kasir minimarket, mengantre tiket busway, dan lain-lain. Jika sudah terbiasa melihat Anda melakukannya, akan lebih mudah baginya untuk menerapkan sendiri budaya mengantre di kemudian hari.

Belajar berbagi.
Alih-alih menanamkan bahwa berbagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan, asahlah empati anak dengan mengatakan bahwa berbagi adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Demikian menurut Harvey Karp, MD, penulis buku The Happiest Toddler on the Block. Sama seperti budaya mengantre, pelajaran berbagi juga paling efektif diajarkan melalui contoh. Misalnya, Anda punya seloyang pizza dan membaginya pada seluruh keluarga. Tunjukkan kepada anak bahwa ketika Anda memberinya pizza, dia akan merasa senang. Sama seperti ketika dia membagi sesuatu kepada orang lain.

 



Artikel Rekomendasi