Wajar Anak Suka Pamer

 

Bisa jadi Anda khawatir ketika anak memamerkan barang atau keahlian barunya, dibumbui cerita rekaannya. Ia sesungguhnya tengah belajar memahami diri sendiri.

"Aku punya sepuluh boneka. Kamu punya tidak?," ujar Olli seolah hendak pamer. Kalau aku punya boneka dan rumahnya. "Besar sekali," Pipi menjawab, juga dengan pamer. "Aku sudah bisa menyelam, lho". "Bukan cuma berenang," timpal Voni tak mau kalah.

Sekilas terdengar lucu dan biasa saja anak-anak saling bercerita demikian. Tetapi beberapa orang tua khawatir menyimak obrolan seperti ini. Kok, seolah saling berlomba menyombongkan diri dan memamerkan benda yang dimiliki.

Cerdas diri. Cerita Olli dan Pipi bisa jadi benar. Namun, jangan terlalu terkejut dengan kisah rekaan mereka jika ternyata tidak benar. Tak perlu resah dan takut anak tumbuh jadi pembohong dan sosok yang suka pamer.

Di usia sekitar lima tahun, anak-anak umumnya sedang belajar tentang diri mereka. Kecerdasan intrapersonal atau kemampuan mengenal diri sendiri memang membutuhkan beberapa latihan. Terkadang kisah pengalaman mereka digunakan sebagai alat uji coba.

Melemparkan ujaran yang berkenaan dengan apa yang mereka miliki atau keterampilan yang mereka kuasai biasanya menimbulkan reaksi teman seusia, bahkan orang dewasa. Dari komentar atau sikap yang merupakan respons, anak belajar memahami diri, seolah belajar dari bayangan cermin.

Anak seolah dipaksa mereka-reka cerita mengenai apa yang mereka alami atau miliki. Bisa jadi pula mereka kadang-kadang berbohong terhadap apa yang tidak mereka miliki. Bagi anak-anak usia ini, penting membanggakan cerita karangan tersebut. "Dengan cara ini mereka berusaha mengenal diri sendiri," jelas Gabriele Haug-Schnabel, ahli perilaku, konsultan dan peneliti dari Kandern, Jerman.

Kesempatan berdialog. Tak perlu panik melihat kehandalan anak mengarang cerita atau sekadar pamer. Untuk menghindarkan berkembangnya kebiasaan berbohong atau mengarang cerita, Anda perlu menanamkan terlebih dulu bahwa berbohong bukan perbuatan terpuji. Namun hati-hati, jangan sampai cara Anda memberitahu justru menciptakan jarak, atau membuatnya menghindari Anda. Kemukakanlah nilai kejujuran yang hendak Anda sampaikan dengan menyisipkannya saat berkomunikasi dalam suasana menyenangkan. Misalnya, Anda dapat mencari buku cerita bergambar yang memuat nilai kejujuran.

Anda perlu juga sekali-sekali memberitahu anak untuk tidak berpura-pura memiliki sesuatu atau memamerkan pada orang lain ia memiliki sesuatu yang belum tentu dimiliki anak lain. Kepekaan sosial perlu Anda perkenalkan dan tanamkan seawal mungkin.

Dalam kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang sangat heterogen, sikap suka pamer atau menyombongkan diri kurang menguntungkan. Anda perlu menekankan agar anak membawakan diri apa adanya. Konsep diri yang baik membentuk kepribadian yang positif. Artinya, anak tak perlu mereka-reka cerita atau menyombongkan diri untuk dinilai hebat oleh orang lain.

Biarkan ia mengembangkan imajinasi dengan menyalurkannya secara tepat. Yakinkan anak bahwa Anda bangga padanya kalau ia bersikap jujur dan pandai membawa diri.

 



Artikel Rekomendasi