Trik Hadapi Anak Mengamuk

 

Jika tak dapat lagi mengendalikan diri karena perilaku anak yang tak menyenangkan di depan umum, apa yang sebaiknya Anda lakukan?

"Mau diam apa tidak? Mama bilang tidak ya tidak!", pekik Anda pada anak yang mengamuk siang itu di toko mainan di sebuah mal. Kemarahan Anda mencuat ketika anak memaksa minta dibelikan Barbie, dan tak dapat dibujuk. Semua mata memandang ke arah Anda berdua. Bukannya berhenti menangis, anak malah menambah amukannya dengan tendangan ke segala penjuru.

Saat anak mengamuk. Marah bisa jadi emosi tersulit yang harus diatasi orang tua. Apalagi bila banyak tuntutan pada diri Anda, sehingga Anda rentan terhadap stres. Ada satu saja pemicu, misalnya anak mengamuk, Anda bisa marah besar.

Menurut Warren Umansky, Ph.D , Child Development Specialist mengungkapkan, anak lebih sering mengamuk di tempat umum. Anak tahu, kalau ia mengamuk di muka umum, keinginannya semakin mudah terkabul. Mengapa? Karena orang tua malu saat menjadi perhatian orang lain.

Temper tantrum (mengamuk) sebenarnya sesuatu yang normal dilakukan anak usia dua-tiga tahun. Demikian pendapat Mark Roberts, Ph.D ., profesor psikologi klinis di Idaho State University, Amerika Serikat. Menurut Roberts, mengamuk identik dengan menangis pada bayi. Ini adalah cara mereka berkomunikasi, karena mereka belum mampu mengungkapkan pikiran dan harapan mereka.

Ketika anak mengamuk di depan umum, ada dua masalah dihadapi orang tua. Pertama, orang tua kesal karena anak mengamuk agar kemauannya dituruti. Kedua, orang tua merasa malu, karena menjadi perhatian orang lain karena dianggap tak dapat mengontrol anak. Ini membuat orang tua terkadang tidak dapat mengendalikan diri sehingga marahlah yang muncul.

Umansky mengingatkan, ketika anak mengamuk, orang tua tidak perlu marah. Karena, hal ini dapat memberikan efek negatif pada anak. Anak bisa saja merasa malu dan marah, sehingga ia menangis lebih keras lagi.

Konsekuensi disiplin? Sebenarnya, kemarahan orang tua pantas dilakukan dalam situasi pendisiplinan anak. Namun, Anda tetap perlu mengontrol kemarahan Anda. Karena, saat Anda marah, anak tidak mendapatkan alasan secara detail, apa yang membuat orang tuanya marah.

Di usianya kini, anak tengah belajar nilai-nilai dan perilaku yang benar. Sampai perilaku dan nilai ini terinternalisasi, wajar jika anak harus berkali-kali diingatkan. Anak pun tak jarang seperti menguji kekuatan Anda dalam menerapkan batasan. Misalnya, ia tetap makan sambil jalan dan berlarian, walaupun Anda telah melarangnya.

Namun, cerita jadi lain jika anak menguji kita ketika ada di depan orang lain. Misalnya, saat ia merusak kue ulang tahun temannya di depan anak-anak lain dan teman-teman Anda! Rasa malu, karena berpikir bahwa pasti orang tua lain menganggap Anda tak dapat mendidik dengan baik membuat, Anda tak mampu menahan marah.

Tanpa Anda sadari, reaksi Anda ini bisa membuat anak marah dan malu. Anak, yang memang senang bereksplorasi, merasa malu karena eksplorasinya kali ini mendapat tatapan tajam dan teriakan banyak orang (saat mencoba menyentuh kue ulang tahun yang demikian cantiknya). Kemarahan Anda, yang terkadang didasari rasa malu, juga membuat anak bingung: Sebenarnya mengapa Mama atau Papa saya marah? Jika saya melakukan hal yang sama tapi di rumah, orang tua saya tidak marah

Kapan harus marah? Jika marah bukan reaksi yang tepat untuk menghadapi perilaku salah anak, apa Anda harus mendiamkannya? Tidak juga. Tapi sebelum marah, coba periksa diri Anda. Benarkan Anda harus marah? Anda memang harus menginteropeksi diri. Introspeksi penting agar saat bertemu situasi yang sama, Anda tahu apakah perlu marah atau tidak.

 



Artikel Rekomendasi