10 Stimulasi Untuk Otak Bayi

 



Menurut Dr Soedjatmiko, SpA (K), MSI, perkembangan struktur anatomi dan fungsi otak yang pesat pada janin dan bayi (the golden period) dimulai saat ibu mengandung di kehamilan trimester tiga sampai usia anak tiga tahun. Dan, faktanya, tak hanya asupan makanan yang berpengaruh pada tumbuh kembang otaknya, namun juga dari aktivitas-aktivitas tertentu otak bayi pun dapat terstimulasi.





Berikut 10 stimulasi yang dipercaya membantu tumbuh kembang otak malaikat kecil Anda:


1.Kontak mata
Menurut Annelia Sari Sani, S.Psi, sel-sel otak akan  terkoneksi lewat attachment, terutama kontak mata. Lewat saling menatap, tercipta koneksi emosi kuat  yang membuat bayi merasa dicintai dan merasa dirinya berharga. Dr Jean Clinton, psikolog anak senior dari McMaster University di Hamilton, Ontario, Kanada mengatakan kontak mata adalah koneksi sederhana, namun terunggul. Bahkan Ipad terkini atau alat bantu flash card, tak bisa mengalahkan kedahsyatan fungsinya terhadap tumbuh kembang otak anak. Selain itu kontak mata juga merupakan jembatan pertama bayi Anda belajar akan fitur wajah dan pemahaman sederhana ekspresi.

2.Bermain
Satu hal yang perlu diingat oleh orangtua adalah menyesuaikan jenis stimulasi dengan kemampuan usia. Misalnya saat usia 7-8 bulan, permainan cilukba, akan mengajarkan mereka bersosialisasi dan mengenalkan konsep aksi menghasilkan reaksi. Kalau usia bayi Anda sudah 9-10 bulan, permainan cilukba bisa ditingkatkan ke petak umpet. Adele Diamond, profesor dari fakultas Developmental Cognitive Neuroscience, University of British Colombia, Vancouver mengatakan kalau bayi menyukai hal yang terprediksi dan senang aksi memencet atau menarik mainan. Kalau sudah senang, mereka akan repetisi tak terhitung banyaknya. Apabila usianya sudah mendekati 1 tahun, Adele menyarankan permainan yang diiringi tantangan dan membuat logika anak jalan. Seperti meletakkan sebuah objek yang dapat dilihatnya, tapi membutuhkan strategi untuk diraihnya, seperti di bawah kain atau plastik transparan.





3.Sentuhan
Sentuhan menurut Dr Clinton adalah kebutuhan utama bayi dan berfungsi menciptakan koneksi antarsinap sel otak bayi. Ditambahkan juga oleh Annelia, sentuhan terutama pelukan dan ciuman lembut nan hangat akan membuat bayi merasa terlindungi dan kebutuhan afeksinya terpenuhi. Berangkat dari perasaan terlindung, ia merasa aman dan memiliki kepercayaan diri mengeksplor lingkungan sekitar. Sentuhan memiliki efek ke sistem limbik, yang merupakan ‘rumah’ dari emosi-emosi positif. Apabila ia memiliki  sistem limbik bagus, otomatis akan menguatkan perasaan-perasaan positif yang ia miliki dan tumbuh menjadi pribadi ber-EQ di atas rata-rata.  

4.Membacakan dongeng
Saat Anda membacakan dongeng, anak mendapat multi stimulasi, dari auditori (pendengaran) melalui suara lembut ibunya, visual (penglihatan) dari benda-benda yang ia lihat di buku, kognitif (memperoleh pengetahuan tentang dunia sekitar) hingga emosi.

“Stimulasi yang kaya dan berjaring ini membentuk banyak sinaps dan membentuk rangkaian fungsional (sirkuit) yang menyentuh semua area otak sehingga penyimpanan memori optimal, “ lanjut Annelia.

Meski begitu, jika ia belum mampu mengulang suku kata, orangtua tidak disarankan membacakan dongeng bilingual. Untuk anak di bawah usia 1 tahun, Annelia menyarankan dongeng yang dipilih sebaiknya selesai dalam 1-2 menit dan penyampaiannya dengan bahasa sederhana (maksimal 5 kata dalam 1 kalimat). Sangat disarankan, membaca dongeng sebelum tidur dijadikan rutinitas seru antara orang tua dan anak.





5.Berbicara

Bayi dari sejak lahir atau bahkan di kandungan sudah bisa mendengar dan mengerti suara orang-orang terdekatnya, terutama ibu. Maka dianjurkan untuk berbicara pada bayi atau anak sesering mungkin dengan penuh kasih sayang, walaupun anak belum mampu menjawab. Pasalnya bayi bisa mengekspresikan perasaannya dengan senyuman, gerakan bibir, berteriak sampai menangis. Menurut Dr Soedjatmiko, yang bisa dilakukan ibu atau pengasuh untuk membuat aktivitas ini menyenangkan namun informatif, adalah dengan beberapa teknik.

Pertama, bertanya dengan bahasa sederhana padanya. Misal: Adik haus ya? Kedua, memberi komentar pada perasaan anak juga dengan bahasa simpel. Contohnya: Kasihan, adik rewel kepanasan, ya? Ketiga, memberi komentar akan keadaan atau perilaku bayi. Seperti: Wah, rambutmu panjang. Empat, bercerita tentang benda-benda di sekitar bayi. Misalnya. Lihat ini bantal warnanya merah muda.





6. Mengenalkan aroma
Pertama kali bayi mengenal ibu atau pengasuhnya bukan dari wajah maupun namanya, namun dari aromanya. Ia juga mampu mengenali aroma air susu ibu. Menurut Denise Davy, penulis yang mendapat penghargaan jurnalisme dari Canadian Institute of Research, aroma yang berbeda menstimulasi tumbuh kembang otak bayi. Karena itu apabila anak sudah diperkenalkan kepada MPASI, berilah ia waktu untuk mencium dan mempelajari aroma makanan baru tersebut. Alternatif lain? Di hari libur, ajak dirinya pergi ke taman dan membiarkannya mencium aroma udara, tanah hingga bebungaan.

Menurut Anelia, dari aroma anak mampu mengasosiasikan atau membangunkan kembali memori powerful. Misalnya saat mencium aroma popcorn, bertepatan dengan ia mendapat limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Otomatis, saat aroma popcorn itu kembali tercium, ingatannya akan kembali ke masa-masa indah tersebut. Menakjubkan bukan?




7. Saat mandi
Saat mandi, anak bisa mendapat stimulasi kaya yang membantu tumbuh kembang otaknya. Pasalnya, dari aktivitas mandi, ia bisa mendapat multi stimulasi dari auditori, visual, taktil (rasa kena air panas atau rambut disampo), kognitif (diperkenalkan sabun, sampo dan fungsinya) bahkan  mengasah sejak dini konsep body image sampai body awareness.

8. Merespons
Di artikelnya Keys to Enhancing Brain Development in Young Children, Sean Brotherson, psikolog keluarga senior dari North Dakota State University, Amerika Serikat, menyatakan lingkungan yang aman, ramah dan predictable menghasilkan situasi belajar optimum dan meroketkan tumbuh kembang otak bayi. Salah satu teknik efektif adalah memberi respon kepada cues bayi yang meminta dukungan dan perhatian.

Walaupun bayi belum bisa bicara, mereka memberi sinyal dari ekspresi wajah, gerak tubuh maupun tangisan. Respon seperti apa yang membuat anak merasa didengar, nyaman dan bahkan membangkitkan semangatnya?

Jawabannya ada empat. Pertama, yang memiliki sensitivitas. Ibu dapat merasakan keresahan bayi lewat gestur, ekspresi tanpa bayi harus menangis terlebih dahulu. Kedua, timing. Daripada membuat bayi kesal, respon yang diberikan harus cepat. Ketiga, kehangatannya. Apakah respon yang diberikan tulus? Hal seperti inilah yang membuat bayi Anda belajar secara sederhana makna kata trust. Terakhir,  apakah respon yang diberikan sesuai dengan harapannya.
 
Contohnya ketika bayi dibacakan dongeng, dan pandangannya sudah tidak fokus. Respon orangtua semestinya menutup buku itu. Jangan sampai  responnya adalah pura-pura tidak ngeh dan tetap memaksakan mendongeng sampai dia harus menangis untuk membuat Anda berhenti melakukan aktivitas.




9. Merasa relaks
Cuddling atau bercanda juga sama pentingnya dengan stimulasi lain seperti mendongeng, mengajaknya bicara atau merangsangnya mengenali benda dan lingkungan sekitar. Clyde Hertzman, direktur Human Early Learning Partnership dan Canada Research Chair in Population Health and Human Population, menyayangkan apabila bayi terus dibombardir dengan suntikan ilmu dan bahasa, semata untuk tujuan memperkaya otaknya.

“Semuanya harus seimbang. Sangat disayangkan apabila Anda menjadi terlalu berambisi untuk memberi stimulasi optimal dan momen-momen spesial itu malah tercuri dengan ketegangan atau atmosfer kompetitif, “ Ditambahkan Annelia, koneksi terbaik adalah melalui cuddling dan bercanda yang santai, tulus, dan tak mengenal perhitungan. “Hanya dengan ibu dan pengasuh relaks, anak bisa relaks. Jangan pernah menyepelekan dirinya, pasalnya ia sangat peka dengan emosi orang-orang terdekatnya, “pesannya tegas.





10. Bermain bersama
Dr Kyle Pruett, profesor fakultas psikologi anak dari Yale University, Connecticut, Amerika Serikat di artikel Mom And Dad Are Different: The Critical Role of Fathers  menulis kalau saat bermain, ayah jarang menggunakan alat bantu dan permainan sifatnya physical. Karena itu, stimulasi taktil umumnya lebih dahsyat saat bermain dengan figur pria. Kebanyakan ayah memang lebih play oriented dari bunda, dan sukses membuat suasana bermain lebih seru.

Sementara dengan bunda, permainan sifatnya lebih edukatif, menggunakan alat bantu mainan dan hati-hati. Dari bermain dengan dua gender yang berbeda, anak mendapat stimulasi optimal dan belajar konsep bermain yang seimbang. Yakni permainan yang komplit itu bisa seru dan physical, namun bisa juga edukatif dan menenangkan.




Menurut Dr Soedjatmiko, untuk memperoleh hasil optimum, 10 stimulasi di atas saat diberikan harus memenuhi 4 syarat. Pertama, diberikan di atmosfer menyenangkan (tidak terburu-buru dan memaksakan kehendak) dan penuh cinta.

Kedua, dilakukan sesering mungkin dan sifatnya kontinu. Ketiga, yang memberikan stimulasi juga harus dalam keadaan happy. Kalau yang memberikan stimulasi dalam kondisi nggak niat, bosan atau kesal maka hasilnya bubar jalan. Besar risiko rangsang yang diberikan sifatnya emosi negatif.

Terakhir, saat memberikan stimulasi juga harus memperhatikan kondisi bayi Anda. Apakah ia dalam kondisi fit, siap maupun senang. Ditekankan, apabila saat diberikan stimulasi anak merespon dengan prestasi yang baik, maka ia wajib diberi pujian. “Kadang orangtua lupa, bahwa pujian juga merupakan stimulasi yang membuat tumbuh kembang otak anak berlari kencang,” tutupnya.

KONSULTASI Dr Soedjatmiko, SpA (K), MSI, RS Permata Pamulang dan Eka Hospital, Tangerang Selatan.
Annelia Sari Sani, S.Psi, RS Anak & Bunda Harapan Kita, Jakarta


 



Artikel Rekomendasi