Melatih Balita Berkelompok

 

Bermain berkelompok, melatih ketrampilan bersosialisasi dan lebih seru! Agar terbiasa dan nyaman, kenalkan dan latih balita melakukan kegiatan berkelompok. Caranya bisa contek tip berikut ini.

Latih anak mandiri. Ini untuk mengatasi anak enggan main berkelompok karena ia merasa belum mandiri -ia tidak percaya diri lepas dari samping Anda. Cara melatihnya, jangan selalu membantu anak melakukan tugas-tugas. Anak usia 3-4 tahun sejatinya sudah bisa pakai sepatu, ambil minum, makan, atau buang air kecil sendiri. Bila anak sudah mandiri melakukan kegiatan-kegiatan sederhana, tingkatkan kesulitan tugas, misalnya, dengan mengerjakan hasta karya sendiri, atau mengayuh sepeda roda tiga tanpa bantuan. Ketika dia mahir melakukan sesuatu sendiri, rasa percaya dirinya tumbuh. Ia pun jadi lebih siap lepas dari pelukan Anda dan bergabung bersama teman-temannya.

Sering ajak anak bermain dan ngobrol. Ikut dan banyaklah terlibat dalam kehidupan balita. Sering mengajak bermain dan mengobrol, besar artinya bagi anak-anak yang merasa insecure atau tidak nyaman. Ketidaknyamanan umumnya berdampak pada ketidaknyamanannya saat bersosialisasi dengan teman sebaya. Kemampuan anak merespon pertanyaan Anda, sudah cukup menjadi bekal baginya untuk berbicara dengan teman-temannya. Dari sini, balita juga belajar bagaimana mengajak bicara atau menyapa orang lain.

Latihan bertemu orang lain. Beberapa anak berani bermain dengan teman, hanya ketika orangtuanya ada di dekatnya. Tetapi bila orangtuanya menghilang dari pandangan, dia langsung menarik diri dan memilih ikut orangtua! Padahal, di kelompok bermain atau pra sekolah, anak harus berhadapan dengan teman-temannya, tanpa kehadiran Bunda.    Coba latih dengan mengajaknya bertemu orang lain, tanpa kehadiran Anda, misalnya dengan menitipkan anak pada oom-tante atau tetangga yang punya anak kecil, selama 1-2 jam. Pilihlah sosok yang sudah cukup dekat dengan anak. Dengan cara ini, anak belajar lepas dari Anda, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lingkungan baru.

Ajarkan permainan kerja sama. Setelah mengenalkan dan membiasakan anak pada kehidupan berkelompok dengan orang baru, ajaklah dia belajar cara bermain berkelompok. Yang terpenting dalam bermain kelompok adalah kerja sama dan saling membantu. Ajak ia ilmu team work, lewat permainan yang membutuhkan kerja sama, misalnya bermain lego atau balok. Permainan lego mengajarkan anak berdiskusi untuk merencanakan bangunan apa yang akan dibangun, bagaimana cara membangunnya dan berbagi pekerjaan. Untuk tahap pertama, hadirkan teman yang sudah akrab dengan anak.

Tingkatkan potensi bermain berkelompok. Ketika anak sudah pandai memainkan beberapa permainan beregu, tentu ia percaya diri bila harus "terjun" dengan kelompok bermain yang berbeda.  Ini sama seperti orang dewasa, ketika kita sudah mahir dalam suatu bidang, kita tidak gentar bertemu orang-orang yang juga menguasai bidang tersebut, bukan? Tingkatkan potensi anak dalam permainan kelompok! Semakin banyak jenis permainan beregu yang dikuasainya,  semakin percaya diri dia memainkan permainan itu dengan siapa pun. Apalagi bila Anda memberinya mantera ajaib “Bermain Ular Naga, aku bisa!" atau "Bermain sepakbola, aku jagoannya!".

Beri waktu mengamati. Bila cara-cara di atas sudah Anda tempuh, namun anak tetap surut ke belakang saat bertemu teman-temannya, jangan patah hati, Bunda. Jangan juga memaksa anak harus bergabung.  Beri dia kesempatan untuk mengobservasi atau memantau dulu apa yang ada di depannya. Itu karena, anak mungkin perlu mengenali ekpresi anak-anak lain saat mereka bermain. Dan, dalam hal ini, setiap anak memiliki proses berbeda ketika mengenali lingkungan. Setiba di rumah, coba ajak dia mengobrol tentang apa yang dilihatnya barusan. Harapannya, menanamkan semangat pada anak agar besok mau ikut bermain dengan teman-temannya.

Minta anak lain mengajak terlebih dulu. Cara cerdik lainnya adalah, minta tolong salah satu teman anak untuk datang menghampiri si kecil, dan mengajaknya bergabung dengan kelompok bermain. Cara ini biaasnya sukses meluluhkan hati anak untuk bermain bersama, lho!  Itu karena, ketika diajak teman sebaya, anak merasa ia diharapkan dan dianggap ada oleh teman-temannya. (me)

Baca juga:
Balita Enggan Berkelompok
5 Permainan Kelompok, Seru!






 



Artikel Rekomendasi