Bronkiolitis Pada Bayi

 

Penyakit gangguan pernapasan ini mengintai bayi di bawah 6 bulan. Fakta di lapangan menunjukkan, hingga usia 2 tahun sebenarnya bayi belum aman dari bahaya bronkiolitis. Seramnya lagi, di musim hujan, ketika suhu udara rendah, kasusnya meningkat!

Penyebab bronkiolitis kebanyakan infeksi virus jenis respiratory syncytial virus (RSV), virus parainfluenza, influenza, adenovirus dan rhinovirus. Virus-virus tersebut menyebabkan peradangan pada bronkiolus, yaitu cabang saluran napas paling kecil dan paling ujung, yang berhubungan dengan jaringan paru-paru (alveolus).
    
Gejalanya:
  • Demam disertai batuk dan pilek.
  • Bila tidak sembuh, dalam 2-3 hari batuk bertambah parah, terkadang disertai bunyi “grok grok.”
  • Napas bayi menjadi lebih cepat.
  • Bayi terlihat sulit bernapas dan terkadang napas berbunyi “ngik ngik” (wheezing).
  • Nafsu makan menurun.
  • Bayi tampak mengantuk seharian dan kurang bergairah.
  • Bila keadaan semakin parah, bibir dan lidahnya tampak kebiruan, bisa juga ujung jari tangan dan kakinya, yang menandakan adanya gangguan suplai oksigen di dalam aliran darah.
Risiko bertambah jika:
  • Orangtua perokok. Asap rokok yang mencemari udara dan terhirup bayi meningkatkan risiko infeksi bronkiolitis.
  • Bayi lahir prematur, karena sistem kekebalan tubuh terhadap serangan virus belum sempurna.
  • Bayi  tidak mendapat ASI eksklusif, karena sistem kekebalan tubuh tidak berkembang optimal akibat tidak didukung nutrisi ASI.
Atasi Bronkiolitis Pada Bayi





 



Artikel Rekomendasi