Berkenalan dengan Pneumonia

 

Batuk, pilek, demam, sampai sesak nafas mulanya terlihat penyakit yang biasa menimpa balita. Namun, jangan sepelekan bila ini terus berlanjut bahkan semakin diperparah dengan gejala lain. Segera konsultasikan ke dokter berbekal informasi tentang Pneumonia ini.  

TANYA (T): Anak saya batuk, demam dan sesak nafas, apakah ada kemungkinan ia terkena pneumonia?

JAWAB (J): Bisa jadi. Batuk dan demam adalah dua gejala utama awal timbulnya pneumonia. Gejala lainnya antara lain lemas, muntah, diare, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot dan sesak nafas. Pneumonia dapat menyerang kapanpun, seringkali diawali sakit flu atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas. Jika Anda ragu-ragu, segera konsultasikan kepada dokter. Beberapa kasus pneumonia ada yang ringan, namun bisa berubah menjadi serius.



T: Ada berapa macam jenis pneumonia?
.
J: Pneumonia adalah bagian dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang awalnya dimulai dari bagian atas (tenggorok) lalu menjalar sampai ke paru-paru yang bisa disebabkan oleh berbagai organisme. Bayi kemungkinan bisa terkena bakteri streptococcus hemolyticus dari jalan lahir saat ia lahir yang bisa menyebabkan pneumonia. Sedangkan pada bayi yang usianya lebih besar dan balita, pneumonia diakibatkan bakteri dan infeksi virus.

Berdasarkan penyebabnya, pneumonia dibagi menjadi 2, yaitu:
- Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala yang tiba-tiba, seperti demam tinggi, nafas tersengal-sengal, batuk, muntah dan diare. Gejala lainnya adalah tidak nafsu makan, lemah dan terlihat sangat lunglai. Anak mungkin mengalami masalah pernafasan, denyut nadi lebih cepat, kuku dan bibir tampak kebiruan. Gejala yang jarang muncul adalah sakit pada perut dan leher kaku. Selain streptococcus, bakteri staphylococcus aureus dan mycoplasma juga merupakan penyebab pnemonia jenis ini.
- Pneumonia yang disebabkan oleh virus diawali dari gejala selesma atau flu, kemudian pelan tapi pasti gejala memburuk. Anak-anak akan mengalami demam lebih dari 38,5°C disertai batuk yang semakin memburuk, nafas yang berbunyi dan cepat, lemah, muntah atau diare. Virus yang menyerang biasanya respiratory syncytial virus (RSV), influenza (virus flu), parainfluenza virus, adenovirus dan rhinovirus.



T: Bagaimana cara mendiagnosa pneumonia?

J: Awalnya dokter akan memantau frekuensi napas anak dan mendengar suara paru-parunya lewat stetoskop. Jika dokter menduga si kecil terkena pneumonia, ia akan memperkuat diagnosa dengan melakukan x-ray (Rontgen) pada bagian dada, tes darah dan tes cairan dari hidung.



T: Bagaimana cara penangannya?

J: Untuk pneumonia yang disebabkan bakteri, dokter akan meresepkan obat berupa antibiotik dan boleh diberikan cool mist humidifier. Namun, pneumonia yang disebabkan virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Sehingga penangannya adalah dengan cara istirahat yang cukup dan konsumsi banyak cairan. Cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi, demam dan nafas tersengal-sengal yang sering timbul akibat komplikasi pneumonia. Jika ia gelisah dan merasa tidak nyaman, Anda dapat memberikannya acetaminophen (parasetamol) atau ibuprofen untuk anak usia di atas 6 bulan. Jika si kecil perlu dirawat di rumah sakit akibat pnemonia karena bakteri, ia akan diberikan cairan dan antibiotik melalui infus. Perawat juga akan memberikan cairan lewat hidung secara regular dan mengawasi tingkat oksigen dalam darah melalu oximeter. Untuk membantunya bernafas, si kecil juga diberikan oksigen, melalui selang hidung atau masker. Kebanyakan kasus pneumonia akan sembuh dalam waktu satu minggu, namun batuknya bisa menetap hingga berminggu-minggu.



T: Apa yang harus dilakukan agar anak terhindar dari pneumonia?

J: Lengkapi imunisasinya sesuai jenis imunisasi dan jadwal yang
direkomendasi oleh dokter. DPT, Hib, MMR, vaksin influensa, cacar air dan vaksin pneumococcus dapat membantu mencegah pneumonia. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan. Cucilah tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran kuman. Dan jangan biarkan si kecil berbagi gelas, piring atau sendok dengan orang lain, terutama orang yang sudah terjangkit pnemonia. Dalam menjaga lingkungan, Anda juga perlu memperhatikan hal kecil seperti teratur membersihkan tempat-tempat yang sering disentuh tangan, seperti telepon, mainan, gagang pintu, dan gagang pintu kulkas. Bebaskan juga rumah Anda dari asap rokok. Jika pasangan Anda merokok, mintalah ia merokok di luar, begitupun dengan tamu Anda dan mintalah pasangan untuk berhenti merokok. Kalau perlu ajak ia terapi ke dokter. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok lebih sering sakit dan lebih berisiko terkena pneumonia, infeksi saluran pernafasan akut, asma dan infeksi telinga. Bila ada anggota keluarga yang terkena selesma atau flu dengan gejala batuk-pilek, gunakan masker untuk mencegah si buah hati tertular.



Sekilas Pneumonia:

Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain, seperti AIDS, malaria dan campak. Dari 9 juta kematian balita di dunia, lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, atau sama dengan 4 balita meninggal setiap menitnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan sebanyak 25,5% anak mengalami ISPA dan penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang sering terjadi pada anak. Sedangkan pada bayi yang terkena pnemonia sebanyak 2.2% dan pada balita sebanyak 3%.

KONSULTASI : DR. NASTITI KASWANDANI, SpA(K), staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, JAKARTA

 



Artikel Rekomendasi

post4

Gigi Anak Tak Kunjung Tumbuh

Pertumbuhan gigi anak saya (1 tahun) lambat sekali, bahkan belum punya satu gigi pun. Adakah obat atau vitamin yang dapat mempercepat pertumbuhan gigi?... read more