Mengajarkan Balita Toleransi

 

Foto: 123rf


Polah anak memang penuh kejutan, terutama balita yang penuh rasa ingin tahu. Tak perlu speechless lagi saat anak melontarkan pertanyaan bernada SARA (suku, agama, ras, antargolongan) seperti "Kok kulitnya dia hitam Bu?" Inilah kiat untuk mendukung anak belajar bertoleransi.

1. Kunjungi beberapa rumah ibadah
Tekankan bahwa dia harus sopan, tenang dan tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lain karena vihara, masjid, gereja, pura, kelenteng, atau candi adalah tempat beribadah, tempat berkumpul umat agama melakukan kegiatan berdoa pada Yang Maha Kuasa. Anda juga bisa menggunakan gambar atau memperlihatkan film tentang tempat-tempat ibadah. Jelaskan bahwa siapa saja harus sopan ketika berada di tempat-tempat itu meski hanya untuk berkunjung.

2. Cara berdoa setiap agama berbeda
Umat Islam menyebut Tuhan sebagai Allah. Melakukan salat 5 kali sehari. Perempuan mengunakan mukena, pria memakai celana panjang atau sarung, serta jika ingin bisa memakai peci. Salat di atas sajadah menghadap kiblat. Umat Kristen menyebut Tuhan sebagai Allah. Berdoa dengan sujud, melipat tangan dan tunduk kepala. Umat Hindhu menyebut sang pencipta sebagai Sang Hyang Widhi Wasa. Berdoa dengan cara sembah sambil membawa sesaji berupa bunga dan dupa. Umat Buddha melakukan meditasi. Umat Kong Hu Chu melakukan pemujaan kepada pembawa ajarannya.

3. Jadi sosok toleran
Mulai usia 4 tahun, anak umumnya mulai tertarik pada sosok Tuhan. Selain menjelaskan tentang Tuhan, tanamkan sikap toleransi.

Caranya:
- Tunjukkan persamaan ajaran semua agama, yaitu cinta sesama dan berbuat baik. Misalnya tidak menyakiti teman, tidak menyiksa binatang, dan merusak tanaman.
- Jelaskan pada anak, semua agama penting untuk mencegah kita dari bebuat jahat.
- Tuhan sayang semua anak yang hidup rukun. Memukul, berkelahi dan mengata-ngatai teman adalah perbuatan buruk yang tidak disukai Tuhan.
- Beri contoh nyata dari orang tua yang tidak menilai sikap buruk tetangga dari agama atau sukunya. Hindari mengatakan, misalnya “Dia itu jahat soalnya dia kan...."
- Tidak mengganggu orang yang sedang berdoa. Karenanya di tempat ibadah masing-masing anak tidak ribut supaya tidak mengganggu yang sedang khusyuk beribadah.
- Gunakan surat kabar atau berita TV tentang kejahatan, seperti penyerangan dan perusakan untuk menjelaskan bahwa tindakan itu artinya berbuat jahat. Semua agama melarang.


Baca juga:
Perbedaan Perkaya Wawasan Anak
Penting, Balita Punya Banyak Teman



 

 



Artikel Rekomendasi